Awan yang hitam pekat bergulung-gulung di langit, sehingga malam gelap itu semakin hitam. Sehitam hati Nadine yang menahan segala sesak di dadanya saat berhadapan dengan orangtua Daniel saat ini.
Duduk di samping ibunya, Nadine berusaha untuk tidak mengacaukan acara makan malam itu meski ingin sekali rasanya ia menghancurkan seisi meja saat menatap Nadira yang berlaku cuek bahkan adiknya itu tanpa malu menampilkan kemesraan bersama Daniel yang hanya diam saja dengan semua orang di sana.
Jika bukan karena Rose yang memperingatinya agar lebih menghargai ibunya malam itu, tentu Nadira dan Daniel sudah ia permalukan saat ini.
"Nadine sayang, bibi mengerti perasaanmu. Ini tidak mudah dilewati tapi percayalah kau dan Daniel tidak berjodoh. Bibi ingin hubungan kita tetap baik"
Bibi Maria adalah ibu Daniel, wanita cantik meski guratan penuaan telah menghiasi wajahnya itu telah akrab dengan Nadine selama gadis itu menjadi kekasih putranya Daniel.
"Bibi jangan ragukan itu, aku baik-baik saja" jawab Nadine datar.
Mereka hanya bicara pelan tanpa ada yang mendengar, namun ekor mata Nadira menyiratkan seribu pertanyaan tentang apa yang kakak dan calon ibu mertuanya bicarakan.
Tidak ada pembicaraan yang berarti selama makan malam berlangsung, Nadine tampak tidak menghabiskan porsi makanannya.
"Maaf aku lupa jika malam ini aku ada janji"
Ucap Nadine tiba-tiba seraya menaruh sendok yang ia pegang di atas piring yang masih banyak makanan disana.
"Nadine"
Nyonya Airin menangkap tangan anak sulungnya itu, menggenggamnya erat seraya geleng kepala. Nadine tampak berkaca-kaca.
"Maafkan aku bu, aku harus pergi sekarang ada janji urusan kantor"
Nadine segera pergi setelah melepas genggaman tangan ibunya.
Mereka yang berada di sana saling menoleh satu sama lain, diluar dugaan Daniel pun berdiri mengejar Nadine keluar.
"Daniel," panggil Nadira setelah cukup lama tercengang.
Di luar rumah saat Nadine ingin masuk mobilnya.
"Maafkan aku Nadine"
Ucap Daniel dengan suara berat, pria itu tanpa malu memeluk tubuh mantan kekasihnya ini dari arah belakang.
Nadine menangis sekarang, lama mereka hening dengan posisi Daniel memeluk Nadine sampai suara Nadira memecahkan suasana.
"Daniel, lepaskan dia"
Nadira menarik lengan calon suaminya dengan kasar, ia tampak marah dan tidak terima dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.
Daniel melepaskan Nadine lalu mengusap wajahnya kasar.
"Aku harap kau tidak mengacau pernikahan ku, Daniel milikku ingat itu"
Nadine menoleh pada adiknya.
"Aku ragu sekarang bahwa bukan Daniel yang menginginkan mu melainkan kaulah yang menggoda dan memaksanya, asal kau tahu aku muak dengan wajah kalian berdua, kalian pantas bersama, sama-sama menyebalkan"
Nadine mengatakan kata-kata itu sebelum ia masuk ke dalam mobilnya, ia duduk di bangku samping kemudi.
"Ayo kita pulang"
Sebuah perintah dari nona majikan pada pria yang menjadi sopir sekaligus penjaganya itu.
Farhan mengangguk lalu dengan perlahan tapi pasti ia menginjak pedal gas meninggalkan halaman rumah orangtua Nadine yang terdapat dua manusia dewasa yang tampak bertengkar.
Pria itu mengemudi dengan kecepatan sedang, untuk beberapa saat mereka hening sampai pada Farhan berani bersuara.
"Apa kita akan pulang sekarang nona?"
Nadine menoleh, ia tidak menjawab melainkan merebahkan kepalanya pada lengan kiri Farhan yang sedang mengemudi.
Hal itu cukup membuat sang empunya terkejut, lelaki itu tampak mengatur napas dibuat sikap Nadine yang tiba-tiba.
"Farhan, bagaimana pendapatmu tentang diriku?," Nadine bertanya dengan suara yang berat dan airmata yang menetes.
"Nona, apa yang kau bicarakan?"
"Tidakkah kau lihat betapa menyedihkannya diriku?"
Farhan terdiam, ia tahu maksud nona majikannya itu.
"Terlalu berharga airmata nona untuk menangisi lelaki pecundang seperti dia," Farhan memberanikan diri mengeluarkan pendapatnya.
