Rencana Daniel

Aku membalikkan badan dengan gemetaran, kulirik wajah Ibu yang sedang menatapku.

"Bagaimana ini, aku belum siap menjelaskannya sekarang," batinku.

"Ra, ini tidak ada pemberitahuan kok tiba-tiba listriknya mati, apa kamu telat ngisinya?" tanya Ibu yang lantas membuatku terperangah.

Aku baru ingat jika selumbari Ibu memberiku uang untuk membeli pulsa listrik. Namun karena pikiranku terlalu kalut, akhirnya hal itu terlupakan begitu saja.

"Oh iya Bu, aku lupa." Aku menggaruk kepala sembari mengukir tawa hambar.

"Ya sudah tidak apa-apa, tapi ... bisa 'kan beli sekarang? Ini setrikanya mati Ra, dan masih banyak yang belum digosok." Ibu berkata sambil melirik tumpukan baju di sampingnya.

"Iya Bu, aku akan beli sekarang." Aku mengangguk, lantas melangkah pergi meninggalkan Ibu.

_____

Semilir angin pagi menerpa wajahku yang sedang berdiri di depan pintu masuk Universitas Trijaya. Kutatap lekat setiap hal yang ada di sana, entah itu derap langkah yang berlalu lalang, atau sekadar daun pucuk merah yang bergoyang.

Setelah absen selama tiga hari, aku kembali menapakkan kaki di sini. Kendati aku belum mendapatkan jalan keluar, namun pikiranku sedikit lebih tenang. Walau aku belum tahu seperti apa hidupku nanti, namun satu hal yang kuyakini, aku tidak akan meninggalkan agamaku.

Satu hal yang tetap kuharapkan hingga saat ini adalah Daniel. Setiap hela napas selalu kuselipkan doa, berharap semoga hatinya luluh dan mau ikut keyakinanku. Dengan begitu, semua kerumitan ini akan menjadi mudah.

"Kirana!"

Aku menoleh ketika mendengar seseorang memanggil namaku, ternyata Nindi-sahabatku.

"Ra, kamu kenapa?" Ninda bertanya sembari menggenggam lenganku.

"Aku tidak apa-apa," jawabku berbohong. Kendati kami bersahabat dekat, namun aku enggan menceritakan masalahku.

"Aku tadi melihatmu berdiri mematung di sini, dan ... raut wajamu kusut begitu. Ada apa?"

"Aku tidak apa-apa Nin, hanya sedikit lelah, perjalanan kemarin lumayan panjang," jawabku tanpa kejujuran.

Alasanku tidak masuk kuliah adalah bepergian ke Jember, karena ada saudara yang meninggal di sana. Awalnya aku ingin beralasan sakit, namun aku takut Nindi dan Mayra datang ke rumah. Aku tidak mau itu, aku absen karena butuh waktu untuk sendiri.

Benar kata orang, butuh beribu kebohongan untuk menutupi satu kebohongan, dan aku telah melakukan hal itu. Pada orang tua, pada dosen, pada sahabat, aku membuat bermacam kebohongan demi menutupi aib.

"Kan ngelamun lagi," tegur Nindi.

"Aku memikirkan tugas. Gara-gara perjalanan kemarin, tugasku masih belum rampung, padahal harus dikumpulkan besok." Satu lagi kebohongan yang kulontarkan pada sahabat dekatku.

"Nanti biar kubantu. Bagaimana kalau pulang sekolah aku ikut ke rumahmu, belajar bersama sekaligus membantumu merampungkan tugas," tawar Nindi.

"Terima kasih untuk niat baikmu Nin, tapi tidak usah, aku tahu kau juga lelah," ucapku menolak tawaran Nindi.

"Baiklah, aku mengerti," sahut Nindi, dan kutanggapi dengan senyuman.

Kemudian kami berjalan memasuki kawasan kampus. Cukup lama kami saling diam, sampai akhirnya Nindi membuka suara setelah tiba di depan kelas.

"Ra!"

"Iya Nin." Aku menyahut sembari menoleh ke arahnya.

"Aku mengenalmu bukan hanya hitungan hari, Ra. Aku tahu saat ini kau sedang tidak baik-baik saja. Kita sahabat, masihkah kau ragu untuk menceritakan masalahmu?" Nindi menatapku dengan lekat.

"Maafkan aku Nin. Kau benar, aku memang ada masalah, tapi ... aku belum siap untuk bercerita," kataku dengan pelan, nyaris seperti bisikan.

