Setelah Uma Aisyah berpamitan, Afifa dan seluruh keluarga kembali ke kamar masing-masing.
Tetapi rein mengikuti Afifa menuju kamarnya.
Tanpa disuruh masuk Reina langsung ber hambur ke kamar Afifa dan langsung duduk di sofa dekat tempat tidur yang berukurang king size itu.
"Aku sedang menunggu penjelasan kamu nih"
"Ayo cerita, aku dah gak sabar nih"
Mau tidak mau akhirnya Afifa menceritakan semua yang telah terjadi selama ini.
Tanpa menyebut nama Ardiansyah maupun Aqila.
Reina masih kepo dengan siapa yang dimaksud Afifa dalam ceritanya ini.
"Terus siapa sih mereka itu, kan aku ingin tahu siapa dia fa. Ya kali aja aku bertemu mereka suatu saat nanti" rasa keingintahuan Reina begitu tinggi.
"Udahlah rein ini kan sudah berakhir dan aku gak mau menyebut siapa mereka karena aku ingin memulai lembaran baru dan tidak mau mengingat masalah itu kembali"
"Aku mohon kamu memahami aku ya rein, please!!" pinta Afifa dengan wajah memohon.
"Baiklah kalau begitu" kata Reina akhirnya.
"Lain kali kalau ada apa-apa kamu cerita dong ke aku"
"Apa kamu sudah tidak menganggap ku heh" kata Reina
"Baiklah, kamu memang yang terbaik deh Reina" ucap Afifa dan mereka berpelukan berdua.
"Ya sudah kamu pasti capek, kamu istirahat sana" perintah Reina
" aku akan kembali ke kamarku" jawab Reina sambil beranjak pergi meninggalkan Afifa.
"Terima kasih ya rein, atas perhatiannya dan kamu memang yang terbaik" kata Afifa tulus.
flash back off.
Pagi ini Afifa berangkat ke rumah sakit tempat dia bekerja.
Walaupun itu rumah sakit keluarga tetapi Afifa disana hanyalah seorang dokter biasa bukan sebagai pemilik.
Dan tidak ada yang mengetahui kalau rumah sakit itu milik keluarganya hanya Reina saja yang mengetahui.
Setiba di ruangannya Afifa menaruh tas dan mendudukkan tubuhnya di atas kursi yang sangat empuk dan nyaman.
Selang beberapa menit datang seorang suster kepercayaannya yang selalu membantu pekerjaannya.
"Dok permisi diluar sudah banyak pasien mengantri" kata suster Anna
"Baik sus, kira-kira berapa pasien hari ini sus?" tanya Afifa.
"Kalau sampai waktu sekarang sekitar ada 53 pendaftar dok" jawab suster.
"Apakah hari ini ada jadwal operasi sus?" tanya Afifa kembali.
"Tidak ada dok" jawab suster Anna.
"Ya sudah batasi saja pasien untuk hari ini sampai no antrian 60 setelah itu stop buat besok saja" kata Afifa
"Baik dok" suster Anna menjawab dengan santun.
Afifa pun melayani pasiennya satu persatu dengan sangat teliti dan penuh kesabaran.
Sifatnya yang lembut membuat banyak pasiennya yang begitu takjub dengan keahliannya dan pelayanannya.
Mereka sangat puas dengan pelayanan dokter Afifa.
Saat terdengar adzan dhuhur Afifa memanggil susternya.
"Sus tolong hentikan sebentar ya saya mau istirahat dahulu" ucap Afifa
"Baik dok" suster Anna menuruti perintah dokter Afifa.
Afifa langsung beranjak dari kursi kebesarannya dan langsung melenggang menuju masjid yang ada didalam rumah sakit ini.
Setelah ibadah nya usai Afifa menuju kantin untuk makan siang.
Tapi dari kejauhan tampak dokter Reina memanggilnya
"Dokter Afifa" teriak dokter Reina memanggilnya.
"Hai dokter Reina, mau kemana nih?" tanya Afifa
"Mencari kamu lah" jawab dokter Reina.
Memang kalau dirumah sakit mereka selalu menjaga profesionalitas mereka.
Walau semua tahu bahwa dokter Reina dan dokter Afifa adalah sahabat.
"Ada apa men cariku?" tanya Afifa
"Cuma ngajakin makan siang aja sih" jawab Reina santai
"Kalau begitu ayo tunggu apa lagi" ajak Afifa akhirnya.
mereka melenggang ke kantin rumah sakit.
Mereka menyantap makan siangnya dengan sangat lahap dan diselingi sambil ngobrol-ngobrol ringan.
" Fa kamu tahu tidak teman kamu yang kemarin saat kita jumpa di cafe tadi sedang ada dirumah sakit ini" kata Reina disela-sela makannya.
"Maksud kamu kak Ardiansyah" tanya Afifa penasaran.
"Iya betul" jawab Reina.
"Ah kamu mungkin salah lihat kali rein, mana mungkin dia berada disini" kata Afifa tak percaya.
