Dosen yang mengajar di kelas mereka baru saja keluar, para mahasiswa membereskan peralatan belajar mereka masing-masing seperti binder, alat tulis dan buku panduan untuk di masukkan kembali ke dalam tas.
"Gaes ada hot news nih." Seru Kesya memberi informasi
"Apa-apa." Jawab teman-teman yang lain tidak sabaran.
"Tadi aku ngelihat cewek keluar dari mobil pak Dimas tau."
"Hah masa sih, serius lo."
"Wah kapan-kapan."
"Tadi pagi di parkiran, Aku nggak sengaja lewat situ ngelihat mobil pak Dimas nggak lama ada cewek keluar dari mobilnya."
"Jangan bohong loh, salah lihat kali."
"Serius tau, tadi ceweknya pakai gamis warna coklat sama jilbab panjang warna hitam kalau ngga salah." Kesya menerangkan ciri-ciri wanita yang sempat ia lihat keluar dari mobil dosennya itu.
"Masa sih, Aaa ngga mungkin kalau itu pacarnya."
Keyla otomatis langsung melihat pakaian yang ia kenakan sekarang, gamis coklat dan jilbab hitam sama persis dengan ciri-ciri yang temannya itu sebutkan.
******! berarti tadi ada yang lihat aku keluar dari mobil mas Dimas, Aaaa bagaiman ini, kayaknya aku harus cepat-cepat keluar deh dari sini.
Baru saja ingin berjalan keluar, temanya yang memberi info itu memanggil.
"Keyla."
"Heh iya." Menjawab tenang berusaha menyembunyikan kegugupan.
Menunjuk kearah sepatu Keyla, "Tali sepatumu terlepas tuh."
Sudah gelisah setengah mati, barangkali temannya itu mengetahui bahwa dialah orang yang keluar dari mobil Dimas tadi pagi. Dan ternyata prediksinya melenceng, tapi syukur tak ada yang mengetahui.
Alhamdulillah, aku kira dia tahu.
"Oh, hehe iya aku lupa makasih loh udah di ingetin." Cepat-cepat mengikat kembali tali sepatunya yang terlepas, menarik tangan Oca untuk segera keluar dari kelas.
"Kamu kenapa sih Key buru-buru amat ada apa sih." Oca mulai Kepo dengan tingkah Keyla sekarang, tak biasanya wanita itu terburu-buru seperti sekarang kayak habis di kejar hantu saja.
"Aduh Ca, kamu nggak dengar ya apa yang mereka omongin di kelas tadi." Berbisik-bisik
"Enggak, orang tadi aku pakai hedset." memperlihatkan kabel hedset yang tercolok di ponselnya.
"Pantesan," menepuk jidat. "Tadi itu si Kesya ngelihat aku keluar dari mobil mas Dimas Ca." Menjelaskan dengan mimik wajah serius seperti dosen yang memberi materi tadi pagi, kurang lebih seperti itu ekspresinya sekarang.
"Lha emang kenapa? kamu kan istrinya kak Dimas ya wajar kan." Jawaban yang sama seperti yang Dimas ucapkan, memang kakak beradik yang sangat kompak mereka ini.
"Iya sih tau, cuman aku takut saja kalau sampai mereka pada tahu terus musuhin aku, mereka kan fans girl mas Dimas." Mengutarakan ketakutannya kalau sampai berita bahwa dia adalah istri Dimas si dosen famous itu tersebar di kalangan Mahasiswi yang mendambakan suaminya, bisa habis dia nanti.
"Ck, nggak usah khawatir ada aku yang bakal lindungin kamu, tenang saja aku jago bela diri kok." Menyeringai memamerkan kekuatannya.
"Palingan juga kamu lari duluan sebelum di serang." Tersenyum mengejek, mengingat dulu waktu SMA mereka pernah mengalami aksi bullying sampai-sampai Keyla mau di keroyok oleh beberapa siswi pada saat itu, Oca yang di harapkan untuk menolong ternyata sudah lari duluan karena ketakutan untung saja pada saat itu ada seorang guru yang melihat dan melerai aksi bullying itu dan akhirnya Keyla selamat dari amukan mereka, sebenarnya Oca tidak benar-benar meninggalkan Keyla justru dialah yang memanggil guru itu datang untuk melerai keributan, dia tidak setega itu meninggalkan sahabatnya.
Mereka sedang berjalan beriringan di koridor saling bercengkrama tentang kehidupan masing-masing. Dari arah berlawanan Oca melihat pria itu lagi yang sekarang ia tahu namanya, Rifki.
"Eh Key aku duluan ya." Terburu-buru mengejar orang itu yang sudah berbelok.
"Heh, itu anak kebiasaan deh main pergi-pergi saja, mending sekarang aku keruangan mas Dimas deh, hihi."
