Di tengah keramaian, di saat dentuman musik yang keras memekakkan telinga yang dimainkan oleh seorang Dj wanita berpakaian seksi, Nadine begitu asyik hingga melupakan beberapa masalah hidupnya, bergoyang sesuai irama musik disco bersama tiga teman lainnya yang mereka telah biasa menghabiskan waktu di sana.
Memakai pakaian serba mini Nadine dan teman-temannya menghabiskan separuh malam dengan bersenang-senang.
Tidak dengan Rose, asistennya itu merupakan wanita baik yang tidak terpengaruh oleh pergaulan yang Nadine terjebak diantaranya, meski ia sering diajak namun ia hanya sebagai penonton dan menunggu saja hingga majikannya itu lelah dan minta diantar pulang.
"Nadine, ini sudah dini hari ayo kita pulang aku mengantuk", pekik Rose pada Nadine yang masih betah berada di tempat gemerlap penuh dosa itu.
"Apa?", teriak Nadine lagi yang belum mendengar jelas ucapan Rose.
"Ayo pulang, aku mengantuk", terpaksa Rose berteriak di telinga Nadine sebelum menarik tangan gadis itu menjauh dari kerumunan dan membawa Nadine keluar dari sana.
Nadine melepaskan tangan Rose secara paksa.
"Kau ini kenapa, ini masih malam kenapa pulang sekarang, aku masih ingin berjoget di sana".
"Hampir pagi bodoh, ayo pulang kau sudah keterlaluan bukankah besok acara penobatan kau sebagai ceo baru, jangan membuat mendiang ayahmu malu dan menyesal telah mewariskannya padamu", bentak Rose menarik tangan Nadine menuju mobil.
"Benarkah? kenapa aku lupa akan hal itu. Baiklah ayo pulang", jawab Nadine enteng namun baru juga beberapa langkah ia berjalan sempoyongan lalu luruh tidak sadarkan diri jika tidak Rose yang menahannya.
"Huh, awas kau nona besar aku akan minta naik gaji setelah ini, mana berat lagi", rutuk Rose kesal memapah tubuh Nadine menuju mobil mereka.
******
Kriiing kriiing kriiing kriiing.
Bunyi alarm jam kecil yang berada di atas nakas ranjang berukuran besar dengan perempuan berwajah cantik lagi manis tengah tertidur pulas di bawah selimut tebal berwarna putih.
Tidak sedikitpun tubuhnya tergerak oleh bunyi jam yang cukup kuat untuk membangunkan seseorang.
Sampai pada seorang yang berani masuk ke kamar nona muda yang punya segalanya itu seraya membuka gorden jendela agar matahari yang mulai menyingsing itu segera menyilaukan mata indah milik Nadine yang masih enggan terbuka.
Benar saja, silaunya cahaya mentari berhasil membuat gadis itu menggeliatkan tubuhnya.
"Ayo Nadine, kau harus bangun", ucap Rose seraya membuka selimut yang menutupi tubuh Nadine.
"Sayang kau datang pagi-pagi?", racau Nadine dalam mata tertutupnya.
"Sial, apa kau masih mengharapkan Daniel gadis bodoh? jangan bermimpi Nadine, pria itu akan menikahi Nadira adikmu sendiri, ayo segera bangun dan bersiap untuk hari barumu", jawab Rose menggoyangkan tubuh majikannya itu.
Pada kenyataannya Rose bahkan lebih berpengaruh terhadap Nadine daripada ibunya, selain mereka bersahabat sejak kecil Rose juga orang yang paling Nadine percayai dalam segala hal termasuk keuangannya, tak heran bila Nadine menjadikan Rose sebagai asisten pribadinya yang tentu mengurus segala kehidupan sempurna Nadine selama ini.
Jika terhadap orang lain Nadine akan angkuh dan sombong tanpa ingin ditandingi, tidak halnya dengan Rose meski sering berdebat namun mereka sudah seperti saudara saja.
"Oh Rose kenapa kau mengganggu ku", rengek Nadine kembali meringkuk.
"Apa kau lupa hari ini? ayo hari barumu akan dimulai bos besar".
"Apa?", Nadine membesarkan mata seketika ia mengingat hari apa sekarang.
"Bagus jika kau sadar, ayo bangun dan bersiaplah apa kau mau para pekerja mu mencontoh untuk tidak disiplin?".
"Aaaaah baiklah, kenapa kau mengoceh seperti ibu saja pagi-pagi seperti ini".
Nadine bangkit dengan malasnya ia menuju kamar mandi, Rose hanya geleng kepala mendengar majikannya itu muntah-muntah.