"Ih ni anak dibilangin juga gak percaya amat sih sama diriku" Reina merajuk
"Iya aku percaya deh, sudah jangan merajuk lagi deh" bujuk Afifa agar Reina tak merajuk.
Tak beberapa lama makan siang mereka sudah habis tak tersisa.
"Rein aku balik dulu ya? " pamit Afifa
" Baik lah kalau begitu. Aku juga banyak pasien juga hari ini" kata Reina yang juga ikut beranjak untuk pergi ketempat mereka masing-masing.
Afifa memasuki ruangannya dan menyelesaikan tugasnya yang tadi tertunda.
Pasien demi pasien telah dilayani dengan baik dan tak terasa hari sudah menunjukkan waktu sholat ashar.
Afifa bertanya pada suster Anna.
"Sus apa masih ada pasien lagi?"
"Sudah tidak ada dok, tetapi diluar sana ada 1 pasien darurat yang membutuhkan bantuan dokter"
"Ya sudah tolong katakan pada dokter Reina Untuk menanganinya dahulu nanti setelah sholat saya akan menuju kesana" perintah Afifa kepada susternya itu.
"Baik dok" kata suster Anna dan langsung pamit undur diri untuk menuju ke tempat dokter Reina.
Afifa bergegas menuju masjid dan setelah menyelesaikan ibadahnya Afifa bergegas menuju ruang ICU.
"Dokter Reina, analisa apa yang sudah anda dapatkan" Tanya Afifa saat mereka berada ditempat pasien yang benar-benar sangat memprihatinkan keadaannya.
Reina menjelaskan dengan seksama semua analisa yang didapat.
Afifa kembali memeriksanya dan melihat ada pendarahan di otak pasien.
"Sepertinya kita harus segera melakukan operasi terhadap pasien ini."
Setelah memeriksa kesiapan dan kondisi pasien Untuk melakukan operasi akhirnya Afifa dan Reina berencana melakukan operasi terhadap pasien 2 hari lagi.
"Suster, tolong persiapkan untuk operasi pasien ini dan tolong siapkan semua nya.
Tolong beri tahu keluarga pasien dan minta persetujuannya"
"Jangan lupa semua berkas sudah harus selesai besok" perintah Afifa.
"Baik dokter Afifa" suster penjaga itu mematuhi perintah Afifa.
Afifa dan Reina melenggang pergi meninggalkan ruang pasien tadi.
"Rein jangan lupa kita besok yang akan menangani operasi pasien tadi jadi persiapkan diri kamu ya" kata Afifa sambil tersenyum.
"Siap dokter Afifa yang cantik" goda rein sambil mengangkat tangannya seperti sedang hormat.
Mereka pun tertawa riang
"Fa kamu masih ada pasien atau bagaimana?"
tanya Reina.
"Tugasku hari ini sudah selesai, aku mau langsung pulang saja." kata Afifa
"Kamu kapan nginap dirumah besar" tanya Afifa
Yang dimaksud rumah besar adalah rumah orang tua Afifa
"Minggu aja deh fa kayaknya, sampaikan salam buat Abi sama Uma aja ya"
"Maaf putri nya yang bandel ini masih ada urusan" lanjut Reina sambil mengedipkan matanya nakal.
"Ish kau itu pasti mau kencan kan sama dokter Anwar" kata Afifa.
"Sttt jangan bilang sama Abi sama Uma fa bisa-bisa aku kena ceramah deh" pinta Reina agar merahasiakan.
"Gak usah pacaran deh mending kalian langsung nikah aja" kata Afifa menasehati.
"Aku belum siap fa" jelas Reina
"Nunggu siap mau sampai kapan"
"Ingat dosa lho rein" Afifa memperingatkan sahabat sekaligus saudaranya itu.
"Siap gak siap kita harus siap rein"
"Pacaran setelah menikah itu sangat menyenangkan lho" lanjut Afifa
"Ih kamu kayak sudah menikah aja tahu pacaran setelah menikah" kata Reina
Saat menyadari perkataan barusan mereka berdua pun tertawa.
Saat hendak keluar dari pintu rumah sakit Afifa dikejutkan dengan seorang pasien yang mengalami banyak luka.
Ya pasien itu adalah sahabat dia waktu SMA yaitu Aqila.
Dengan bergegas Afifa mengikuti pasien itu menuju ICU.
"Biar saya yang periksa" kata Afifa
Afifa tidak tahan melihat kondisi Aqila yang saat ini penuh dengan luka.
Pertemuan yang tak sengaja ini dengan situasi seperti ini membuat perasaan Afifa tak menentu.
"Apa kamu mengenalnya dokter Afifa" tanya Reina yang sejak tadi tanpa disadari Afifa mengikuti langkahnya.
"Iya, aku mengenalnya dokter Reina"
"Dia adalah temanku SMA yang pernah aku ceritakan kepadamu dahulu" jawab Afifa yang masih diselimuti perasaan yang sedih.
