Bab 5

Saat Dimas sedang menjelaskan materi di depan, Keyla hanya diam termenung entah apa yang dipikirkan gadis itu sampai-sampai tak mendengar suaru orang yang telah memanggilnya berulang kali.

"Keyla." Panggilan pertama masih diam.

"Keylaa." Panggilan kedua masih juga diam.

Akhirnya Oca yang berada di samping sahabatnya itu memukul paha Keyla di bawah meja, merasa gemas sendiri dengan tingkah sahabatnya ini. " Aw, Oca sakit tauk." Keluhnya saat merasa pukulan di paha kanan yang agak perih. Keyla belum menyadari bahwa saat ini dia tengah jadi pusat perhatian orang-orang dalam kelas tak terkecuali Dimas yang menatapnya tanpa kedip.

"Lihat ke depan Key, kak Dimas manggil kamu tuh dari tadi." Bisik Oca di telinga Keyla.

Mendengar itu Keyla lantas melihat ke depan tempat dimana Dimas duduk, tatapan mereka bertemu ia jadi salah tingkah sendiri di tatap seperti itu, lha kok jadi gerogi sih, ini juga kenapa ngelihat ke aku semua sih, emang ada yang aneh ya sama aku. Sambil memeriksa kiranya bagian mana dalam dirinya yang salah.

"Keyla!" Panggil Dimas lagi untuk yang ketiga kalinya.

"Eh i..iya sa..saya pak". aduh ini kenapa jadi terbata-bata sih ngomongnya.

"Kamu paham apa yang saya jelaskan tadi?!". Dengan nada tegas Dimas bertanya kepada Keyla.

"Engga pak." Sambil menunduk malu.

"Kamu tahu kan, kalau saya sedang menjelaskan di depan itu di perhatikan, saya tidak suka ada mahasiswi saya yang tidak serius di pelajaran saya." Kali ini Dimas mengeluarkan unek-uneknya. "Ini juga berlaku untuk semuanya, Keyla lain kali kamu hargai jika ada orang yang menerangkan di depan siapapun itu, paham kamu?!"

"I..iya pak." Masih sambil menunduk dengan mata yang memerah, dia paling tidak suka berada dalam situasi seperti ini, tapi ini juga salahnya sih yang melamun saat perkuliahan sedang barlangsung.

"Habis ini kamu keruangan saya." Titah Dimas." Saya kira cukup sampai di sini perkuliahan kita." Setelah mengatakan itu, Dimas langsung keluar dari kelas Keyla tanpa mengucap salam.

Orang-orang membicarakan tingkah Keyla yang menurut mereka sangat ceroboh.

"Gila pak Dimas kalo marah serem juga ya." Kata cewek berjilbab maroon sambil bergidik ngeri.

"Iya, astaga tapi dia tetap ganteng kok." Timpal yang satunya.

"Kok aku makin suka ya kalo lihat pak Dimas marah-marah, kan kadar ketampanannya makin meningkat dua kali lipat." Ucap gadis berambut sebahu dengan senyum manisnya membayangkan wajah pak Dimas saat marah-marah tadi.

"Ck, dasar bucin." Ejek teman yang ada di sebelahnya.

Oca yang mendengar ocehan teman-teman sekelasnya hanya memutar mata malas, "hey, yang kalian omongin itu kakak ku tauk, bentar lagi dia nikah, jangan pada ganjen deh."

"Key, kamu nggak apa-apa kan, jangan di masukin ke hati ya, Kak Dimas nggak serius kok ngomong kayak gitu." Kata Oca menyemangati.

"Iya, nggak apa-apa kok, aku juga yang salah." Mengaku salah.

"Yaudah jangan nangis tapi, itu matamu merah."

Sambil mengusap air matanya yang tak sengaja jatuh. "Anterin aku keruangan pak Dimas ya, aku nggak tau ruangannya dimana."

"Yaudah ayok." Ajak Oca sambil berdiri menarik salah satu tangan Keyla untuk menuntun gadis itu ke tempat yang di tuju.

Selang beberapa menit mereka menelusuri koridor hingga mereka sampai di ruang yang bertuliskan nama Dimas di depan pintu.

"Ini beneran ruangannya ya Ca." Tanya Keyla memastikan.

"Iya, itu ada namanya di depan, yaudah sana masuk."

"Jadi aku masuk nih, sendirian?"

"Iyalah, kan yang di panggil cuman kamu doang tadi."

"Tapi aku takut Ca, temenin ya." Memohon untuk di temani masuk ke dalam, dia belum ada keberanian sama sekali untuk bertemu langsung, apalagi cuman berdua .

Oca mengetuk pintu lalu mengucap salam, setelah mendengar suara dari dalam, Oca membuka hendel pintu dan mendorong Keyla masuk.

Astagfirullah ini anak.

Oca yang melakukan itu hanya tersenyum, dan menutup pintu dari luar.

