"Baik nona"
"Bisakah kau menjawab sedikit lebih panjang, kau membuatku kesal"
Rutuk Nadine karena sejak tadi pengawal pribadi barunya itu hanya menjawab itu-itu saja.
Farhan hanya mengangguk saja, ia mempersilahkan majikannya itu untuk masuk pada mobil yang telah ia buka pintunya, Nadine segera masuk pada bangku penumpang bagian belakang.
"Kau cukup tampan untuk menjadi seorang bodyguard"
Farhan hanya tersenyum mendengarnya, namun siapa sangka Nadine menjadi marah ketika pria itu hanya diam sepanjang jalan menuju suatu tempat.
"Kenapa kau diam? tidak sopan membiarkan majikanmu berbicara sendiri"
"Maafkan aku nona, aku hanya sedang fokus mengemudi"
"Aku tidak minta maaf darimu"
Membuat pria itu menghembus nafas kasar dan terpaksa menahan sabar di dadanya, sesekali pria itu menggenggam setir dengan kuat agar tidak terpancing emosi oleh wanita cantik yang terlihat jelas wajahnya di kaca spion.
"Kenapa semua orang menyebalkan hari ini, turunkan aku"
"Maaf nona, kita belum sampai"
Nadine berdecak.
"Hentikan mobilnya sekarang!" perintah Nadine dengan kesal.
Farhan menurut, ia segera menepi ke pinggir jalan.
"Keluar kau!" Nadine keluar mobil lebih dulu dan berdiri di depan pintu kemudi menunggu pria itu keluar dari mobilnya dengan tangan bersilang ke dada.
Farhan ikut keluar dengan wajah bingung.
"Kau ku pecat, terserah kau ingin pulang dengan apa itu bukan urusan ku, aku tidak butuh pengawal arogan sepertimu, kau membuatku kesal sepanjang jalan"
Farhan begitu terkejut akan perkataan yang sama sekali tidak ia duga itu.
"Tapi nona"
"Jangan membantah ku, minggir kau jangan tunjukkan lagi wajah tampan mu yang sombong itu"
Nadine bicara dengan mengibaskan tangannya.
Pria itu menarik napas dalam, ia menatap wajah Nadine penuh arti, ingin sekali ia berdebat namun Farhan tahu itu akan sia-sia jika lawan bicaranya adalah gadis dengan emosi labil di hadapannya ini.
Belum juga ia beranjak, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju kencang yang melintas begitu dekat ke arah Nadine berdiri.
"Aaaaaahhh" pekik Nadine terkejut ketika merasakan angin dari mobil yang hampir menyenggol tubuhnya jika Farhan tidak menyelamatkan dengan menggendong tubuhnya lebih menepi.
Dengan dada yang berdegup karena cemas, Nadine melepaskan diri dari pelukan sang bodyguard. Tangannya memegang dadanya yang jantungnya hampir terlepas oleh kejadian yang begitu cepat.
"Apa nona baik-baik saja?"
"Huh, aku rasa kau cukup bisa diandalkan untuk melindungi ku. Kau tidak jadi ku pecat, ya ampun aku hampir saja mati"
Gumam Nadine dengan nafas yang masih kempang kempis, tangannya mengusap wajahnya yang terlihat memucat.
"Ternyata nona masih takut dengan mati" ucap Farhan pelan dengan senyum tipis menghiasi sudut bibirnya.
"Siapa yang ingin mati muda bodoh, ayo masuk kita pergi dari sini!" jawab Nadine menatap tajam lelaki itu.
"Lagi pula aku belum menikah, belum sempat balas dendam pada Daniel, belum juga sebulan jadi bos, aku tidak mau mati sekarang"
Lelaki itu mengangguk dan segera membukakan kembali pintu mobil untuk sang majikan cantiknya. Mereka melanjutkan perjalanan.
Setelah hampir setengah jam perjalanan, akhirnya Farhan menepikan mobil yang ia kendarai di bawah pohon besar di tepi danau buatan yang berada di pinggir kota.
Tidak banyak pengunjung di sana pada waktu siang bolong seperti sekarang, hanya beberapa saja yang sekedar istirahat dan tampak pula beberapa anak kecil yang bermain.
Nadine keluar mobil tanpa berkata-kata, wajahnya yang cantik kian terpancar oleh sapuan angin ditengah teriknya matahari, rambutnya terburai melambai indah menghiasi pundaknya yang terbuka.
Farhan menatap wajah itu dari jarak yang tidak terlalu jauh, pria itu hanya berdiri di depan pintu kemudi mobil. Lelaki yang belum mengenal siapa majikannya itu hanya bisa menurut saja kemana nona muda memintanya pergi.
Mata lelaki itu cukup terkejut saat mendapati Nadine tiba-tiba duduk tanpa beralaskan apapun, gadis itu menangis tergugu dengan menyembunyikan wajahnya dengan memeluk lutut.
