Allah Maha pembuat skenario dalam kehidupan hambanya, bagaikan sang penulis naskah dalam sebuah film, Allah lebih unggul dari mereka.
Seperti halnya jodoh, maut dan rezeki, itu semua sudah diatur oleh Allah. Bahkan sebelum kita terlahir kedunia, Allah telah lebih dulu merancang skenario kehidupan kita.
Keyla pun tak menyangka bahwa dia akan berakhir menjadi istri dari dosennya sendiri, membayangkan nya pun tidak sama sekali. Tapi kembali lagi, bahwa Allah lah yang telah mengatur.
Pagi ini Keyla berangkat lebih awal ke kampus. Sebab ia tahu hari ini di jam pertama pak Dimas, calon suaminya yang akan mengisi materi perkuliahan di kelasnya. Tidak lucu bukan kalau dia datang setelah pak Dimas masuk kelas, selain tidak ingin malu bila di tegur dia juga tidak mampu berhadapan langsung dengan dosen itu yang sekarang sudah bermetamorfosa menjadi calon suaminya.
Pemandangan pertama yang Keyla lihat setelah tiba dikelas yaitu bangku-bangku yang masih kosong, dia berhasil menjadi orang yang pertama datang di kelas. Bagaimana tidak, dia bahkan tiba 45 menit sebelum waktu perkuliahan di mulai.
"Allahu, ini baru jam 7 lewat 15 menit, pantas saja tempat ini masih kosong dan sedikit menakutkan." Monolognya, sambil mengusap lengan merinding dengan suasana kelas.
"Ehm." Suara deheman itu menambah kesan horor bagai backsound di film horor ketika hantu di film itu muncul.
Keyla mematung di tempat, posisinya yang membelakangi pintu membuatnya tak bisa melihat siapa pemilik suara deheman itu. Entah itu manusia atau mahluk penunggu kelas ini.
Tak tak..
Langkah kaki itu seakan ingin menghampiri Keyla, langkahnya yang tegas dan lebar semakin mendekat di tempat Keyla berdiri sekarang. Keringat bercucuran di keningnya, bibirnya tak lepas membacakan ayat-ayat al-quran yang dapat menolongnya di saat genting seperti ini.
Dan langkah kaki itu berhenti tepat di belakangnya, Keyla merasakan hawa dingin di sekujur tubuh. Dia merasakan sentuhan di pundak kanannya dan saat itu juga Keyla menjerit ketakutan. "kyaaa!".
"Hey, apa yang kau lakukan." Suaru itu menyadarkan Keyla dari rasa takut.
Ketika berbalik, wajah pak Dimas yang pertama kali ia lihat. "Bb..Bapak?".
"Kenapa kamu berteriak, apa yang kamu lihat?". Tanya Dimas sambil mengangkat sebelah alisnya meminta penjelasan.
"Mm..maaf pak, tadi sa..saya kira yang pegang bahu saya hantu." Jawabnya dengan mata berkaca-kaca. Dia malu, takut dan juga gemetar di saat yang bersamaan.
Dimas yang melihat pemandangan itu berusaha menahan tawa, lucu sekali wanita ini, pikirnya. Masa ada hantu sepagi ini.
"Memang ada ya hantu setampan saya?"
Keyla hanya mampu menggeleng dengan air mata yang sudah berhasil keluar dari kelopak matanya.
Perlu kalian tahu, bahwa Keyla aslinya memang penakut dan juga cengeng, apapun yang membuatnya takut pasti akan berakhir dengan ia yang menangis.
Sungguh pemandangan itu membuat Dimas menahan diri untuk tidak menarik Keyla dalam pelukan. Dia jadi tidak sabaran menunggu waktu itu tiba, untuk segera menghalalkan wanita di hadapannya ini.
"Keyla!". Teriak Oca di ambang pintu melihat Keyla yang sedang berhadapan dengan kakaknya dalam kondisi Keyla yang menangis.
Oca menghampiri Keyla, lalu membawa wanita itu kedalam pelukan. "Kakak apain Keyla sampai dia menangis begini, belum jadi istri saja sudah KDRT." Cerocos Ocha menginterogasi kakaknya, tak lupa tatapan sinis yang ia layangkan.
"Tanyakan saja padanya." Tidak memberikan jawaban yang Oca harapkan, Dimas langsung saja keluar dari ruangan itu.