Aaaa pasti seru deh kalau lihat secara langsung mereka berinteraksi, pasti lucu deh, hihi.

Sedangkan di dalam, Keyla berusaha terlihat tenang meskipun kini dia tidak bisa menyembunyikan kegugupannya.

Oh jantung, untuk kali ini jangan berdetak di luar batas, kan aku tambah gerogi.

Keyla berjalan perlahan lalu berhenti di depan meja kerja Dimas, dia bingung harus memulai pembicaraan dari mana, dia tidak punya nyali membuka suara terlebih dahulu.

"Ada apa?" tanya Dimas melihat Keyla sambil menghentikan kegiatannya.

"Itu tadi bapak nyuruh saya kesini." Jawab Keyla mencoba tenang.

"Oh, duduk." Perintah Dimas menyuruh Keyla duduk di kursi yang ada di depannya di batasi oleh meja kerja Dimas.

"Kamu tahu kan apa kesalahan kamu?" Bertanya lagi.

"Iya pak, maaf atas kesalahan saya tadi, insyaa Allah saya tidak akan mengulanginya lagi." Hcap Keyla mantap mencoba setenang mungkin.

"Oke, bagus." Mengangguk.

"Terimakasih pak." Beranjak dari duduknya bermaksud untuk keluar dari ruangan Dimas.

Keyla sudah memutar badan ingin melangkah keluar tapi suara Dimas membuatnya berhenti, "Mau kemana kamu?!"

"Mau keluar pak". Menjawab polos

"Siapa yang suruh kamu keluar?" Pertanyaan itu membuat Keyla tak berkutip di tempat.

Lha, terus aku kudu ngapain di sini, kan masalahnya sudah kelar, masa mau diem di sini terus kan malu akutuh, takut kena serangan jantung dadakan.

"Duduk kembali."

Keyla hanya menurut saja lalu duduk di tempat semula, menunggu Dimas melanjutkan perkataannya.

"Temani saya di sini sampai saya selsai."

"Heh, tapi pak.."

"Nggak ada tapi-tapian, itu hukuman buat kamu!".

Hening sejenak.

"Ii..iya pak." Menurut saja Keyla, dari pada hukumannya suruh bersihin toilet kan mending duduk diem begini, tapi apa kabar jantungku, kumohon bekerja samalah denganku untuk tidak banyak tingkah di dalam sana.

Keyla hanya duduk diam saja sambil sesekali meremas tangannya dipangkuan, dia bingung mau bereaksi seperti apa berada diruangan yang sama dengan calon suaminya ini.

Dimas merenggangkan otot-otot tangannya lalu bersandar di sandaran kursi dengan mata yang terpejam, sesekali memijat pangkal hidung menghilangkan penat yang tiba-tiba mendera.

Kasian juga ya, mungkin dia banyak pikiran di tambah aku yang buat masalah tadi, aduh aku jadi ngga enakan begini, terus aku musti ngapain? bikinin kopi, teh atau beliin makan, tapi kan aku nggak seberani itu, lihat dia natap ke aku aja langsung gerogikan.. huaaaa Ummi tolong keyla.

Dimas menegakkan badannya kembali menghadap kepada Keyla, mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja lalu membuka benda pipih itu, tak lama dia menyerahkannya di depan Keyla, "Menurut kamu mana yang bagus?" Nertanya mengenai gambar yang ia perlihatkan.

Cincin, ini dia nyuruh aku milih cincin buat cincin nikah gitu,, Aaaa soswet banget sihhh, tapi cincinnya bagus-bagus semua jadi bingung mau milih yang mana.

"Yang gambar kedua pak bagus, enggak terlalu mewah tapi juga elegan, saya suka." Ucapnya tanpa sadar tersenyum manis. Dia hanya tidak tahu saja dengan reaksinya itu membuat orang di seberang sana diam-diam menahan senyum.

"Hm." Mengambil kembali ponselnya lalu memasukkan ke dalam kantung celana bagian depan. Menggulung lengan kemeja sampai ke siku mengambil tas kerja dan juga jas kerja beranjak dari duduknya, "Ayo."

"Heh, kemana pak?" tanya keyla masih bingung.

"Kita pulang."

"Pulang bareng?"

"Iya, Ummi nyuruh aku anterin kamu pulang."

*H*eh, kok dia ngomongnya pake aku-kamu sih, duh jantung plis deh jangan bertingkah.

Keyla bergegas mengikuti langkah Dimas di depannya, untung saja dia cuman punya satu mata kuliah hari ini jadi bisa langsung pulang.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Veny Veny

Veny Veny

sejauh ini seru
semoga gak ada pelakor y

2020-04-30

3

Kang goyang

Kang goyang

jatuh cinta sama novel ini 😘😘😘

2020-04-28

1

Yulia Astutik

Yulia Astutik

sweet

2020-04-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!