Oca terus mengikuti orang itu hingga memasuki lif, sedikit lagi pintu lif itu akan tertutup tapi dengan cekatan salah satu tangan Oca menghalangi sehingga lif terbuka lagi membuat orang yang berada di dalam menengok dan pandangan mereka bertemu, tidak lama hanya tiga detik pria itu langsung mengalihkan pandanganya sementara Oca bergegas masuk ke dalam lif.
Hening.
Oca sesekali melirik ke samping tempat Rifki berdiri mencuri-curi pandang kebetulan hanya ada mereka berdua dalam lif itu.
Pintu lif kembali terbuka, sekitar sepuluh orang laki-laki memberondong masuk ke dalam tidak sabaran, dengan spontan tubuh mungil Oca terdorong kebelakang membentur dinding lif sedikit keras, Rifki yang mendengar ringisan wanita di sampingnya memilih berdiri tepat di depan Oca tangan kanannya memegang besi pegangan yang ada di dalam lif itu seolah menjadi tameng bagi Oca dari desakan orang yang ada di dalam lif.
"Kamu tidak apa-apa." Menolehkan kepala ke samping melihat keadaan Oca dengan sudut mata, tak ingin berbalik saling berhadapan sebab jarak mereka yang terlalu dekat.
"Hah, i.iya kak aku nggak apa-apa kok."Tersenyum tipis menunduk malu tak bisa di pungkiri jantungnya ikut bertalu di luar batas.
Aduh kenapa jadi gugup begini sih, padahal tadi aku yang ngejar-ngejar dia kenapa jadi salah tingkah begini pas berhadapan langsung, Aaaa aku tidak sanggup berada di sini telalu lama itu tidak bagus untuk kesehatan jantungku, semoga dia nggak dengar detak jantungku.
Merapalkan doa dalam hati semoga pria di hadapannya sekarang tidak mendengarkan detak jantungnya yang bertalu, sejenak dia melupakan fakta bahwa ada banyak orang di lif itu beberapa dari mereka yang memperhatikan Oca, tidak menyadari situasi saking asik dengan pikirannya sendiri.
Keyla masih berdiri di depan pintu ruangan Dimas, mengatur nafas sedang tangannya bergerak mengetuk pintu kaca buram itu sambil mengucap salam.
Tak lama pintu itu terbuka bersamaan dengan tangan Keyla yang ingin mengetuk lagi, hampir saja kepalan tangannya mengenai Dimas.
"Eh bapak." Tersenyum ragu.
"Masuk." Perintah Dimas dengan wajah datar.
"I.iya pak." Beranjak masuk ke dalam melihat Dimas yang menutup pintu kaca itu kembali, menguncinya dari dalam.
Dimas berjalan menarik tangan Keyla membawanya masuk ke sebuah ruangan, terdapat satu buah tempat tidur dan sofa single dengan meja kecil di dalamnya.
Ternyata ini yang dimaksud mas Dimas tadi pagi, ah akhirnya bisa rebahan.
Menaruh tas ke atas meja membuka sepatu menyisahkan kaos kaki hitam miliknya, membaringkan tubuhnya ke tempat tidur membelakangi Dimas yang masih berdiri bersiap untuk terlelap, aktifitas itu tak lepas dari pandangan Dimas.
Pria itu juga memilih membaringkan tubuhnya di samping istrinya.
Merasakan tempat di sampingnya bergerak.
Eh kenapa dia juga ikutan tidur, dia nggak lagi bolos kerja kan.
"Kemari."
Keyla membalik badan menghadap Dimas.
"Kenapa." Bingung.
"Kemari." Sekali lagi, menelentang kan sebelah tangan sebagai bantalan istrinya, satu tangannya menarik tubuh mungil Keyla ke dalam pelukan, menghadapkan wajah Keyla di depan dada bidangnya, menyandarkan dagu di atas kepala istrinya yang tertutup hijap.
"Mas."
"Hm."
"Kamu nggak kerja ya." Bertanya lirih menyentuh dada bidang suaminya yang tertutup kemeja.
"Aku hanya ingin istrahat, seperti ini." Sambil mengeratkan pelukan di tubuh mungil Keyla sesekali mengecup puncuk kepala wanita itu.
Tersenyum kecil, hatinya menghangat dengan perlakuan Dimas sekarang.
"Tidurlah." Berbisik di telinga Keyla, bibirnya bergerak mengecup kening istrinya dengan mata terpejam. Nyaman. itulah yang dia rasakan sekarang.
Mengulurkan tangan membalas pelukan suaminya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Dimas hingga ia terlelap dalam dekapan suaminya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Lulu Maulani
next thor....
2020-03-22
0
Fitri Sasa
lanjut
2020-03-21
1
Sri Ayu Lestari
mana nih, kok gak up thor?
2020-03-21
1