Menikmati Hari Libur

Jangan lupa like sebelum membaca dan berikan komentar setelah selesai membaca.

Like dan komen itu gratis, jadi jangan ragu untuk memberikan itu pada author.... Terimakasih....

***

Natasha dan Jeni terus mengikuti Raka, tapi mereka segera memakai masker yang menutupi mulut dan hidung saat mereka berada di keramaian.

“Dasar orang terkenal, sangat suka bersembunyi di balik masker untuk menyembunyikan identitas...” Batin Raka sambil melihat dua wanita yang kini hanya terlihat setengah bagian wajahnya.

Natasya dan Jeni saling melirik tapi tak lama mereka saling membuang muka. Natasya dan Jeni bisa di katakan tengah bersaing dalam hal mengembangkan Guild keluarga mereka, tapi entah sejak kapan mereka berdua juga mulai bersaing untuk merebutkan perhatian pemuda yang berada di antara mereka.

Natasya mengajak Raka ke tempat makan yang sering dia datangi, di sisi lain Jeni mengajak Raka ke sebuah toko coklat langganannya. Tak ingin terjadi keributan Raka akhirnya pergi ke dua tempat yang ingin di datangi dua wanita yang menemaninya.

“Apa sekarang kalian sudah puas?...” Ucap Raka sambil melihat Natasya dan Jeni yang tengah menjilati eskrim yang baru Raka beli.

Raka merasa geli sendiri saat melihat cara dua wanita di dekatnya menjilati eskrim rasa coklat yang sedikit meleleh karena cuaca siang hari yang lumayan panas.

Dari kejauhan Raka melihat Aldo, Riki, Gisel, Cindi dan Laura yang tengah menikmati hari libur mereka. Belum juga Raka menyapa mereka berlima, mereka justru lebih dulu menyapanya, dan dengan cepat mereka berjalan mendekat ke tempat Raka yang tengah duduk bersama dua wanita yang sesekali menyembunyikan wajahnya saat ada orang lain di sekitar mereka.

“Yo Raka, siapa mereka?... Apa kamu sedang kencan dengan dua wanita?...” Tanya Riki.

Plak... Plak...

Kedua sisi pipi Riki terdapat bekas berwarna merah setelah Natasya dan Jeni bergantian memberi tamparan mesra padanya.

“Itu pasti sakit...” Ucap Aldo.

“Salahnya sendiri punya mulut tapi gak bisa menjaganya...” Timpal Gisel sambil menahan tawa.

“Aku juga ingin melakukannya...” Ungkap Cindi sambil tersenyum menatap pipi Riki yang masih berwarna merah.

Raka tertawa keras melihat tingkah teman-temannya. Dia tak tahu kalau teman-temannya bisa memberinya pertunjukan yang begitu menghibur. Setahu Raka mereka berlima adalah orang yang sedikit kaku, dan dia jarang melihat kelimanya tersenyum kecuali Cindi yang selalu tersenyum saat bertemu dengannya.

“Ketua kau sangat kejam!... Bukannya membantu, aku justru di tertawakan...” Ucap Riki sambil memasang muka sedih.

Raka tersenyum melihat ekspresi Riki. “Mana ada seorang pria yang merengek hanya karena di tampar wanita, tapi itu tidak berlaku untuk pria jadi-jadian...”

Riki seketika bertingkah sok kuat setelah mendengar ucapan Raka. Dia menunjukkan jika dirinya adalah pria sejati, bukan pria jadi-jadian seperti yang Raka ucapkan.

“Ketua, siapa sebenarnya mereka?...” Tanya Aldo.

Natasya dan Jeni sudah kembali menggunakan maskernya sebelum kelima teman Raka mendekat jadi tak ada yang bisa mengenali mereka kecuali Raka.

Raka melirik ke arah Natasya dan Jeni. Mengerti apa yang di inginkan Raka perlahan mereka membuka masker yang menutupi sebagian wajah mereka. Begitu masker mereka terbuka, kelima teman Raka terperangah melihat siapa wanita yang ada di dekat Raka.

“Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan dua bidadari dari Guild besar di tempat ini...” Ucap Riki dengan cairan berwarna merah keluar dari hidungnya.

Wajah Natasya dan Jeni bisa dikatakan kecantikan yang sulit mencari tandingannya, dan apa yang terjadi pada Riki sering terjadi pada pria lainnya.

