Keesokan pagi Afifa, Reina dan Anna kembali melakukan aktifitas dirumah sakit, sedangkan Abi nya kembali kekantor.
Sebelum mereka pergi Abi Afifa menyuruh Mario untuk mengawasi dan menjaga Afifa,Reina juga Anna.
Pagi ini mereka berangkat kerumah sakit bersama-sama.
Saat memasuki rumah sakit ada beberapa karyawan rumah sakit yang lagi bergerombol sedang membicarakan dokter baru yang sangat tampan.
"Hei tahu gak kita kedatangan dokter baru nih, dia tuh sangat tampan sekali lho" kata suster yang satunya.
"Masa sih" jawab lawan bicaranya.
"beneran tadi aku tuh lihat sendiri dengan mata kepalaku sendiri dan sekarang dia sedang diruang dokter Syahrir" kata suster yang tadi.
Tak sengaja Afifa dan kedua sahabatnya mendengar percakapan mereka.
"Pagi semua" sapa Afifa.
"Pagi dok" jawab beberapa suster yang bergerumbul itu menjawab dengan sedikit terkejut.
"Ada apa ini pagi-pagi sudah menggosip" tanya Afifa.
"Apa kalian gak ada kerjaan" kata Afifa lagi.
"Maaf dokter Afifa" mereka semua menunduk dan langsung membubarkan diri dan kembali ketempat masing-masing.
Setelah mereka bubar Afifa dan kedua sahabatnya melenggang menuju ke ruangan Afifa.
"Fa kamu dengar gak tadi gosip suster-suster yang katanya ada dokter baru itu" kata Reina
"Dengar sih tapi dokter Syahrir belum memberitahukan kepada kita kan" kata Afifa.
"Ya mungkin nanti diperkenalkan kali" kata Afifa lagi.
"Udah sana kamu kembali keruanganmu" usir Afifa kepada Reina.
"hmmm mengusir nih ceritanya, tega amah sih kamu fa" jawab Reina dan merubah wajahnya menjadi muka sedih.
"Ih kamu apaan sih, udah deh gak usah merajuk" kata Afifa.
" Tuh banyak pasien tau, sana kerja-kerja" kata Afifa.
"Ya udah baiklah" kata Reina dan keluar dari ruangan Afifa.
"Suster Anna hari ini jadwal saya apa saja ya" tanya Afifa ke sahabatnya itu.
"Kayaknya hari ini banyak pasien mengantri deh dok, tapi sebelum melayani pasien yang berobat dokter pagi ini kunjungan ke pasien rawat inap di VIP" kata suster Anna menjelaskan.
"Baiklah kalau begitu, tolong persiapkan rekam medik semua pasien rawat inap yang akan saya periksa ya" kata Afifa memberi perintah kepada suster Anna.
"Baik dok" jawab suster Anna dan langsung pergi mempersiapkan semua rekam medis pasien yang dipunya dokter Afifa.
Setelah persiapan selesai Afifa dan Anna berjalan berdampingan melakukan pemeriksaan kepada semua pasien di ruang VIP.
Saat memasuki ruang rawat nyonya Habibah Afifa terkejut karena disana ada Ardiansyah, tetapi Afifa berusaha tenang dan bersikap profesional agar tidak kelihatan kalau sekarang dia lagi gugup dan jantungnya berdetak kencang.
"Pagi nyonya Habibah, bagaimana perasaannya pagi ini" tanya Afifa.
"Eh dokter, Alhamdulillah baik dokter" jawab Habibah.
"Apa ada keluhan" tanya Afifa lagi.
"Tidak dok, saya merasa sudah baikan" kata nyonya Habibah.
Afifa kemudian terus memeriksa kondisi nyonya Habibah.
"Baik kalau begitu Insya Allah nyonya besok sudah bisa pulang" kata Afifa.
"Apa tidak bisa sekarang saja dok"Kata Habibah.
"Boleh nyonya tapi menghabiskan dulu infusnya ya baru boleh pulang" tutur Afifa begitu lembut.
Dari tadi Ardiansyah hanya memandang Afifa saja tanpa berkedip dan semua itu diketahui oleh bundanya yaitu Habibah.
"Ehemmm.... oh ya dok perkenalkan ini anak saya" kata Habibah memperkenalkan Ardiansyah kepada Afifa.
"Ih mama apaan sih saya sudah mengenal dokter Afifa" kata Ardiansyah.
"Hai fa bagaimana kabar mu" tanya Ardiansyah.
"Baik kak" kata Afifa menundukkan pandangannya.
"Oh jadi kalian sudah saling kenal nih ceritanya bagus lah kalau gitu" kata Habibah.
"Iya Bun, Afifa itu dulu adik kelas Ardiansyah sewaktu di SMA" Ardiansyah menjelaskan kepada bundanya.
"Oh ya, kenapa kamu tidak cerita nak" kata bundanya.
"Terima kasih ya fa, kamu sudah merawat ibu ku" kata Ardiansyah tulus.
"Sama-sama kak dan ini memang sudah menjadi tugas saya sebagai dokter" kata Afifa.
"Kayaknya kalian serasi banget deh, dan ini dok yang kemarin saya ceritakan ke dokter itu" kata bunda Habibah.