Tadi tujuan awal Dimas yaitu keruangannya, dia juga sengaja berangkat lebih awal karna ingin membut power point untuk bahan ajaranya di kelas Keyla nanti, tapi karna jalan menuju ruangannya melewati kelas itu dan tak sengaja melihat Keyla, maka dia iseng ingin mengagetkan Keyla dengan menepuk pundaknya, entah kenapa sekarang mengerjai Keyla masuk dalam daftar hoby yang ia sukai. Mungkin karna sebentar lagi wanita itu akan menjadi istrinya.
Setelah kepergian Dimas, Oca mendudukan sahabatnya itu, "kok kamu nangis sih Key, kak Dimas apain kamu?" Sambil memeriksa bagian tubuh mana kiranya yang jadi sasaran Dimas barangkali kakanya itu mengerasi calon istrinya untuk membatalkan perjodohan mereka. Tapi semuanya baik-baik saja tak ada yang mencurigakan.
"Key, ngomong dong jangan bengong aja, kamu kenapa sih bisa nangis?" Tanya Oca tidak sabaran.
"Ta..tadi, aku kira pak Dimas hantu, aku kan takut sama hantu, mana tadi dia jalan ngendap-ngendap terus itu langsung nepuk pundak aku, kan aku takut terus teriak terus nangis, hiks." Jawab Keyla tersendat tak lupa tangis yang tak juga berhenti. Dalam keadaan seperti ini sifat manja dan kekanak-kanakan Keyla akan mendominasi dirinya, bak bocah berumur 5 tahun yang direbut mainannya.
"Aku jelek ya kalo nangis? Tadi pak Dimas sudah lihat aku nangis, aku cengen ya, tapi aku beneran takut tiba-tiba langsung nangis."
"Bukan jelek tapi lucu, sudah gede juga masih suka nangis, ingat umur Key, bentar lagi nikah juga." Bukannya memberi dukungan Ocha malah menyudutkannya, tidak habis pikir dengan sifat Keyla yang satu ini padahal sebentar lagi dia akan menikah, dengan kakaknya.
Seperti mendapat angin segar, Keyla menghentikan tangisnya raut wajahnya berubah seketika, mengingat sesuatu yang ingin sekali ia ketahui dari orang di hadapannya ini.
"Oh iya Ca, kamu utang penjelasan sama aku, kenapa kamu nggak pernah cerita kalo pak Dimas itu kakak kamu?".
"Ya karna kamu ga nanya kan?".
"Ih Oca , aku serius tau, seenggak nya ya kamu kasi tahu lah, terus aku nggam pernah lihat pak Dimas kalau aku ke rumah kamu."
"Gimana kamu nggak lihat coba, orang dia nggak tinggal di rumah." Jawab Oca enteng.
"Jadi dia tinggal dimana dong?". Tanya Keyla dengar raut wajah minta penjelasan.
"Dia tinggal di apertemennya sejak SMA, dia udah mandiri dari dulu, sesekali dia pulang kerumah kalau ada perlu, " Penjelasan Ocha mengenai kakaknya. Ya memang Dimas dari dulu sudah mandiri, sejak di bangku SMA dia sudah tidak tinggal dengan orang tuanya lagi, dia membeli apertemen dengan uang hasil tabungannya sendiri dan juga keuntungan dari cafetaria yang ia miliki.
Keyla manggut-manggu mendengar penjelasan sahabatnya itu, kini dia sudah paham mengapa tak pernah melihat pak Dimas selama berkunjung kerumah Oca, nyatanya lelaki itu tak tinggal bersama orang tuanya.
"Itu air matamu hapus key, kayak bocah tau."
"Hehe, iya ini sudah aku hapus kok."
"Nggak nyangka ya Key, bentar lagi kamu nikah sama kakakku, aaaa nggak kebayang nanti kalau kalian tinggal serumah." Ucap Oca dengan pikiran mengarah kemasa dimana nanti Keyla sahabatnya ini sudah menjadi istri kakaknya dan mereka tinggal serumah.
"Aaaa. jangan bahas yang itu dong Ca, aku kan jadi malu sendiri ngebayangin itu." sambil menutup wajah dengan kedua tangan.
Dari kejauhan Dimas melihat adik dan calon istrinya hanya menggeleng dan tersenyum, tunggu gadis kecil, aku jamin kamu akan betah tinggal bersamaku.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Bundae Abidzar Caem
cemungudz
2021-01-17
0
Chingu Eli
mulai bapeR...
2021-01-15
0
Samsung J4
bagus yhor
2020-07-04
0