“Kalian mungkin sudah mengenali mereka, jadi aku cuma akan menjelaskan hubungan ku dengan mereka. Jeni adalah teman baruku, untuk Natasya, dia adalah putri Pamanku. Kalau kalian ingin tahu siapa Pamanku, Pamanku tentunya Ayah dari Natasya, yang tak lain dia adalah pemilik Guild Nusantara...”

Kelima teman Raka terdiam setelah mendengar penjelasan Raka, bahkan Jeni juga terkejut setelah mengetahui hubungan Raka dengan Natasya. Hanya Natasya yang terlihat biasa-biasa saja karena dia sudah memperkirakan seperti apa ekspresi mereka setelah tahu hubungan dirinya dengan Raka.

Natasya sadar jika Raka terlalu terburu-buru mengungkap hubungan dirinya dengan keluarga besar Natasya. Tetapi semua sudah terjadi dan kini banyak orang yang akan tahu jika dia dan Raka masihlah satu keluarga besar walau itu tak sepenuhnya benar.

Kelima teman Raka masih terdiam, tapi tidak dengan Jeni yang tengah menatap tajam kearah Natasya. “Selain Guild kita yang bersaing, sepertinya kita juga akan melakukan persaingan yang bersifat pribadi...” Ucap Jeni sambil tersenyum.

“Aku tak akan pernah takut untuk bersaing dengan mu, tetapi sepertinya kamu melupakan sesuatu, apa kamu sudah lupa siapa yang selalu menang saat kita tengah bersaing?... Lima, kosong, aku hanya sekedar mengingatkan...” Ucap Natasya sambil membusungkan dadanya yang seketika membuat darah dengan derasnya keluar dari hidung Riki.

Raka sendiri hanya menghela nafa mendengar pembicaraan Natasya dan Jeni yang tak dia mengerti. Berbeda dengan Raka, kelima temannya sangat mengerti tentang persaingan pribadi yang di maksud Jeni dan Natasya.

Gisel dan Cindi ingin sekali menertawakan Raka yang sama sekali tidak peka. Sedangkan Laura yang selalu terlihat acuh, di dalam hatinya dia begitu ingin memukul kepala Raka yang tak kunjung mengerti akan perasaan dua wanita di dekatnya.

“Hari sudah sore, lebih baik kita pulang!...” Teriak Raka memecah keheningan yang terjadi antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya.

Kelima teman Raka berinisiatif pamit pergi lebih dulu, dan mereka membiarkan Raka menyelesaikan urusannya dengan dua wanitanya.

“Kalian ingin pulang ikut denganku atau kalian ingin pulang ke rumah kalian masing-masing?...” Ucap Raka sambil menatap wajah cantik dua wanita yang belum juga bersuara.

Raka bukan tipe pria yang peka terhadap keinginan wanita. Dia bukan pria yang sudah berpengalaman menjalin hubungan dengan para wanita. Seumur hidupnya baru satu kali dia merasakan indahnya jatuh cinta, tetapi dia tak tahu apakah itu benar-benar cinta atau justru perasaan yang hanya ingin membuat aman teman-temannya.

Kerutan terlihat di kening Raka saat dia melihat perubahan secara mendadak dua wanita yang sejak tadi menemaninya. Biasanya Natasya adalah wanita periang yang murah senyum saat bersamanya. Begitu juga dengan Jeni, wanita itu selalu menunjukkan senyum di bibirnya saat tengah bersama dengan nya.

“Kalau begitu aku pergi dulu!...” Raka berjalan meninggalkan dua wanita yang masih diam di tempatnya.

Baru juga beberapa langkah berjalan, muncul Natasya di sebelah Kanan Raka, dan tak lama muncul Jeni di sebelah kirinya.

Bugh... Bugh... Mereka berdua tiba-tiba memukul kepala Raka.

“Aku ingin memberikan ini padamu!...” Jeni memberikan sebuah kotak seukuran telapak tangan pada Raka. “Itu adalah uang hasil penjualan Black Wolf King yang kamu bunuh...” Ungkap Jeni.

Ingin Raka mengembalikan kotak itu pada Jeni, tetapi saat melihat mata Jeni yang membulat sempurna, Raka segera mengurungkan niatnya.

Tak lama setelah Raka menerima kotak pemberian Jeni, sebuah mobil berhenti di samping mereka. “Hari ini ada acara di kediaman utama keluarga ku jadi aku pergi sulu..." Ucap Jeni lalu dia memasuki mobil yang menjemputnya.

