"Nona sebaiknya beristirahat, nona Rose menitip pesan agar kau tidak terlalu stress. Aku akan pergi agar kau tidak terganggu"
Farhan menganggap kata Nadine adalah sebuah racauan semata.
"Kau benar, aku begitu pusing dan mengantuk. Kau boleh pergi setelah aku tidur oke"
Nadine bicara dengan jarak yang sangat dekat, ia bahkan mengelus lembut rahang Farhan seraya tersenyum.
Farhan membesarkan mata saat sebuah ciuman mendarat di bibirnya. Sungguh ia tidak menduga jika gadis itu akan menciumnya sekarang.
"Nona Nadine"
"Aku tidak mau pacaran yang ujungnya kau akan meninggalkan ku seperti halnya Daniel, kita menikah saja, aku akan menjadi lebih baik lagi Farhan, aku belajar banyak hal akhir-akhir ini aku rasa itu ada pula pengaruh darimu"
Farhan terdiam, ia menjadi salah tingkah sendiri, ucapan mana yang harus ia percaya sekarang.
"Aku rasa nona tidak sedang dalam keadaan mabuk"
Nadine terkekeh, ia mencium pipi Farhan sekali lagi.
"Aku tidak mabuk, aku akan tidur. Ingat kau boleh pergi ketika aku sudah tertidur oke"
Nadine meraih tangan Farhan lalu memeluknya seraya berbaring dan memejamkan mata, meninggalkan kebingungan pada lelaki yang masih mencerna ucapan demi ucapan Nadine tadi.
Benar saja gadis itu seperti telah tertidur hingga tangan Farhan tidak ia genggam kuat lagi.
Farhan berdiri setelah menyelimutinya.
Lama ia menatap Nadine yang terlelap di hadapannya, sampai pada ia memutuskan untuk segera keluar dari sana.
Ponselnya berdering, segera ia angkat dan bicara. Tidak lama ia pun pergi dengan terburu meninggalkan Nadine yang tidur di kamarnya.
Sore harinya, Farhan menjadi pengawal bagi Rose dan dua karyawan lain yang mengurus keperluan keuangan perusahaan mereka di bank.
Setelah semua urusan selesai Rose dan Farhan pun pergi untuk mengakhiri pekerjaan hari ini dengan mengantarkan Rose pulang ke apartemen Nadine.
Di tengah perjalanan.
"Farhan, bisa lebih cepat aku sungguh mulas... aku ingin buang air"
"Apa kau ingin mampir ke pom bensin terdekat?," tawar Farhan yang telah melihat wajah Rose memerah menahan mulas perutnya.
"Tidak tidak, aku tidak mau menggunakan toilet umum, itu jorok. Ayolah lebih ngebut lagi"
"Kita masih lumayan jauh"
"Farhan, bukankah alamatmu ada di daerah ini? bisakah kau membawaku ke rumah mu saja, aku sudah tidak tahan"
Pria itu mengangguk.
"Ayo cepatlah, aku mau ke toilet rumah mu saja"
"Baiklah"
Tidak berapa lama berselang, Farhan akhirnya menepikan mobilnya pada sebuah halaman yanh tidak terlalu luas yang terdapat pula rumah sederhana yang diyakini Rose adalah tempat tinggal lelaki yang disukai oleh Nadine.
Rose berlari cepat setelah Farhan membukakan pintu rumah itu dengan kunci yang ada di sakunya.
Gadis itu tidak melihat sekitar lagi karena rasa mulasnya telah di ujung.
"Ternyata Farhan berasal dari kehidupan yang sama dengan ku, lihatlah rumah sederhana ini.... kemana orangtuanya?"
Gumam Rose setelah keluar dari toilet rumah itu, ia melihat sekitar, dapur yang bersih dan terawat.
Perlahan ia berjalan menuju dimana Farhan sedang menunggunya di ruang tamu.
"Ayaaaaahhhhhh"
Teriak seorang anak perempuan yang berlari ke arah Farhan.
"Hei sayang... kau sudah pulang"
"Aku merindukan mu, kenapa jarang pulang sekarang? apa ayah begitu sibuk hingga tidak lagi mengantarkan mama mengajar les balet"
Farhan menyambut anak itu dengan menggendongnya tinggi dan berputar, Rose melihat itu dengan jelas lalu perhatiannya tertuju seorang wanita cantik yang menyandang sebuah tas di lengannya yang berdiri di ambang pintu.
Belum juga Farhan menjawab anak itu, matanya lebih dulu menangkap sosok Rose yang mendekat.
"Oh nona Rose kau sudah selesai," suara Farhan membuyarkan lamunannya.
"Siapa bibi ini?"
Suara lembut khas anak-anak milik perempuan kecil yang tengah berada dalam gendongan Farhan menyentak lamunan Rose.
"Ini bibi Rose, dia sekretarisnya bos ayah"
"Rose, kenalkan ini Zia"
Rose masih diam, ia masih mengumpulkan kesadaran, ia menerima uluran tangan mungil yang mengajaknya berkenalan.
Lalu mata Rose beralih pada sosok perempuan yang berjalan mendekat.
"Aku membawanya kesini karena dia sudah tidak tahan ingin ke toilet, kebetulan kami lewat sini"
Ucap Farhan pada perempuan itu.
"Oh begitukah, baiklah nona kenalkan aku Dinda"
Rose menyambut tangan Dinda seraya tersenyum canggung.
"Apa nona ingin minum teh? akan ku buatkan"
Tawar Dinda, membuat Rose menatap wajah Farhan dan anak kecil itu bergantian, sungguh ia tidak bisa berkata-kata sekarang.
"Tidak perlu nona Dinda, aku sedang terburu.... terimakasih banyak atas tawaran anda, aku rasa Farhan tidak perlu lagi mengantarkan ku, aku bisa menyetir sendiri, lagi pula ini sudah sangat sore aku tidak akan berlama lagi"
"Sepertinya Zia sangat merindukan mu, aku akan pergi sekarang"
Ucap Rose lagi setelah mendapat tatapan sungkan dari Farhan.
"Terimakasih pengertian mu," jawab Farhan tersenyum pada Rose.
Disambut Zia yang kegirangan, Rose pun pamit pada Dinda yang tersenyum padanya.
Rose masuk mobil dengan cepat ia meninggalkan halaman rumah itu, ia melepaskan sesak di dadanya yang ia tahan sejak tadi.
"Oke, tarik napas.... hembuskan"
"Tenang Rose, seharusnya aku tidak akan terkejut bukan? sudah sewajarnya pria tampan itu sudah memiliki istri dan seorang anak bukan, yang terlalu bodoh itu aku dan Nadine yang berharap dia masih lajang"
"Oh my God..... Nadine menyukai pria beristri"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Tetty Permata Mawiney
biar ku tebak, pasti itu iparnya...kan di awal farhan di tabrak klo dy menyebut anak kecil itu keppnakannya...n yg dirawat di rs adalah suami Dinda
2023-10-15
1
Siti Fatonah
wahhh bnarkah farhan sudah menikah???hanya othor yang tau
2022-09-24
0
Septi Wariyanti
wahhh rose salah sangka
2022-05-06
1