Lima hari sudah berlalu,Rianti makin bingung mencari uang untuk menyambung hidupnya.Sejak kemarin dia makan hanya mi instan dan nasi,kadang hanya nasi yang di buat nasi goreng tanpa ada campuran apapun.Otaknya terus berpikir,di mana harus bekerja tanpa meninggalkan anaknya.
Satu pikiran yang dia tuju,toko roti di depan.Apakah membutuhkan karyawan?sebagai pencuci piring pun tak apa,biarlah hanya menyambung hidup sampai Reno kembali.
Baiklah,dia akan mencoba untuk meminta pekerjaan pada ibu Sri yang punya toko roti itu.Lalu Rianti mengambil anaknya,walaupun sedang tidur dia tidak tega meninggalkan di rumah walau hanya sebentar saja.
Sampai di toko roti,seperti biasa Rianti di sambut oleh pelayan yang dulu menyambutnya ketika pertama kali datang ke toko roti itu.Rianti tersenyum ragu.
"Selamat siang mbak,apakah anda mau beli roti lagi?Mau makan di sini atau mau di bawa pulang?"tanya pelayan itu yang bernama Susan di kartu IDnya yang tersemat di dada kirinya.
"Mm..ngga beli roti sih mba Susan,saya mau..."ragu mau melanjutkan kata-katanya.
Pelayan yang bernama Susan itu menunggu lanjutan kalimat Rianti.
"Mau apa mbak?"tanyanya penasaran.Rianti masih diam,dia bingung harus ngomong apa.
"Mbak?"
"Apa di sini membutuhkan karyawan di bagian belakang?Saya mau bekerja."Rianti menunduk,sedangkan Susan tampak bingung.
Lalu Susan berkata,"Sebentar,saya tanya sama ibu Sri dulu."
Susan pergi meninggalkan Rianti yang sedang berharap dia bisa di terima bekerja di toko roti ini.Sebagai apapun dia mau,asal tidak meninggalkan anaknya.
Tak lama,Susan datang menghampiri Rianti.
"Mbaknya di pqnggil oleh bu Sri di dalam.Mari ikut saya."kata Susan.Tanpa banyak bicara,Rianti mengikuti Susan pergi.
Mereka masuk ke sebuah ruangan dan di sana ada bu Sri yang sedang menata kue pesanan pelanggan.Setelah membawa Rianti menghadap ibu Sri,Susan pergi kembali bekerja di posisinya semula.
Sedangkan Rianti masih diam,dia belum tahu ibu Sri mau menerimanya bekerja di sini atau tidak.Bu Sri tampak sibuk dengan kue yang sedang di tatanya.Dia melirik Rianti lalu melanjutkan kegiatannya lagi.
"Duduk nak Rianti,ibu selesaikan ini dulu.Karena sudah di tunggu pesanan kuenya."kata bu Sri tanpa melihat ke arah Rianti.
"Terima kasih bu."Rianti duduk,dia membetulkan posisi anaknya yang memang tidur sejak di rumah belum bangun.
"Kalau cape menggendongnya,tidurkan saja di sofa pojok sana,."
"Ngga apa-apa bu,biar saya gendong saja.Kalau di pindahkan nanti bangun."ucap Rianti merasa tidak enak.
"Baiklah,tunggu sebentar ya."
Sepuluh menit menunggu akhirnya bu Sri selesai juga,dia kemudian membungkus kue tersebut lalu di bawanya kekuar untuk di kirim ke pemiliknya oleh karyawan bagian pengiriman.
Setelah selesai kemudian bu Sri masuk lagi ke ruangannya.Saat ini pesanan khusus hanya satu yang di tangani ibu Sri,pesanan yang khusus di tangani ibu Sri adalah sebagian dari pejabat atau ibu-ibu sosialita.
Ibu Sri duduk di hadapan Rianti,hanya penghalang meja kerja di antara mereka.
"Kata Susan kamu ingin bekerja di sini,benar begitu?"tanya ibu Sri berwibawa.
"Iya bu,kalau boleh dan ada lowongan untuk karyawan seperti saya yang punya anak kecil."jawab Rianti.
"Kenapa kamu mau bekerja?Suamimu kan punya usaha."tanya ibu Sri lagi.
"Saya ingin bekerja bu,sekalian pengen punya teman juga dan...."menggantung kalimatnya.
Bu Sri diam,menunggu kalimat yabg belum selesai di ucapkan Rianti.Lama.
"Dan apa?"
"Dan supaya saya punya uang sendiri bu."menunduk,Rianti malu jika harus jujur seperti itu.
"Kenapa,apa suamimu kurang memberikan uang padamu?"
Rianti diam,tiba-tiba suara isakan Rianti terdengar,bu Sri bingung dengan isakan tangis Rianti.Rianti mengusap matanya yang basah.
"Maaf bu,saya seperti ini."masih terisak.
"Sepertinya kamu punya beban berat.Kalau boleh ibu tahu apa yang membuatmu sampai menangis?"tanya ibu Sri dengan lembut,dia tidak mau jika pertanyaannya membuat Rianti tersinggung.
Rianti menatap ibu Sri,wajah teduh seorang ibu terpancar di sana.Senyum mengembang seperti menenangkan hati.Apa dia harus bercerita pada bu Sri?'gumam Rianti.
"Kalau saya cerita apa ibu akan percaya dengan saya?Saya ingin bekerja di sini karena memang saya butuh uang.Saya kehabisan uang,suami saya pergi entah kemana,mungkin ada tugas di kampusnya.Dia lupa tidak memberi saya uang untuk kebutuhan saya dan anak saya selama dia pergi."Rianti bercerita sambil menangis,dia benar-benar pilu dan sedih akan nasibnya.
