Gadis Pewaris Tunggal
Jira menatap gedung tinggi dan megah yang ada didepannya. "ZF Corp" baca Jira pada tulisan di dinding gedung. jira pun berjalan memasuki gedung yang sedang ia tatap.
pagi ini adalah hari pertama Jira bekerja disebuah perusahaan ternama di kota J. sampai diruang kerjanya Jira mulai memperkenalkan diri.
"Jira" ucapnya sambil mengulurkan tangan
"siska, lila, banyu, andika" ujar keempatnya bergantian sambil menjabat tangan Jira.
Jira mulai dibantu rekan kerja barunya untuk menata barang-barang yang sempat dibawanya.
"Jira, hari ini kita mulai diskusi untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk karena posisi yang kamu tepati sekarang sempat kosong" kata Andika memulai obrolan.
karena title M. Ars yang disandang Jira membuat ia menempati posisi sebagai kepala disain di ZF Corp.
"ok let's get start" kata jira sambil menerima beberapa dokumen yang diberikan Lila padanya.
mereka duduk di meja bundar yang sudah ada di tengah-tengah ruangan itu. Jira mulai membaca dan mempelajari dokumen yang diberikan Lila tadi. 10 menit Jira sudah memahaminya.
"aku mau dibeberapa bagian ini diubah" tunjuk Jira pada kertas yang bergambarkan disain sebuah ruangan.
"di UBAH ?" ucap mereka serentak tak percaya. mereka berempat saling hadap satu sama lain dan kembali menghadap Jira.
"kenapa? " tanya Jira heran
"tapi Jira, ini hasil dari usul pak Zafa, cuma beberapa hal kecil yang perlu diperbaiki" jelas Siska "sedangkan ini hampir 30% kita revisi" sambungnya lagi dengan wajah memelas.
"yap, aku mau beberapa disain ini direvisi ulang, karena ada beberapa hal yang nggak sesuai dengan tema disain itu sendiri, jadi ngak nyambung" jelas Jira santai sambil memutar-mutar tempat duduknya kekiri dan kanan.
"tapi nanti bagaimana kalau pak Zafa nggak setuju? " tanya Lila dengan raut wajah cemas
Jira sadar dengan resiko yang akan ditanggungnya. tapi ia yakin dan percaya dengan kemampuan yang dimiliki karena ini adalah keahliannya.
" tenang aja nanti biar aku yang tanggung jawab" jelas Jira menenangkan rekan kerjanya yang sangat takut terkena amukan dari bos besar.
mereka akhirnya setuju dengan saran Jira untuk mengubah beberapa disain sesuai dengan penjelasan yang diberikan Jira.
"selesai juga" kata Lila memecah sunyinya ruangan itu
sore datang menghampiri tandanya jam kerja pun usai. mereka membereskan meja kerja masing-masing untuk segera pulang melepas penat.
"kak Jira pulang bareng yuk" ajak Lila yang lebih muda diantara mereka
"aku ikut" timpal banyu dengan gaya kemayunya.
Jira tersenyum geli melihat gerakan gemulai laki-laki bertulang lunak itu.
karena sempat melewatkan makan siang, Jira berinisiatif untuk mentraktir rekan kerja barunya makan. anggaplah sebagai tanda pertemanan.
" kita makan dulu yuk" ajak Jira "aku yang traktir" sambungnya lagi sambil tersenyum.
mendengar hal itu mereka bersorak riang dan bergegas menuju lift untuk segera turun.sungguh Jira sangat pengertian dan sebagai atasan jira lebih suka menganggap bawahannya sebagai teman.
sampai didepan lift Lila yang tengah asik mengobrol dengan Jira tanpa sengaja menabrak seseorang yang keluar dari pintu lift.
"maaf pak saya nggak sengaja" pinta Lila sambil membungkukkan badannya.
melihat tatapan tajam orang yang ditabraknya tadi membuat Lila takut ia sedikit mundur dengan wajah yang tertunduk.
"maafkan kesalahan teman saya pak, lain kali kami akan berhati-hati" pinta Jira merasa bersalah "sekali lagi maaf menganggu hari anda".
tanpa sepatah kata Zafa berlalu meninggalkan mereka. begitu pula orang yang sejak tadi berdiri dibelakangnya mengikuti langkah Zafa.
...🍂🍁🍄🌾💐🌷🌹🥀🌻🌺🌸...
Proses rekonstruksi akan digelar pagi ini. Reiki yang kini memakai baju tahanan tiba bersama beberapa orang polisi. Wafi dan Liora pun juga tiba di sana. Mereka berdua turun dari satu mobil yang sama membuat si tersangka menyipitkan mata karena curiga.
“Ayo, kita mulai saja,” ajak Wafi. Semua orang masuk ke dalam rumah menuju TKP utama, yaitu ruang kerja.
“Kita mulai dari sebelum Milen datang,” ujar Wafi.
