Bab 12

Tiba di apertemen mereka, Keyla langsung menuju kamar mengambil koper di sudut ruangan membuka lemari pakaian, memilih-milih pakaian yang akan di bawa suaminya, mengambil lima lembar kemeja memasukkan ke dalam koper, mengambil lagi celana bahan baju kaos serta pakaian dalam suaminya.

Ini musti aku pegang terus taruh di koper ya, tapi aku malu tau mana dia ngelihat terus lagi, aaa bagaimana ini, masukin saja deh semoga dia nggak lihat.

Ragu untuk memegang pakaian dalam itu, tapi akhirnya dia pegang juga untuk di taruh dalam koper setelah sebelumnya menengok kebelakang dan beruntung suaminya tidak ada.

"Apalagi ya, pakaian semua udah, oh iya perlengkapan mandi, handuk mana handuk," mencari-cari di bagian laci paling bawah dan ketemu. "Nah ini dia, ini harus bawa sabun dan kawanannya juga ya, ah mending tanya orangnya langsung deh." bergumam-gumam.

"Mas."

"Hm." Muncul suara dari dalam kamar mandi.

"Ini sabun odol sama sikat gigi mau di bawa juga ya?"

"Tidak usah, nanti aku beli di sana." Keluar dari kamar mandi mengenakan handuk sebatas pinggang sampai ke lutut, air menetes-netes dari rambut yang basah sehabis mandi.

"Ini sudah aku masukin semua, berkas-berkas yang mau dibawa mana biar sekalian aku masukin dalam koper." Bertanya sembari melihat suaminya.

Harus gitu ya pakai handuk begitu, kenapa nggak pakai baju di kamar mandi saja sih, nggak tahu apa akutuh nggak kuat iman ngelihat yang begituan, untung suami.

Mengalihkan pandangan ke segala arah asal jangan pada suaminya, dia tidak ingin meleleh melihat pria itu tanpa memakai baju, dalam keadaan seperti itu membuat kadar ketampanan suaminya bertambah berkali lipat.

Dimas mengambil baju dalam lemari lalu memakainya di kamar mandi.

Keluar lagi setelah selesai, "berkas-berkas yang mau di bawa ada di ruang kerja, tunggu sebentar aku ambilkan." Berjalan keluar menuju ruang kerjanya di samping kamar mereka, dulunya itu sebuah kamar tapi karena tak terpakai jadinya ia pergunakan sebagai tempat kerja dan perpustakaan mini.

Sembari menunggu suaminya Keyla pergunakan waktu untuk mandi, sekarang sudah jam setengah satu siang dan dia belum shalat zuhur. Mengambil pakaian ganti untuk ia pakai setelah mandi, dia ingin memakai baju langsung di kamar mandi saja, tak ingin kepergok lagi yang hanya memakai handuk seperti kejadian setelah akad waktu itu tapi beruntung yang melihat suaminya sendiri bukan orang lain tapi tetap saja dia begitu malu.

Dimas kembali membawa sebuah map berisikan berkas-berkas penting yang akan dia bawa, masuk ke kamar tapi tak menemuka keberadaan istrinya, setelah mendengar suara gemercik air di kamar mandi dia tahu bahwa istrinya sedang mandi di dalam sana.

Menghampiri koper yang tergeletak di atas tempat tidur memasukkan berkas-berkas itu ke dalam.

Dulu sebelum menikah semua ku kerjakan sendiri, sekarang setelah mempunyai istri bahkan hal sekecil ini pun istriku yang mengerjakan, ah beruntungnya aku kenapa tidak dari dulu saja aku menikah dengannya.

Menutup kembali koper itu dan meletakkannya di pinggiran tempat tidur.

Bunyi pintu kamar mandi terbuka Keyla telah selesai dengan mandinya.

"Mas."

"Hm."

"Wudhu dulu mas kita shalat zuhur."

"Iya." Lalu beranjak ke kamar mandi mengambil wudhu.

Keyla mengambil perlengkapan shalat mereka, membentangkan dua buah sajadah di lantai. Memakai kerudung menunggu suaminya selesai wudhu.

Mereka pun memulai shalat berjamaahnya.

***

Sore hari telah menjemput itu berarti dia akan segera berangkat ke Surabaya naik pesawat.

Bersiap-siap memakai pakaian santai.

"Mas pakai ini." Keyla menyodorkan hoode coklat pada suaminya.

"Memang harus pakai itu juga." Menunjuk hoode yang di pegang istrinya.

"Iya mas, keren tau kalau pakai ini," Berpikir sejenak menarik kembali hoode yang ia sodorkan. "Nggak usah deh mas." Tersenyum kecil.

"Kenapa, hm?." Mengangkat alis sebelah andalannya.