"Baiklah, aku paham. Kapanpun kau mau, aku siap mendengarkan. Kirana, apapun masalahmu semoga kau bisa menghadapinya dengan tegar. Aku percaya kau bisa," ujar Nindi menyemangatiku.

"Terima kasih ya, Nin." Aku mengulas senyum lebar, memamirkan gigi gingsul serta lesung pipit.

"Ciee yang abis jalan-jalan, mana oleh-olehnya."

Aku menoleh kala mendengar ledekan Mayra. Entah sejak kapan dia datang, tiba-tiba saja sudah berdiri di antara kami.

"Oleh-olehnya capek, May," jawabku dengan tawa palsu.

"Hmmm kamu gitu, Ra," cibir Mayra.

"Kirana itu nggak bohong May, tuh lihat mukanya, kusut banget kayak jemuran yang nggak disetrika," timpal Nindi.

Setelah mendengar perkataan Nindi, Mayra mengacak rambutku sambil tertawa keras. Mungkin dia pikir aku benar-benar lelah karena perjalanan. Dibandingkan Nindi, Mayra termasuk gadis yang tidak peka. Kendati ia ceria dan suka menghibur teman, namun ia tidak terlalu pandai dalam memahami kesedihan seseorang-yang memang sengaja disembunyikan.

Melihat Mayra yang tertawa riang, aku pula ikut tertawa, meskipun hati ini enggan melakukan itu. Aku belum siap bercerita padanya, jadi memang lebih baik jika dia tidak menyadari.

Namun belum lama kami bercanda, tiba-tiba Daniel datang menghampiri.

Aku dan Daniel saling beradu pandang, seolah mengupas kembali ingatan tentang beberapa hari lalu. Langkahnya semakin mendekat, dan samar-samar wangi bvlgari mulai tercium di hidungku.

"Masih pagi, Niel, udah nyamperin aja!"

"Habis ditinggal tiga hari Nin, rindu berat tahu."

Mayra dan Nindi menggodaku, namun tak lantas membuatku tersenyum. Kehadiran Daniel semakin mengingatkanku pada masalah besar yang menimpa.

"Kirana, aku ingin bicara." Daniel menggenggam lenganku, tanpa mengalihkan pandangan.

Suaraku seakan tercekat di tenggorokan, sehingga aku hanya mampu menjawabnya dengan anggukan. Kemudian dia mengajakku berjalan meninggalkan Nindi dan Mayra. Aku menurut dan mengikuti langkahnya. Kuabaikan teriakan Nindi dan Mayra yang terus menggodaku.

Kami berhenti di taman belakang. Daniel mengajakku duduk di bangku panjang, di bawah pohon mangga. Di antara bunga bougenvil yang berwarna-warni, kami duduk berdua dalam diam. Tak ada sepatah kata yang kami ucapkan, sekian detik lamanya hanya gemirisik angin yang mengisi kekosongan.

"Kirana!"

Setelah cukup lama bergeming, akhirnya Daniel membuka suara.

"Ada apa?" tanyaku dengan parau. Dalam hati, aku sangat berharap dia mau mengubah keputusan, namun entahlah, melihat raut wajahnya yang kusam, sepertinya dia tidak membawa kabar baik.

"Aku punya solusi untuk masalah ini, kuharap kamu mau setuju, Ra," kata Daniel.

"Aku tidak mau meninggalkan agamaku," sahutku pelan, namun tegas.

"Tidak, Ra. Kau tidak perlu meninggalkan keyakinanmu." Daniel menjawab sembari menggenggam kedua tanganku.

"Apa itu artinya ... kau yang ikut keyakinanku?" tanyaku ragu-ragu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

fanthaliyya

fanthaliyya

jgn blng kl kurana disuruh menggugurkan kandungan nya😭😭

2022-10-15

0

Nina insiyyah

Nina insiyyah

jangan bilang suruh di gugurin

2022-02-12

1

Little Peony

Little Peony

Jangn bilang suruh gugurin?!
Daniel tak jambak kamu ya kalau sampai kasih solusi laknat