Raka tersenyum melihat wajah cantik Jeni yang terlihat dari jendela kaca pintu mobil yang sengaja di buka.

Jeni seketika memegangi jantungnya yang berdetak kencang saat melihat senyum Raka. “Apa aku telah jatuh cinta?...” Gumam Jeni setelah mobil yang membawanya sudah cukup jauh meninggalkan Raka dan Natasya.

Di tempat Raka, dia merasakan getaran aneh di tubuhnya saat melihat kepergian Jeni, tapi dia tidak tahu apa arti gari getaran aneh di tubuhnya yang tiba-tiba dia rasakan.

Anehnya getaran itu kembali muncul saat Raka melihat Natasya tersenyum hangat setelah kepergian Jeni. “Sepertinya ada yang salah dengan tubuhku...” Batin Raka.

“Baiklah, karena tak ada urusan lagi di tempat ini aku akan langsung pulang...” Raka memasukkan kotak pemberian Jeni ke saku jaketnya yang cukup longgar.

“Hei Raka, bagaiman kalau aku tinggal di rumahmu untuk sementara waktu selama aku bertugas di kota ini?...” Tanya Natasya.

Raka terlihat kebingungan saat mendengar pertanyaan Natasya. “Lakukan apa yang membuatmu nyaman, tapi kalau kamu mau tinggal di rumahku, lebih dulu kamu harus membantuku membersihkan kamar mendiang orangtuaku...” Ucap Raka menjawab pertanyaan Natasya.

“Tapi aku ingin tidur di kamar mu...”

“Kau memang akan tidur di kamarku, dan aku yang akan tidur di kamar mendiang orangtuaku...”

Natasya tersenyum dan mengangguk mendengar penjelasan Raka. Bukannya dia takut tidur di kamar mendiang orangtua Raka, tapi dia cuma ingin tidur di kamar Raka, tidur di kamar yang selalu membuatnya bisa mencium aroma maskulin tubuh Raka.

Meski tak sekamar dengan Raka, Natasya tetap senang karena bisa tidur di kamar pria yang sejak dulu selalu membuat dadanya berdebar-debar. “Kita memang satu keluarga, tapi nyatanya kita tak memiliki hubungan darah...” Batin Natasya sambil berjalan sejajar dengan Raka.

Raka bukanlah anak kandung dari mendiang orangtuanya yang telah merawat nya sejak kecil, dan rahasia itu hanya di ketahui Natasya dan Ayahnya. Tetapi mereka sama-sama tidak tahu siapa orangtua asli Raka.

Raka tersenyum melihat tingkah Natasya yang kembali ceria setelah tak adanya Jeni diantara mereka. “Ais, memang sulit untuk menyatukan mereka berdua...” Gumam lirih Raka yang hanya bisa di dengar olehnya dan sistem yang dia miliki.

Butuh usaha keras untuk menyatukan mereka, dan itu akan menjadi tugas Raka, karena hanya dia yang memiliki hubungan cukup dekat dengan keduanya.

Saat hampir sampai di rumah, Raka mendapatkan panggilan dari Guild nya, begitu juga dengan Natasya yang juga mendapat panggilan dari rekannya yang tengah berpatroli.

“Apa kau juga akan pergi?...” Tanya Natasya pada Raka yang baru menerima panggilan darurat Dari Guild nya.

Raka mengangguk. “Kelihatannya ada sesuatu yang terjadi, dan dilihat dari jenis panggil darurat yang mereka kirim, sepertinya ada masalah besar yang tengah mereka hadapi...”

“Sepertinya kita dalam situasi yang sama...” Ucap Natasya.

“Kita berpisah dari sini, dan jangan lupa mengunci pintu kalau kamu lebih dulu pulang...” Ucap Raka yang lebih dulu pergi setelah dia memakai topeng peraknya.

Natasya terkekeh mendengar ucapan Raka. “Ucapan itu lebih cocok untuk di ucapkan pada istrimu...” Gumam Natasya lalu dia pergi ke arah berlawanan dengan yang dituju Raka.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

fck

fck

picoooooo🗿🗿🗿🗿🗿

2023-01-05

0

🌛Ade_Renny🌜

🌛Ade_Renny🌜

waduh anak angkat...

2022-09-09

1

Vemas Ardian

Vemas Ardian

istrinya jngn bnyk² thorrrr, lebih bnykin ke portal aja

2022-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!