"Kau benar, hidup ini tidak selamanya tentang uang.... bahkan uang dan kekuasaan ku saja tidak berguna sekarang, aku tetap dikhianati, ditinggalkan, ditusuk dari belakang bahkan adikku sendiri"
Nadine bicara pelan seraya mengeratkan pelukannya pada lengan sang pengawal yang hampir satu bulan bekerja padanya, matanya menerawang jauh akan kenangan ia bersama Daniel dimasa lalu.
Farhan hanya diam mendengarkan tanpa berani menyela, Nadine menarik napas dalam lalu menoleh pada lelaki tampan di sampingnya itu dengan bibir tersenyum.
Disaat bersamaan Farhan membalas tatapan sang nona cantik bosnya itu.
Tampak gugup pria itu menghindari Nadine, ia kembali fokus pada jalan.
"Maafkan aku jika diawal pertemuan kita jauh dari kata baik, kau bekerja dengan baik Farhan meski belum lama tapi aku percaya padamu. Kau bahkan selalu ada, disaat yang lain hanya tahu dengan uangku saja. Aku benar-benar menyesal untuk sikapku diawal"
Entah dirasuki oleh apa tiba-tiba saja Nadine bicara dengan nada rendah, ia tampak berkata tulus pada Farhan yang cukup tercengang akan permintaan maaf dari nona majikannya ini tentang sikap Nadine diawal pertemuan mereka.
"Aku senang nona seperti ini, jangan sungkan jika membutuhkan bantuanku nona"
"Hei, minggu depan kau akan gajian bagaimana jika kau traktir aku makan? kau bebas mengajakku makan dimana kau mau, aku pasti mau"
Nadine berkata girang dengan wajah kembali ceria tanpa kesan sombong sebagaimana ia selama ini.
Farhan mendadak salah tingkah dibuat pemandangan cantik itu seakan ia tidak menyangka bahwa Nadine berkata seperti tadi.
"Nona?"
"Apa aku terlihat aneh? apa aku tidak pantas bersikap seperti ini?"
"Tidak nona, jangan berkata seperti itu. Aku hanya tidak menyangka nona ...."
"Kau benar Farhan, aku bahkan jarang sekali bersikap ramah selama ini. Aku manja dan suka keonaran, aku bebas melakukan apapun dengan uang dan uang, aku bisa membeli apapun kecuali kebahagiaan, aku kehilangan banyak hal belakangan ini"
"Aku kira ini adalah karma atas banyak yang tidak baik kulakukan selama ini, semuanya perlahan meninggalkan ku disaat posisiku benar-benar di atas sekarang namun ketika itu pula semuanya berubah, hidupku berubah Farhan menjadi pewaris dan memiliki semua impian wanita di dunia ini namun juga kehilangan banyak hal, pertama ayahku... lalu Daniel, teman-teman sosialita ku yang terakhir ku ketahui sering menjelekkan ku di belakang, mereka berpihak pada Nadira"
"Lagi-lagi aku menyadari bahwa tidak melulu hidupku sempurna, meski memiliki uang dan kekuasaan tidak ayal membuat mereka tetap berada pada pihakku, aku tidak bisa membeli teman-teman yang sekarang memihak Nadira, aku tidak bisa membeli hati Daniel yang telah jatuh pada Nadira di belakangku, aku tidak bisa membeli nyawa ayahku agar tidak meninggal, aku tidak bisa membeli kasih sayang ibuku yang hanya sayang pada Nadira saja, aku bahkan tidak bisa meneruskan kepemimpinan ayahku tanpa Rose"
"Aku menyadari semua itu Farhan, hanya Rose yang setia di sampingku, aku benar-benar merasa tidak berguna sekarang meski aku tidur di atas uang sekalipun"
Farhan tercengang mendengar curahan hati seorang wanita yang mempunyai sifat sombong itu.
"Apa nona ingin bunuh diri? aku belum siap mati"
Mendengar itu Nadine menoleh pada Farhan yang berkata enteng di sampingnya.
"Apa kau bilang? aku berkata seperti itu bukan untuk mengakhiri hidup bodoh, aku masih waras," jawab Nadine kesal, ia memukul lengan Farhan namun tidak terlalu kuat.
Lelaki itu tampak tersenyum menampilkan giginya yang rapi, Farhan geleng kepala lalu berkata, "Aku senang nona masih waras, jika tidak aku takut akan diajak mati bersama malam ini."
Nadine kembali memukul lengan Farhan, airmatanya tampak mengering, wanita itu terlihat larut dalam candaan sang sopir.
"Huh, kau takut mati juga rupanya"
Mereka saling melempar tawa, tanpa Nadine sadari kesedihannya malam ini pun berganti senyum serta tawa kesal karena kata-kata dari pengawal pribadinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Siti Fatonah
lanjuttt thorrr bgusss ceritanya
2022-09-24
1
arsaynaka
semangat thor,
2021-12-11
0
QQ
Semangat Nadine rubahlah dirimu menjd lbh baik dan dg sendirinya kebaikan akan mendekatimu jg 👍👍👍
2021-12-10
0