2021-08-04

0

lihat semua
Episodes
1 Garis Dua
2 Rafael Daniel Vernandez
3 Sepandai Itukah Dia?
4 Daniel, Aku Hamil!
5 Maafkan Aku, Ra!
6 Cita-cita Di ambang Kehancuran
7 Ra, Kamu Telat Ya?
8 Rencana Daniel
9 Bertengkar
10 Tes Urine
11 Terungkap
12 Bukan Mahasiswa Universitas Trijaya
13 Ayah, bangun, Ayah!
14 Ayah Telah Pergi
15 Mengapa Ujian Datang Bertubi-tubi?
16 Angkat Kaki Dari Rumah Ini!
17 Rencana Kirana
18 Pergi Dari Rumah
19 Ada Apa Dengan Nindi?
20 Polisi Di Pagi Hari
21 Sikap Aneh Mayra
22 Doa Kirana
23 Menghancurkan Kami
24 Aku Rindu, Ibu
25 Mulai Bekerja
26 Daniel Tanpa Kabar
27 Hatiku Untuk Siapa?
28 Daniel Bersama Dia
29 Pingsan
30 Seperti Kirana Mentari
31 Karena Aku Mencintaimu
32 Penjelasan Mayra
33 Sifat Asli Nindi
34 Empat Bulan Kemudian
35 Pengakuan Daniel
36 Kejutan Untuk Reza
37 Pergi Jauh
38 Tiba Di Bululawang
39 Titik Terendah Dalam Hidup
40 Di Rumah Sakit
41 Asa Yang Kembali Hirap
42 Hidup Adalah Perjalanan, Bukan Pelarian
43 Foto Yang Mengejutkan
44 Siapa Orang Tuamu, Nak?
45 Takdir Selalu Indah
46 Detik-detik Menyakitkan
47 Sabrina Dara Azzahra
48 Saling Mengenal
49 Mengupas Masa Lalu
50 Dilema
51 Lelaki Masa Lalu
52 Keinginan Daniel
53 Pemberitahuan
54 Beri Aku Waktu Dua Bulan
55 Sikap Aneh Darren
56 Mencari Pengganti
57 Menanti Jawaban
58 Jawaban Yang Menyesakkan
59 Tawaran Menikah
60 Sedikit Hal Tentang Reza
61 Tidak Bisa Membuka Hati
62 Menanyakan Jawaban
63 Makan Malam Bersama
64 Ungkapan Rasa
65 Menerima Pinangan
66 Pesan Dari Nomor Asing
67 Mungkinkah Itu Darren?
68 Bertemu Kembali
69 Kehadiran Reza
70 Dilema
71 Kebenaran Masa Lalu
72 Menjelang Pernikahan
73 Detik-detik Ijab Kabul
74 Sah
75 Kacau
76 Elegi Cinta Aynara
77 Sosok Di Kantor Polisi
78 Fakta-fakta Mengejutkan
79 Kedai Bambu dan Wanita Masa Lalu
80 Lembaran Mencurigakan
81 Cerai
82 Bebas
83 Gelap
84 Bulu Kuduk Meremang
85 Malaikat Penolong
86 Buah Cinta yang Malang
87 Mengering Sebelum Mekar
88 Bisikan Daniel
89 Berkecamuk
90 Akhir Hidup
91 Bertanam di Taman Impian
92 Satu Tahun Kemudian
93 Angel
94 Mungkinkah Dia Tiada?
95 Menemukan Anu
96 Oligospermia