Reiki duduk di meja kerjanya sedangkan Liora berdiri di depan. Adegan di mana mereka mengobrol pun dilakukan hingga kedatangan Milen yang menyeret Sena dan Reiki yang membujuk istri keduanya itu. Sampai ia dan sang istri pertama bertengkar.
Namun, Reiki menolak ketika Liora mengatakan kalau dirinyalah yang sudah mendorong sang istri pertama hingga terkena kaca pajangan.
“Bukan aku yang melakukannya, tapi Milen,” terang Reiki.
“Jangan bohong kamu,” tampik Liora.
Wafi dan anak buahnya memisahkan dua orang itu. “Oke. Lalu kapan kamu dipukul Milen dengan stik golf?”
“Dari sini aku keluar dan Reiki mengejarku,” jelas Liora. “Tapi Milen juga mengejar kami lalu memukul kakiku.”
Wafi memerintahkan pemeran pengganti Milen mereka adegan itu. Liora pun pura-pura terjatuh.
“Lalu apa?” tanya Wafi.
“Milen dan Reiki bertengkar di pangkal tangga.”
“Apa-apaan ini,” protes Reiki. “Hanya kamu dan Milen yang keluar dari ruangan itu.” Reiki menunjuk ruang kerjanya. “Sedangkan aku dan Sena tetap di dalam.”
“Kita lakukan reka adegan versi Liora dan versi Anda nantinya,” ujar Wafi.
Reiki yang sudah tersulut emosi mencoba mengalah.
“Oke sekarang bagaimana tersangka mendorong korban?”
Liora yang tadinya duduk di lantai berdiri di dekat tangga. “Di sini mereka adu mulut. Milen sempat menampar dan memukul Reiki. Karena emosi Reiki pun mendorongnya.”
Tak terima dituduh, Reiki mendekati istri pertama yaitu. “Heh, dasar wanita licik. Ular kamu, ya, bisa-bisanya kamu mengarang cerita seperti itu.”
Anak buah Wafi berusaha menjauhkan Liora dari tersangka. Pemeran Milen pun berdiri di dekat tangga dan Reiki diminta berpura-pura mendorong wanita itu untuk diambil fotonya.
“Oke. Sekarang kita lakukan reka adegan versi Pak Reiki,” ujar Wafi. Ia dan anak buahnya kembali ke ruang kerja.
Liora melihat ada kesempatan saat Reiki ditinggal sendirian oleh pengawas di dekat tangga. Ia mendekati laki-laki itu. “Bagaimana aktingku?”
“Dasar wanita iblis,” umpat Reiki.
Liora tersenyum sinis. “Memang. Karena kamu yang mengubah aku menjadi iblis. Bukan begitu?”
Reiki mendekati istrinya lalu berkata dengan gigi yang bergemeretak. “Memangnya apa yang aku lakukan sampai kamu melakukan ini?”
“Sudah mau membusuk di penjara tapi belum juga sadar akan kesalahanmu? Ternyata hal ini gak cukup untuk membuat kamu sadar.” Sesekali Liora melirik ke ruangan kerja takut-takut kalau polisi kembali. Namun, benar saja daun pintu pun terbuka tampak Wafi hendak keluar. “Iblis ini akan membuat kamu menderita di neraka.” Dengan gerakan cepat Liora membawa kedua tangan sang suami menyentuh dadanya dan ia pun menjatuhkan diri di tangga.
“Liora,” sorak Wafi. Ia gegas mengejar sang pemilik hati hingga berhasil ditangkap.
Reiki yang tak tau apa-apa hanya diam dan terpaku di posisi. Semua terjadi begitu cepat. Ia tak menyangka kalau istri pertamanya bisa senekat itu.
Wafi menatap si tersangka dengan tajam. Semua anak buahnya keluar dan menghampiri.
“Hei.” Wafi menepuk pelan pipi Liora.
“Aku pusing, Waf,” ucap wanita itu dengan lemah.
“Kita ke Rumah Sakit.” Wafi mengangkat Liora dari anak tangga dan di gendongnya keluar dari rumah masuk kedalam mobil. Ternyata beberapa awaka media juga wartawan sudah berkumpul di sana.
Ia pun tak peduli. Hal yang paling penting sekarang adalah keselamatan Liora. Polisi itu membunyikan klakson mobilnya dengan keras agar kerumunan orang-orang pencari berita memberinya jalan keluar.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Penasaran sama kelanjutannya?
Cccuuss... Meluncur ke novel Author yang ke 5. Cerita kali ini dijamin seru dan bikin tegang. Yang pasti beda dari cerita lainnya. DRAMA WIFE
Jangan lupa, tinggalkan jejak dan dukungan kalian, ya...
Like, komen, hadiah, jadikan favorit biar dapat notif pas up date. Terakhir, bintang limanya...
Terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Anonymous
keren
2024-07-21
0
Ely
sek gak mudeng.... campur2 cerita nya...
2022-12-11
1
Dewi Dewi Ahmat
msih nyimk ni..tpi kyk nya seru ni..
2021-08-04
1