"Apa dokter mau saya jodohkan dengan anak saya ini" kata bunda Habibah to the point.
"Apaan sih Bun, kan belum tentu dokter ini masih single siapa tahu dia sudah menikah atau memiliki pasangan gitu ya kan fa" kata Ardiansyah yang saat itu senang karena bundanya mau menjodohkan dengan wanita yang sangat dicintai nya itu. Tapi disisi lain Ardiansyah masih teringat dengan kejadian kemarin waktu direstoran itu.
Afifa hanya tertunduk malu dengan semu merah dipipi nya.
Afifa tidak menyangka karena yang dimaksud nyonya Habibah itu adalah kak Ardiansyah.
Ada perasaan yang menghangat menjalar dalam tubuhnya karena ucapan nyonya Habibah.
"Insya Allah saya masih single kok" kata Afifa sambil tersenyum malu dan menundukkan wajahnya.
Ardiansyah begitu bahagianya mendengar Afifa masih single, dia merasa seakan mendapatkan habis memenangkan sebuah undian berhadiah yang sangat besar.
"Alhamdulillah ternyata Afifa masih sendiri" batin Ardiansyah.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya nyonya Habibah, masih banyak pasien yang harus saya tangani" pamit Afifa Undur diri
"Baiklah dok, nanti dilain waktu saya ingin berbicara sama dokter karena dokter belum menjawab pertanyaan saya" kata Habibah.
"Baik nyonya, saya permisi" pamit Afifa langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Sepeninggal Afifa dari ruangan itu Habibah menggoda putranya.
"Kayaknya roman-roman nya ada yang sedang jatuh cinta nih" goda Habibah.
"Apaan sih Bun" kata Ardiansyah menutupi perasaannya.
"Dari tadi memandangi dokter Afifa segitunya, untung mata itu gak meloncat" kata bunda Habibah.
"Ih bunda ya suka banget deh ngeledekin anaknya" jawab Ardiansyah yang malu karena ketahuan menatap Afifa dari tadi.
"Tunggu apalagi nak, udah sana cepat lamar dokter Afifa nya." kata bunda menyemangati Ardiansyah.
"Bukan begitu Bun, kemarin saya melihat dokter Afifa begitu akrab dan mesra nya dengan seorang lelaki" kata Ardiansyah sedikit sedih
"Apa kamu gak salah lihat nak, mungkin saudaranya" kata Habibah.
"Sepengetahuanku Afifa gak punya sodara Bun" curhat Ardiansyah.
"Ih kamu ya mungkin aja sodara sepupu gitu, kamu kan belum mengenal dekat keluarganya kan" kata bundanya.
"Kurang apa coba dokter Afifa itu sangat cantik, baik dan santun banget"
"Bunda sangat suka deh dengan dokter Afifa" kata bunda.
"Tapi Bun apa mungkin keluarga Afifa mau menerima aku, secara dia adalah anak dari tuan Hamid Abdullah lho Bun" kata Ardiansyah berbisik ditelinga bundanya ketika menyebut anak tuan Hamid Abdullah.
"Oh ya, kok bunda baru tahu ya" kata bunda begitu terkejut.
"Kamu kan belum mencobanya nak, kamu sukses, baik dan punya segalanya"
" bunda yakin pasti tuan merestui hubungan kalian" habibah mencoba menyemangati anaknya itu.
"Baiklah Bun kalau begitu akan saya coba" kata Ardiansyah akhirnya.
"Ya gitu dong anak bunda harus optimis" kata Habibah.
Ardiansyah dan bundanya saling berpelukan.
"Tahu gak Bun sebenarnya wanita yang Ardiansyah maksud itu juga Afifa itu Bun"
"Sudah sejak SMA Ardiansyah mengejarnya tetapi Afifa selalu menolak ku Bun dengan alasan ingin fokus belajar dan menghindari larangan Allah gitu Bun" jelas Ardiansyah ditengah-tengah curhatannya.
"Ya bagus dong itu berarti dia sangat pantas untuk diperjuangkan" kata bunda
"Lagian kamu masih sekolah sudah bingung pacaran, bukannya belajar yang rajin gitu. Tahu gak nak pacaran itu dosa lho" kata bunda menasehati.
"Maaf Bun" kata Ardiansyah tertunduk menyadari kesalahannya.
"Ya sudah sekarang kamu siap-siap kekantor nanti sore kamu jemput bunda dirumah sakit" perintah bunda.
"Baik bundaku sayang" Kata Ardiansyah sambil memeluk bundanya dan mencium pipi bundanya.
Ardiansyah sangat menyayangi bundanya karena hanya bundanya lah orang tua yang tersisa bagi Ardiansyah.
Ayahnya sudah meninggal sejak Ardiansyah menginjak kuliah karena serangan jantung akibat perusahaannya yang mengalami kebangkrutan itu.
Mau tidak mau Ardiansyah harus berjuang untuk mengembalikan perusahaan ayah nya yang sudah hampir colaps.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Fadhil
langsung cap cus di
2024-05-14
0
Ning Mar
cie cie yg kasmaran....
2023-02-12
0