97 Sekadar Bisnis
98 U—3
99 U-2
100 U-1
101 Ujung Kata
102 Ex 1
103 Noda 2
104 Gagal
105 Melihat Sesuatu
106 Marah
107 Titik Terang
108 Tiga Tahun Kemudian
109 Terbang Ke Lombok
110 Gadis Aneh
111 Aneh Lagi
112 Mulai Mendaki
113 Kepribadian Ganda
114 Bang Kai
115 Berpisah
116 Tiba Di Rumah
117 Hukuman
118 Aluna Aldamaya
119 Beban Hidup
120 Beban Hidup 2
121 Beban Athreya
122 Sudah Bertunangan
123 Sayap-Sayap Patah
124 Tersandung Kasus
125 Dikurung
126 GREY
127 Hampir Terungkap
128 Bebas
129 Kehadiran Seseorang
130 Terungkap
131 Pengakuan Luna
132 Antara Grey dan Nadhea
133 Pernikahan yang Tak Biasa
134 Butuh Pelarian
135 Pemberitahuan
136 Malam Kelam
137 Aku Sama Sepertinya
138 Apa Kamu Tetap Mencintaiku?
139 Orderan yang Mengejutkan
140 Rencana ke Bandung
141 Gadis Kecil yang Liar
142 Masa Lalu Luna
143 Sisi Pahit Nadhea
144 Tiba di Bandung
145 Awal Kehancuran
146 Berjumpa Kembali
147 Pemberitahuan
148 Rencana Licik Luna
149 Kecurigaan Rega
150 Tragedi Berdarah
151 Murka
152 Kabar Buruk Tentang Athreya
153 Tidak Tertolong
154 Gara
155 Arsen Menggila
156 Menyelamatkan Nadhea
157 Di Mana Luna?
158 Mengatakan Kebenaran
159 Berpisah
160 Bicara Dari Hati ke Hati
161 Dukungan Untuk Athreya
162 Rindu yang Tak Tahu Malu
163 Rindu Tapi Malu
164 Travelling
165 Masa Lalu Nadhea
166 Jatuh Cinta Ala Kennan
167 Dilema Athreya
168 Menemui Arsen
169 Penyesalan Arsen
170 Perintah Ke Bandung
171 Mengejutkan
172 Isi Hati Arsen
173 Sedikit Hadiah
174 Oops
175 Meluruskan Masalah
176 Cinta Untuk Athreya
177 Sudah Pergi
178 Surat Arsen
179 Sebelas Digit
180 Hari Pernikahan
181 Salah Paham
182 Undangan Dari Nadhea
183 Masih Gagal
184 Lelaki Baby Face
185 Tiba Di Queen Galery
186 Pesan Mengejutkan
187 Oh Ternyata
188 Aku Akan Egois
189 Merencanakan Sesuatu
190 Siap Gassss
191 Mengutarakan Niat
192 Mendapat Restu
193 Setengah Manis Setengah Tegang
194 Luna Pingsan
195 Ujian untuk Luna
196 Berterus Terang
197 Gagal Anu
198 Detik-Detik Menuju Halal
199 Sah
200 Happy Ending
201 Pemberitahuan
202 Bonus Chapter
203 Promo (Bukan) Orang Ketiga
204 Promo Novel Mutiara Yang Ternista
Episodes