Suara tangis itu lumayan kencang, Nadine tidak peduli pada sekitar yang beberapa orang menatapnya aneh.
Hanya menangis dan menangis saja, Farhan tidak berani mendekati ia hanya menatap dan memantau nona mudanya dari tempatnya berdiri saja.
"Kemari kau!"
Farhan pun mendekat.
"Iya nona"
"Siapa namamu?" tanya Nadine dengan suara serak habis menangis.
"Namaku Farhan Pradhipta nona"
"Aku harus memanggilmu apa?"
"Terserah nona saja"
"Jangan membuatku kesal lagi, bisa tidak menjawab seperti yang ku inginkan" bentak Nadine seraya menghapus airmatanya yang masih mengalir tanpa permisi.
"Maafkan aku nona, nona bisa memanggilku Farhan saja"
"Huh terserah siapa namamu, lagipula apa peduliku. Ayo pulang, aku sudah lebih baik"
Farhan hanya mengangguk saja.
"Mari nona" Farhan mempersilahkan Nadine dengan tangannya.
"Gendong" rengek Nadine.
Membuat pria itu tercengang.
"Apa yang kau pikirkan, ayo gendong aku malas berjalan"
"Baik nona" jawab Farhan tidak ingin berdebat lagi.
Pria itu mengangkat tubuh ramping Nadine dengan mudah, gadis itu meringkuk nyaman dalam gendongan sang pengawal yang baru hari pertama masuk bekerja.
"Kenapa badanmu besar sekali, apa kau seorang binaraga?"
"Tidak nona, aku hanya pria biasa hanya saja aku suka berolahraga"
"Kau cukup tampan, badanmu besar, cocok untuk jadi pelampiasan"
Farhan menghentikan langkahnya ketika mendengar itu.
"Hanya saja sayang sekali aku tidak pernah mengencani lelaki miskin, tapi kau cukup bisa diandalkan hanya sekadar jadi bodyguard aku rasa Rose tidak salah pilih"
Farhan hanya diam, ia meneruskan langkahnya.
"Jangan tersinggung, bukankah orang miskin tidak punya harga diri jadi jangan membantahku karena kau memang jauh di bawahku"
Pria itu hanya menarik napas dalam mengontrol emosi yang ia tahu akan sia-sia jika meladeni wanita seperti Nadine.
"Kita akan kemana nona?"
Farhan mendudukkan Nadine dengan pelan pada bangku penumpang, lelaki itu mengalihkan pertanyaan agar tidak terus direndahkan oleh sang majikan.
"Kita pulang"
"Baik"
Sepanjang jalan Nadine kembali menangis, membuat Farhan geleng kepala.
"Jika nona ingin melepaskan sesuatu yang terasa berat, nona bisa berteriak keluar jendela"
"Apa maksudmu?"
"Berteriaklah, mungkin itu lebih baik dari menangis yang hanya membuat mata nona menjadi bengkak"
Nadine membuka jendela mobil, ia menghapus airmatanya lalu berteriak seperti anak kecil.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh"
Nadine melakukannya lagi dan lagi, entah kenapa ia merasa membaik, dadanya terasa ringan bahkan ia berteriak dan tertawa.
"Huh kau benar, berteriak cukup membuatku lega"
Farhan hanya tersenyum, seterusnya mereka hanya diam dan hening sampai pada mobil yang dikendarainya kembali terparkir di sebuah apartemen mewah milik Nadine.
"Kita sudah sampai nona"
Farhan membuka pintu mobil untuk Nadine, ia cukup terkejut saat nona muda itu merentangkan tangan dengan senyum merekah menampilkan giginya yang berbaris rapi.
"Kenapa kau bingung, ayo gendong aku lagi aku malas berjalan kaki"
Farhan menelan ludah, ia tidak banyak bicara selain menuruti sang majikan. Farhan tampak terpaksa melakukannya betapa tidak ada banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka ada pula yang memotret momen itu ketika menyadari putri dari konglomerat terkenal itu berada dalam gendongan pria berbeda dari biasanya.
Nadine menengadahkan wajahnya, mata tajam nan indah milik gadis itu menatap tidak berkedip pada wajah tampan sang pengawal pribadi itu.
Tanpa terasa mereka telah sampai di depan pintu apartemen.
Farhan tercengang saat pipinya mendapat sebuah ciuman dari wanita cantik yang ia gendong saat ini.
"Nona?"
"Kenapa terkejut, apa kau tidak pernah dicium oleh wanita sebelumnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BENAR2 WANITA AROGAN..
2024-04-15
0
Septi Wariyanti
pasangan serasi
2022-05-06
1
Tia Prayuda
lelaki cuek kayak kanebo kering memang cocok sama cewek manja dan agresif
2022-03-05
0