"Oh jadi ini yang pernah berebut sama kamu. Kamu memang sangat baik fa padahal dia begitu membencimu tetapi kamu masih saja mau menyelamatkan nya" kata Reina
"Aku adalah dokter rein, kamu ingat itu"
"ya... ya... aku tahu itu."
"Aku akan menunggunya hingga siuman" kata Afifa
"Ya sudah kalau begitu, aku tinggal pulang dulu ya."
"ingat kalau ada apa-apa kabari aku" kata rein
Akhirnya Aqila siuman dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Afifa yang sedang menunggu nya.
"Aku dimana ini" tanya Aqila.
"Kamu dirumah sakit Aqila"
"Apa yang telah terjadi padamu Aqila hingga kamu seperti ini" tanya Afifa yang disertai tangis yang tak bisa ditahan lagi sambil mengusap puncak kepala Aqila.
"afifa tolong maaf kan aku, selama ini aku sudah membencimu karena perasaan iri dan kedengkian ku" kata Aqila tulus.
Baru kali ini Afifa melihat Aqila yang mengucapkan sesuatu dengan tulusnya.
"Aku sudah memaafkan mu kok Aqila " jawab Afifa sambil tersenyum lembut.
"Sekarang ceritakan apa yang telah terjadi denganmu Aqila"
Aqila akhirnya menceritakan bahwa dirinya sedang dikejar-kejar oleh sekelompok orang yang tidak dia kenal.
Orang yang mengejar itu sedang mencari sebuah chip data penting suatu perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan.
"Tolong simpan chip ini Afifa, jangan sampai ini sampai pada orang yang salah"
"Aku mohon Afifa bantu aku, waktuku sudah tidak lama lagi"
Lebih mendekatkan Afifa, aku ingin mengatakan rahasia penting tentang chip itu"
setelah menjelaskan Aqila meminta tolong Afifa lebih mendekat.
"Aku adalah salah satu asisten profesor Robert, Sebelum profesor Robert meninggal beliau berpesan untuk memberikan chip data ini keseseorang yang tepat karena didalam nya beri isi tentang penelitian sebuah virus yang sangat berbahaya bagi manusia dan didalamnya juga ada penawar virus itu."
"Teman profesor Robert yang bernama profesor Alfaro ingin menguasai itu dan ingin melakukan kehancuran manusia dengan menyebarkan virus itu" bisik Aqila menjelaskan.
"Aku mohon simpan chip ini, karena didalamnya terdapat penawar dari semua virus yang begitu ampuh untuk menyembuhkan manusia" seraya menyerahkan sebuah chip yang berukuran sangat kecil yang memuat banyak data-data penting itu.
Afifa menerimanya dan menyembunyikannya dibalik sakunya.
"Aku yakin kamu adalah orang yang tepat untuk menyimpan dan mempelajari apa yang ada didalam chip ini, Tolong selamatkan manusia - manusia yang tak berdosa Afifa." pinta Aqila
"Daan saa tuuu laa giii too long jaga iii dentitas muuu jaaa ngan sam paaiii ada ooo rang yang ta huuu kamu meee ngenaliii kuuu" pinta Aqila dengan terbata-bata dan akhirnya Aqila menghembuskan nafas panjangnya...
Itu lah pertemuan tak sengaja antara Afifa dan Aqila yang berakhir dengan kesedihan yang mendalam di hati Afifa karena sahabatnya yang dahulu pernah membencinya meninggal sekaligus memberikan amanat yang sangat berat dan berbahaya.
Afifa menghapus air mata yang menetes di pipinya sebelum ada orang yang mengetahuinya.
"Suster Anna, tolong bantu aku, kabari keluarga korban bahwa pasien ini telah meninggal." perintah Afifa tegas
"Kamu sudah mengetahui indentitas pasien kan" tanya Afifa.
"Sudah dokter, tetapi keluarga pasien sudah meninggal semua dokter" kata susternya.
"Hanya ada seorang kakak lelakinya tetapi saya tidak mengetahui keberadaannya karena saat dirumah pasien terjadi pembantaian itu, kakak nya berhasil meloloskan diri dan sekarang tidak tahu dimana keberadaannya" jelas suster.
Suster Anna adalah orang andalan Afifa selain dia begitu cerdas, Suster Anna merupakan salah satu Hecker terbaik di seluruh dunia.
"Tolong rahasiakan semua ini suster Anna dan tolong hapus semua identitas saya juga identitas tentang pasien" perintah Afifa.
"Nanti malam kita bertemu dimarkas kita tolong kabari Reina" kata Afifa.
"Aku mau pulang dulu sebentar" kata afifa selanjutnya dan langsung beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Lasmi Kasman
Berarti Afifa titik2
2021-08-21
1
Ahmat Hapids
weeeiiisssss markas bro
2021-08-16
1
Nur hikmah
kiraiin bertemu lgi dgn kak ardiansyah
2021-08-04
1