Updated 204 Episodes

1
Garis Dua
2
Rafael Daniel Vernandez
3
Sepandai Itukah Dia?
4
Daniel, Aku Hamil!
5
Maafkan Aku, Ra!
6
Cita-cita Di ambang Kehancuran
7
Ra, Kamu Telat Ya?
8
Rencana Daniel
9
Bertengkar
10
Tes Urine
11
Terungkap
12
Bukan Mahasiswa Universitas Trijaya
13
Ayah, bangun, Ayah!
14
Ayah Telah Pergi
15
Mengapa Ujian Datang Bertubi-tubi?
16
Angkat Kaki Dari Rumah Ini!
17
Rencana Kirana
18
Pergi Dari Rumah
19
Ada Apa Dengan Nindi?
20
Polisi Di Pagi Hari
21
Sikap Aneh Mayra
22
Doa Kirana
23
Menghancurkan Kami
24
Aku Rindu, Ibu
25
Mulai Bekerja
26
Daniel Tanpa Kabar
27
Hatiku Untuk Siapa?
28
Daniel Bersama Dia
29
Pingsan
30
Seperti Kirana Mentari
31
Karena Aku Mencintaimu
32
Penjelasan Mayra
33
Sifat Asli Nindi
34
Empat Bulan Kemudian
35
Pengakuan Daniel
36
Kejutan Untuk Reza
37
Pergi Jauh
38
Tiba Di Bululawang
39
Titik Terendah Dalam Hidup
40
Di Rumah Sakit
41
Asa Yang Kembali Hirap
42
Hidup Adalah Perjalanan, Bukan Pelarian
43
Foto Yang Mengejutkan
44
Siapa Orang Tuamu, Nak?
45
Takdir Selalu Indah
46
Detik-detik Menyakitkan
47
Sabrina Dara Azzahra
48
Saling Mengenal
49
Mengupas Masa Lalu
50
Dilema
51
Lelaki Masa Lalu
52
Keinginan Daniel
53
Pemberitahuan
54
Beri Aku Waktu Dua Bulan
55
Sikap Aneh Darren
56
Mencari Pengganti
57
Menanti Jawaban
58
Jawaban Yang Menyesakkan
59
Tawaran Menikah
60
Sedikit Hal Tentang Reza
61
Tidak Bisa Membuka Hati
62
Menanyakan Jawaban
63
Makan Malam Bersama
64
Ungkapan Rasa
65
Menerima Pinangan
66
Pesan Dari Nomor Asing
67
Mungkinkah Itu Darren?
68
Bertemu Kembali
69
Kehadiran Reza
70
Dilema
71
Kebenaran Masa Lalu
72
Menjelang Pernikahan
73
Detik-detik Ijab Kabul
74
Sah
75
Kacau
76
Elegi Cinta Aynara
77
Sosok Di Kantor Polisi
78
Fakta-fakta Mengejutkan
79
Kedai Bambu dan Wanita Masa Lalu
80
Lembaran Mencurigakan
81
Cerai
82
Bebas
83
Gelap
84
Bulu Kuduk Meremang
85
Malaikat Penolong
86
Buah Cinta yang Malang
87
Mengering Sebelum Mekar
88
Bisikan Daniel
89
Berkecamuk
90
Akhir Hidup
91
Bertanam di Taman Impian
92
Satu Tahun Kemudian
93
Angel
94
Mungkinkah Dia Tiada?
95
Menemukan Anu
96
Oligospermia
97
Sekadar Bisnis
98
U—3
99
U-2
100
U-1
101
Ujung Kata
102
Ex 1
103
Noda 2
104
Gagal
105
Melihat Sesuatu
106
Marah
107
Titik Terang
108
Tiga Tahun Kemudian
109
Terbang Ke Lombok
110
Gadis Aneh
111
Aneh Lagi
112
Mulai Mendaki
113
Kepribadian Ganda
114
Bang Kai
115
Berpisah
116
Tiba Di Rumah
117
Hukuman
118
Aluna Aldamaya
119
Beban Hidup
120
Beban Hidup 2
121
Beban Athreya
122
Sudah Bertunangan
123
Sayap-Sayap Patah
124
Tersandung Kasus
125
Dikurung
126
GREY
127
Hampir Terungkap
128
Bebas
129
Kehadiran Seseorang
130
Terungkap
131
Pengakuan Luna
132
Antara Grey dan Nadhea
133
Pernikahan yang Tak Biasa
134
Butuh Pelarian
135
Pemberitahuan
136
Malam Kelam
137
Aku Sama Sepertinya
138
Apa Kamu Tetap Mencintaiku?
139
Orderan yang Mengejutkan
140
Rencana ke Bandung
141
Gadis Kecil yang Liar
142
Masa Lalu Luna
143
Sisi Pahit Nadhea
144
Tiba di Bandung
145
Awal Kehancuran
146
Berjumpa Kembali
147
Pemberitahuan
148
Rencana Licik Luna
149
Kecurigaan Rega
150
Tragedi Berdarah
151
Murka
152
Kabar Buruk Tentang Athreya
153
Tidak Tertolong
154
Gara
155
Arsen Menggila
156
Menyelamatkan Nadhea
157
Di Mana Luna?
158
Mengatakan Kebenaran
159
Berpisah
160
Bicara Dari Hati ke Hati
161
Dukungan Untuk Athreya
162
Rindu yang Tak Tahu Malu
163
Rindu Tapi Malu
164
Travelling
165
Masa Lalu Nadhea
166
Jatuh Cinta Ala Kennan
167
Dilema Athreya
168
Menemui Arsen
169
Penyesalan Arsen
170
Perintah Ke Bandung
171
Mengejutkan
172
Isi Hati Arsen
173
Sedikit Hadiah
174
Oops
175
Meluruskan Masalah
176
Cinta Untuk Athreya
177
Sudah Pergi
178
Surat Arsen
179
Sebelas Digit
180
Hari Pernikahan
181
Salah Paham
182
Undangan Dari Nadhea
183
Masih Gagal
184
Lelaki Baby Face
185
Tiba Di Queen Galery
186
Pesan Mengejutkan
187
Oh Ternyata
188
Aku Akan Egois
189
Merencanakan Sesuatu
190
Siap Gassss
191
Mengutarakan Niat
192
Mendapat Restu
193
Setengah Manis Setengah Tegang
194
Luna Pingsan
195
Ujian untuk Luna
196
Berterus Terang
197
Gagal Anu
198
Detik-Detik Menuju Halal
199
Sah
200
Happy Ending
201
Pemberitahuan
202
Bonus Chapter
203
Promo (Bukan) Orang Ketiga
204
Promo Novel Mutiara Yang Ternista

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!