"Di bandara nanti bakal banyak cewek-cewek, nanti mereka godain mas kayak waktu itu." Mengingat kembali kejadian pada saat mereka belanja bulanan waktu itu.

"Kamu cemburu?" Menggoda istrinya.

"

Hah? nggak bukan itu, tapi," menggantungkan kalimatnya, dia cemburu memang tapi tidak ingin mengakui.

"Tapi apa, hm?".

"Iya mas aku cemburu." Cemberut, tapi dia jujur juga dari pada di simpan-simpan jadi bahan pikiran nantinya mending dia ungkapkan saja kan.

"Hah, gadis pintar." Menarik sebelah tangan istrinya dengan tangan satunya lagi menggeret koper.

"

Ayo, taksi sudah menunggu di bawah." Berjalan keluar apertemen memasuki lif kelantai satu. Tiba di loby berjalan keluar dan masuk ke dalam taksi yang telah menunggu di depan gedung apertemen.

Mereka duduk di bagian penumpang, Dimas memandangi wajah istrinya yang sedang melihat keluar jendela, ada gurat kesedihan di wajah cantik itu. Dia pun sama, sedih karena ingin berpisah dengan wanitanya, tapi mau bagaimana lagi dia sudah menyetujui semuanya.

Setelah kurang lebih dua puluh menit menempuh perjalanan, tibalah mereka di bandara. Keluar dari taksi setelah membayar sewa, masuk kedalam bandara menuju ruang tunggu penumpang.

"Mas."

"Hm."

"Nggak jadi." Mengatup kembali bibirnya yang hendak mengatakan sesuatu.

Dimas menoleh pada istrinya, "Kenapa sayang?."

"A. aku cuman mau bilang jangan lupa pulang." Mulai sedih seperti tidak rela melepaskan, tapi tetap ingin terlihat tegar.

Dimas tersenyum tipis mendengar itu.

"Bagaimana bisa aku tidak pulang, sementara kamu adalah rumah ku." Berbisik lirih ke telinga istrinya, merangkul pundak wanita itu.

Tak lama terdengar suara pemberitahuan keberangkatan pesawat yang akan Dimas tumpangi.

Para calon penumpang berdiri mendengar pemberitahuan itu, bersiap-siap memasuki tempat pemeriksaan penumpang, menaruh koper mereka ke tempat yang telah di sediakan.

Keyla berdiri menarik-narik kaos yang suaminya kenakan.

"Mas." Merengek seperti anak kecil yang justru itu terlihat sangat lucu di mata Dimas.

"Iya sayang, kenapa hm?"

"Peluk." Kali ini tanpa rasa malu dia sendiri yang minta di peluk, masa bodoh degan rasa malu itu dan di lihati banyak orang, dia hanya ingin memeluk tubuh tegap itu yang sudah menjadi candunya untuk ia ingat dan simpan dalam hati karena sebentar malam dia akan tidur sendiri tanpa dekapan hangat suami.

Dengan senang hati Dimas melakukannya, menarik istrinya dalam pelukan, memeluk erat menghirup dalam aroma istrinya. Berbisik di telinga Keyla, "Sayang."

"Iya mas."

"Nanti setelah pulang aku bisa meminta hak ku?" Bicara serius.

Keyla menegang seketika, selama ini dia tidak terpikirkan masalah itu karena suaminya juga tidak pernah membahas, tapi sekarang suaminya sendiri yang meminta. Dia ragu untuk menjawab, tapi jika menolak dia tidak ingin membangkang pada suaminya, dia sudah berjanji untuk selalu taat pada suami, lagian itu juga kewajiban yang harus dia lakukan.

Menunggu jawaban Keyla yang hanya diam, dia menyimpulkan sendiri bahwa wanita itu belum siap.

"Aku tidak akan memaksa jika kamu memang belum siap."

Ya Allah, berdosakah aku jika menolak, dia sudah berusaha jadi suami yang baik selama ini.

Menarik nafas pelan lalu mengeluarkannya cepat, "Aku siap mas." Menjawab cepat.

Dimas melepaskan pelukan, menatap wajah istrinya dengan senyum manis, "Terimakasih, aku akan pulang dengan selamat, tunggu aku." Mengecup kening Keyla. Melepaskan diri berjalan meninggalkan istrinya karena kini gilirannya untuk pemeriksaan.

Keyla melambaikan tangan pada suaminya di kejauhan sampai hilang di pembelokan bersama penumpang lain.

Air mata menetes di pelupuk mata ketika merasakan hampa setelah mengantar suaminya.

Bersambung..

Terpopuler

Comments

Hulfa Yanti

Hulfa Yanti

so sweet deh key ama Dimas

2020-04-16

3

Yulia Astutik

Yulia Astutik

sedih 5 hr kok

2020-04-15

3

Rindi Risty

Rindi Risty

lanjut tor tak tunggu okey....

2020-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!