Dokter Nicholas terkejut dan kesal karena dokter Reina meninggal kan nya begitu saja.
Dia menatap kepergian dokter Reina.
"Ih nyebelin deh dokter Reina, saya belum selesai bicara juga" monolog Nicholas dan didengar oleh suster Anna yang kebetulan melintas didepannya itu.
"Siapa yang nyebelin dok" tanya suster Anna
"Eh suster, gak kok cuma tadi ada Pasien yang Menyebalkan aja" kata dokter Nicholas berbohong.
Padahal Anna sebenarnya sudah mengetahui kebohongan dokter Nicholas.
"Oh baiklah kalau begitu dok, saya permisi dulu ya. semangat dok" kata suster Anna dan beranjak pergi untuk membelikan dokter Afifa makan siang yang tertunda.
Dokter Nicholas pun akhirnya juga melangkahkan kakinya menuju ruangannya.
Saat tiba di ruangan nya dokter Nicholas masih memikirkan dokter Afifa.
POV Dokter Nicholas
Sejak pertama kali melihat dokter Afifa seakan ada magnet yang membuatku seakan selalu ingin melihatnya dan mendekat kepadanya.
Dia begitu cantik, lembut, santun dan kelihatannya juga sangat cerdas.
Saat keluar dari ruang meeting aku mengikuti dokter Afifa dari kejauhan karena aku tahu dia sedang bersama dokter Reina.
Aku tetap mengamatinya dari kejauhan agar tidak diketahui oleh orang lain.
Saat kulihat dokter Reina memasuki ruangan dokter Afifa aku berpikir apakah mereka akrab dan aku ingin mencari sedikit informasi.
Begitu lama aku menunggu dan akhirnya dokter Reina keluar dari ruangan dokter Afifa.
Saat itulah terbesit dalam pikiranku untuk mengorek sedikit informasi tentang dokter Afifa tetapi informasi yang aku dapat tidak membawa hasil dan berakhir dengan kejengkelan karena dokter Reina begitu dingin dan seakan menjaga jarak dari ku.
Setelah dokter Reina pergi aku dikejutkan oleh suster yang bernama suster Anna karena terlihat name tag nya bernama seperti itu.
ingin rasanya aku mencari informasi tentang dokter Afifa dari suster Anna tetapi setelah aku pikir mana mungkin dokter Afifa akan begitu dekat dan terbuka terhadap suster Anna karena Meraka kan berbeda.
Yang ku lihat mereka hanya sekedar partner kerja saja, jadi tidak mungkin suster Anna bisa memberikan informasi yang ingin aku ketahui.
Setalah itu aku pun akhirnya kembali keruangan ku.
"Aku harus mencari tahu informasi semua tentang dokter Afifa" batin dokter Nicholas.
"Aku akan memulainya bertanya kepada dokter Syahrir" mungkin beliau sedikit banyak mengetahuinya
Pikiranku masih saja dipenuhi dengan dokter Afifa sehingga aku tidak bisa fokus dengan pekerjaanku dan juga tujuan utamaku berada dirumah sakit ini.
POV end.
Ketika sedang asyik memikirkan dokter Afifa tiba-tiba dokter Adnan datang mengejutkan dokter Nicholas.
"Hai melamun aja, kesambet bau tahu rasa" kata dokter Adnan.
"Ih kau itu datang-datang mengejutkan saja, tidak ketuk pintu dulu ,dasar tidak sopan" sinis Nicholas.
"Ye sapa bilang aku tidak ketuk pintu, orang dari tadi aku ketuk berkali-kali malah kamu nya gak dengar, eh ternyata aku lihat sedang melamun" kata dokter Adnan.
"Oh ya masak sih" kata dokter Nicholas seakan gak percaya.
"kalau gak percaya coba tuh tanya sama suster pendamping mu" kata Adnan mencoba meyakinkan Nicholas.
"Oke lah, aku percaya kok. Sekarang jelaskan ada apa kamu kesini" kata Nicholas dingin.