Bu Sri mendengarkan dengan ikut sedih.Benarkah gadis ini istri dari laki-laki yang di depan toko rotinya itu.Apakah dia berkata jujur?
Tapi dia melihat di mata Rianti tidak ada kebohongan,hanya sebuah beban dan kesedihan.
"Kamu dan suamimu sedang bertengkar?"tanya bu Sri,Rianti menggeleng.
"Sebenarnya saya dan suami saya menikah itu di jodohkan oleh ibu mertua saya.Kami terpaksa menikah karena wasiat almarhum ayah mertua saya pada ibu mertua saya.Suami saya memang menentangnya tapi karena tidak mau mengabaikan wasiat suaminya jadilah kami menikah.
Memang selama ini suami saya tidak pernah menganggap saya sebagai istrinya sampai saat ini.Saya menyusul suami juga karena di suruh ibu mertua,saya hanya menurut saja.Karena saya mempunyai anak darinya,berharap suami saya menerima saya dan anak saya,tapi sampai di sini masih sama perlakuannya pada kami."Rianti berhenti,dia semakin terisak.Sesak di dadanya mulai berkurang.
Mungkin beban yang selama ini dia hadapi dan tidak pernah dia ceritakan pada siapapun karena tidak ada teman yang mau mendengarkan ceritanya.
"Maaf bu,bukannya saya mau mengumbar cerita aib saya dan suami saya,tapi..."
"Ngga apa-apa,ceritakan saja.Ibu dengarkan,mungkin dengan kamu bercerita bisa mengurangi kesedihan di hatimu."
"Saya jadi tidak enak sama ibu,baru kenal tapi bercerita panjang lebar tentang hidup saya.Tapi sungguh bu,saya hanya butuh pekerjaan di sini."
"Kenapa kamu mau bekerja di sini?"
"Karena hanya si sini yang saya tahu juga saya kenal ibu.Mungkin ibu bisa menerima saya bekerja di sini dengan..."berhenti lagi,ragu.
"Kenapa?"
"Dengan membawa anak saya ikut bekerja,karena di rumah tidak ada orang yang akan menjaganya jika saya tinggal bekerja."Rianti menunduk,berharap bu Sri memahami kesulitannya.
"Mm...Bagaimana yah.."Ibu Sri menimbang sambil menatap Rianti.
"Kalau tidak boleh bekerja bawa anak,ngga apa-apa bu.Nanti saya cari kerja di tempat lain lagi."ucap Rianti memotong omongan bu Sri.
Ibu Sri tersenyum,"Baiklah kamu boleh kerja di sini.Tapi maaf,sebenarnya di sini tidak membutuhkan karyawan baru.Jika kamu mau,kamu saya tempatkan di bagian pencucian barnag-barang yang sudah terpakai.Itupun kalau kamu mau."
"Iya,saya mau.Mau banget.Tapi...apakah anak saya boleh saya bawa?tanya Rianti ragu.
"Kamu bisa bawa anak kamu ke sini,tapi saat bekerja anakmu kamu tidurkan saja di ruangan yang khusus untuk menyusui.Di sana juga ada kasur lantai,kamu bisa gunakan untuk anak kamu."
"Iya bu,terima kasih ibu mau menerima saya dan juga anak saya boleh di bawa.Terima kasih sekali,saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh."ucap Rianti senang,dia tersenyum lalu menyalami ibu Sri karena sangat bahagia.
"Kapan saya bisa bekerja bu?"
"Karena sekarang sudah sore,sudah waktunya tutup.Jadi mulai besok kamu bisa bekerja."ucal bu Sri.
"Baik bu,sekali lagi terima kasih ibu mau menerima saya bekerja di sini."
"Iya,kamu juga harus kuat ya.Ibu juga kasihan sama kamu,seperti di terlantarkan oleh suamimu.Maaf kalau ibu berucap seperti itu."
"Iya bu,ngga apa-apa.Sejak menikah saya tidak pernah di kasih uang sama suami saya,saya takut untuk memintanya.Suami saya pasti marah-marahn kalau saya ngomong."Rianti bersedih lagi,dia tak kuasa menahan air matanya lagi.
Ibu Sri yang mendengar itu tampak kaget,dia tidak menyangka nasib Rianti akan seperti itu.Kasihan sekali,pikirnya.
"Maafkan ibu,bukan berarti ibu mengungkit persoalan rumah tanggamu,tapi ibu hanya heran saja ada ya laki-laki tidak bertanggung jawab seperti itu.Ah sudahlah,kamu tenang saja.Kamu bekerja di sini ibu gaji sesuai pekerjaanmu bukan karena kasihan."
"Iya,saya tahu.Saya harap begitu,ibu membayar saya sesuai pekerjaan saya bukan karena kasihan sama saya."
"Bagus,ibu hanya menjunjung keprofesionalitas dalam bekerja.Yaa,,walaupun kamu di terima juga sebagian ibu kasihan."ucap bu Sri sambil tersenyum.
"Iya ,sekali lagi terima kasih."
"Ya sudah,kamu boleh pulang.Karyawan juga mungkin sudah ada yang pulang.Oya kamu datang jam delapan pagi saja,karena mungkin barang yang kotor sudah ada di tempatnya,jadi nanti kamu langsung cuci.
"Iya.Kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah Rianti pamit pulang,benar saja toko roti bu Sri tutup pukul setengah enam petang.
_
_
_
*****(@@***@@)*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Ekanaswa Adelia
suami dzhalim
2022-09-29
1
Cucu Saodah
nyesek
2022-02-10
0
Ukhty Nur Siahaan
😭😭😭
sabar rianti
sakit sakit dahulu bersenang-senang
(susah dl mcr uang nnt kamu akan kaya raya
karna roda kehidupan g slmny miskin d kaya
2021-11-29
0