"Sudah tahu itu menyiksa namun masih juga suka minum hingga mabuk, aku heran apa hanya itu yang bisa dilakukan para anak orang kaya?", gumam Rose sambil melihat kembali jadwal Nadine hari ini pada tablet yang akan ia gunakan untuk mengatur segala urusan nona majikannya itu layak sekretaris pribadi.
******
Semua pegawai yang bekerja pada hotel berbintang lima yang sekarang resmi menjadi milik Nadine Calista Rinaldi berjejer rapi dan menunduk hormat pada sosok perempuan cantik yang berjalan dengan meninggikan bahunya itu sebagai CEO baru mereka.
Rose sebagai asisten sekaligus sekretaris pribadi Nadine turut berjalan di belakang gadis itu layak profesional diikuti pula beberapa petinggi di sana.
Nadine berhenti pada satu pekerja wanita yang memakai pakaian batik khas pegawai hotel itu yang masih menunduk hormat.
"Kau".
"Saya nona", jawab sang pegawai.
"Angkat wajahmu!".
Perempuan itu memberanikan diri menatap nona CEO itu.
"Aku tidak membutuhkan pekerja yang malas berdandan, wajahmu terlalu pucat untuk bekerja di hotelku, kau bisa kemasi barangmu sekarang jangan kembali lagi kemari, aku tidak butuh wajah polos yang tentu tidak menjual ini".
Semua yang mendengar itu menjadi ciut, ingin menyahut dan memohon tentu tidak berani selain kembali menunduk menerima nasib, tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh gadis itu ketika menatap mata besar yang tajam bos baru itu yang seakan dari sorot mata saja sudah merasa diintimidasi.
"Nadine, kau terlalu kejam", bisik Rose.
Nadine hanya menaikkan satu alis matanya dengan senyum sungging.
Lalu Nadine beserta anak buahnya meninggalkan hotel menuju gedung kantor yang akan ia pimpin menggantikan ayahnya.
Siapa yang tidak terpesona melihat bos baru wanita yang berpakaian serba mini dihiasi berbagai aksesoris mahal menunjang penampilannya, namun tiada banyak yang mengetahui bahwa gadis yang menggantikan pria baik dan bijaksana yang memimpin perusahaan selama ini adalah wanita yang mengesampingkan etika, Nadine tumbuh menjadi dewasa yang manja dan hanya tahu tentang bersenang-senang dan menghabiskan uang saja.
"Ayo cepat, letakkan di ruangan nona Nadine sekarang juga!", perintah Rose pada beberapa anak buahnya untuk segera meletakkan semua barang pribadi Nadine yang dibutuhkan wanita itu ketika di kantor ke ruangan yang telah menjadi milik nona muda yang akan memimpin perusahaan ayahnya nanti.
Nadine mewarisi hampir seluruh kekayaan ayahnya, entah apa yang menjadi alasan pria yang telah meninggalkan nama itu hingga Nadira hanya mewarisi satu kekayaan saja yaitu yayasan sekolah dasar swasta ternama di kota itu.
Siapa yang tidak mengenal tuan Rinaldi, pebisnis sukses dari usianya sangat muda, memiliki beberapa resort dan hotel yang mempunyai cabang di beberapa kota lain, perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, memiliki sebuah tambang batubara dan mempunyai departemen store di beberapa kota besar lainnya dan satu yayasan sekolah dasar swasta ternama dan termahal di kota itu.
Hingga jika dijumlahkan seluruh kekayaan keluarga itu tidak akan habis tujuh turunan sekalipun, namun sayang tuan Rinaldi tidak memiliki anak lelaki, oleh karenanya ia wariskan pada Nadine putri sulungnya.
Nadine mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ayahnya duduk di sana, menyilangkan kaki lalu ia bergeser sedikit dari meja menghadap Rose yang masih berdiri.
"Rose, aku rasa aku butuh pengawal pribadi selain asisten pribadi seperti dirimu, aku duduk di sini sebagai orang terkaya nomor tiga di negeri ini, tidakkah kau merasa aku ini sangat berharga sekarang?".
"Untuk kali ini kau benar nona, aku setuju meski aku ragu kau bisa menjalankan semua yang ditinggalkan ayahmu ini".
"Untuk itulah kau bersamaku Rose, kau otakku kaki tangan ku, aku tidak bisa tanpamu", rayu Nadine seraya terkekeh.
"Jika begitu aku minta gaji lebih", jawab Rose tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEBENARNYA 11-12 LO DGN NADIRA YG JALANG, PNMPILAN LO LBH JALANG DARI WANITA JALANG
2024-04-15
1
Novika Riyanti
ok...
kyk a q sedikit emosi sm se nona besar ini y ....😒
2022-09-13
1
🌸 andariya❤️💚
sekuntum mawar 🌹🌹🌹🌹🌹..biar tambah semangat 💪
2021-12-16
2