"Ih dingin amat kau. Aku tuh mau ajak kamu makan tahu gak" jelas Adnan.
"Kan kamu tau sendiri tadi ada meeting jadi ketunda deh makan siang kita" jelas Adnan.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi sekarang" ajak Nicholas.
"Eits tunggu dulu, sekarang jelaskan dulu kenapa kamu dari tadi melamun aja" kepo dokter Adnan.
"Ih mulai deh kepo nya" kata Nicholas menggoda sahabatnya itu.
"Jelas dong secara dari tadi bengong aja gak jelas pasti ada yang mengganggu pikiran kamu kan dan aku dari tadi melihat kamu sibuk memperhatikan dokter Afifa melulu" kata Adnan yang ucapannya tepat sasaran.
"Jangan bilang kamu naksir dokter Afifa ya" ledek Adnan.
"Kau itu, tau aja apa yang sedang aku pikirkan" kata Nicholas menimpali.
"Nanti aja dicafe aku jelaskan sekarang ayo kita berangkat aku dah sangat lapar sekali" ajak Nicholas dan menyeret temannya agar segera pergi.
Mereka pergi berdua dan tak terasa sudah sampai di cafe yang dimaksudkan. Cafe itu tidak jauh dari rumah sakit dan makanannya juga terbilang sangat enak.
Mereka menempati tempat dipojokan yang mana tempat itu sangat strategis karena sedikit tertutup dan bisa melihat siapa saja pengunjung yang masuk kedalam nya.
Saat sudah duduk mereka langsung memanggil pelayan dan segera memesan makanannya.
Sambil menunggu makanan pesanannya datang Adnan memulai pembicaraan agar tidak bosan menunggu.
"Sekarang jelaskan kenapa kamu tadi melamun, apa ada hubungannya dengan dokter Afifa" tanya Adnan.
"Yups kamu benar sekali, sejak pertama bertemu dengan dokter Afifa seakan ada magnet tersendiri yang membuat aku ingin selalu memandangnya, dan kamu tahu gak jantung ku berdetak kencang seakan ingin melompat" curhat Nicholas.
"Gak tahu kenapa dipikiran ku selalu aja memikirkan dia" kata Nicholas lagi.
"Ehemmm ternyata ada yang sedang jatuh cinta nih" ledek Adnan.
" Udah deh gak usah meledekku terus" kata Nicholas.
"Sekarang kamu bisa kasih informasi gak tentang dokter Afifa?, Secara kamu kan sudah lama bekerja dirumah sakit itu" kata Nicholas to the point.
"Setahuku dokter Afifa masih single, dia seorang yang sangat rajin beribadah, lembut, ramah, santun dan juga merupakan dokter yang sangat ahli dan cerdas" jelas Adnan.
"Tetapi tak ada seorangpun yang mampu mendekatinya, karena mereka selalu ditolak dan dari desas desus yang aku dengar mereka yang mendekati dokter Afifa dengan tiba-tiba akan mengundurkan diri dari rumah sakit itu" lanjut dokter Adnan masih terus menjelaskan.
"Terus apa ada lagi yang kamu ketahui? apa dia ada hubungan dengan dokter Syahrir sehingga semua yang mencintainya sampai-sampai mengundurkan diri dari rumah sakit" tanya Nicholas yang begitu antusias mendengar tentang siapa itu dokter Afifa.
"Setahu aku mereka tidak ada hubungan apapun, dan setahuku dokter Afifa adalah anak seorang ulama yang terkenal, mungkin mereka segan jadi mereka menjauh biar bisa move on dari pesona dokter Afifa" kata Adnan sambil menggendikkan bahu nya.
"Bisa jadi sih, ya" kata Nicholas membenarkan ucapan Adnan.
"Oh ya mending kamu buang jauh-jauh deh untuk mendekati dokter Afifa karena mana mungkin dokter Afifa mau sama kamu yang notabene seorang playboy cap kadal yang suka mematahkan hati setiap wanita dan sampai-sampai ada yang depresi juga" kata Adnan
"Ah kau itu, jangan salahkan aku, tapi mereka semua yang mengejar-ngejar aku" jawab Nicholas enteng tanpa rasa bersalah.
"Ih kau itu, terserahlah apa katamu" kata Adnan.
"Kau tahu gak sepertinya aku cinta pada pandangan pertama deh sama dokter Afifa, secara dia sangat berbeda dengan cewek-cewek yang aku pacari sebelumnya." kata Nicholas sambil membayangkan wajah dokter Afifa dengan seluruh pesona nya.
"Ya jelas mereka beda, dokter Afifa seorang yang sangat suci sedangkan mereka mau melakukan apa aja yang kamu mau hanya ingin bersamamu" kata Adnan sarkas.
"Kau itu tidak seneng sahabat sendiri senang apa" kata Nicholas sedih.
Tak terasa makanan mereka datang.
Mereka kemudian menyantapnya dengan lahap karena mereka memang sudah sangat kelaparan sekali.
"Akh... kenyang sudah" kata Adnan.
"Habis ini kamu mau kemana? mau balik rumah sakit atau mau pulang saja" kata Adnan lagi.
"Aku mau kembali aja deh, karena ingin bertemu pujaan hatiku" kata Nicholas sambil tersenyum nakal.
"Ya sudah ayo kita kembali sekarang, aku juga masih banyak kerjaan dirumah sakit" kata Adnan.
Mereka berdua pun akhirnya meninggalkan cafe itu dan menuju ke rumah sakit.
Sesampai dirumah sakit mereka melihat dokter Afifa dan dokter Reina dari kejauhan.
"Adnan, apakah dokter Afifa dan dokter Reina itu bersahabat seperti kita ini" tanya Nicholas ingin tahu karena dia melihat kebersamaan Afifa dan Reina.
"Setahuku mereka dekat hanya karena mereka adalah satu profesi dan mereka sama-sama dokter ahli bedah terbaik disini yang mengharuskan mereka harus selalu sering bersama" kata Adnan
"Dokter Afifa selalu baik dengan siapa saja dan selalu dekat dengan siapa saja kok" lanjut Adnan.
Adnan dan Nicholas melaju dan saat berpapasan dengan Reina dan Afifa, Nicholas menyapanya.
"Sore dokter Reina dan dokter Afifa" sapanya.
"Sore dokter Nicholas dan juga dokter Adnan" balas Reina mendahului.
Sedangkan Afifa hanya menangkup tangannya dan memberi salam dan tersenyum.
mereka paham dengan apa yang dilakukan oleh dokter Afifa.
"Pada mau kemana nih" tanya Nicholas sok akrabnya.
"Maaf permisi dokter Nicholas saya sama dokter Afifa mau pulang terlebih dahulu, oh ya satu lagi sepertinya saya hari ini masih belum bisa bergabung dengan tim karena saya ada keperluan yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan" ucap Reina penuh penekanan.
"Baiklah silahkan" mempersilahkan Reina.
"Kalau dokter Afifa mau pulang juga, apa boleh saya mengantarkan" mencoba menarik perhatian Afifa.
"iya dokter Nicholas, tetapi sebelumnya saya minta maaf karena saya sudah ditunggu sopir saya" kata Afifa.
"Apa lain kali saya boleh mengantarkan dokter atau menjemput dokter" masih berusaha menarik perhatian dokter Afifa agar mengijinkan dia dekat.
"Maaf dokter Nicholas sepertinya tidak bisa deh karena saya gak mau nanti Abi saya marah karena kita berduaan dan selain itu kita juga bukan muhrim" jelas Afifa yang masih menolak.
"Saya permisi kalau begitu karena kasihan sopir saya dan Abi saya sudah menunggu"
"Assalamu'alaikum" ucapnya memberi salam dan langsung pergi bersama dokter reina meninggalkan dokter Adnan dan dokter Nicholas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments