BMP 8: Mendarat di Tanah Kelahiran

*Bibir Merah Pendekar (BMP)*

“Dasar sahabat tidak punya akhlak!”

Mungkin kata itulah yang akan diucapkan oleh Gimba kepada Joko Tenang, jika dia tahu hal apa yang dilakukan sahabatnya di atas punggungnya bersama dengan Tirana.

Lama tidak mendapat jatah “celap-celup” dari sang suami karena faktor bergilir, bukan piala bergilir, membuat Tirana melampiaskannya di saat ia dan Joko berada di punggung Gimba yang terbang menuju Kerajaan Siluman.

Bukan sekedar bercumbu di atas punggung Gimba, tetapi juga melakukan hubungan intim suami istri di sana. Punggung Gimba menjadi ranjang asmara di langit terbuka.

Namun, selama adegan itu, Gimba tidak berkomentar. Mungkin karena bulunya terlalu besar dan tebal sehingga ia tidak merasakan apa yang dilakukan oleh pasangan itu di atasnya. Atau mungkin ia memang bersikap cuek dengan dalih tidak mau terpancing. Jika Gimba terpancing birahi, burung siapa yang bisa jadi pelampiasannya?

Hari ini, sesuai agenda yang telah dicanangkan, tanpa perlu persetujuan dari DPR, Joko Tenang bersama Tirana akan terbang menuju Kerajaan Siluman. Sesuai petunjuk dari Permaisuri Nara, mereka harus terbang ke selatan melewati dua gunung. Setelahnya mereka akan menemukan gunung ketiga. Pada bagian tebing berbatu tinggi, di sanalah Kerajaan Siluman berada.

Dan benar, ketika matahari baru mulai mendekati garis barat, mereka sudah melihat gunung yang dimaksud. Maka sebelum mereka mendekati wilayah bertebing batu, Joko memerintahkan Gimba turun di sebuah hutan besar.

Ketika Joko Tenang dan Tirana turun dari atas Gimba, kondisi keduanya sudah rapi, layaknya tidak pernah melakukan “pertarungan” apa-apa.

Saat Gimba datang menjemput ke Kerajaan Sanggana Kecil, di leher Gimba ada sebuah kalung berbandul sebuah potongan bambu kecil sebesar jari telunjuk. Bambu kecil berwarna kuning itu memiliki lubang seperti peluit.

Menurut Gimba, itu adalah alat panggil untuk dirinya selama ilmu Bahana Alam Kahyangan masih tersegel bersama ilmu-ilmu Joko yang lainnya. Dengan meniup benda pemberian Resi Putih Jiwa itu, maka Gimba bisa dipanggil datang. Jadi Joko dan Gimba tidak perlu janjian ketemuan seperti anak cabe-cabean.

Joko lalu mengambil peluit itu dan menyimpannya.

Akhirnya Gimba pergi kembali ke Alam Kahyangan. Tinggallah Joko Tenang dan Tirana berdua. Meski hanya berdua di tengah hutan itu, mereka tidak berniat sedikit pun untuk mengulang adegan di atas burung. Mereka harus bergerak cepat agar tidak disergap malam di dalam hutan.

Ketika masih di atas langit tadi, Joko dan Tirana melihat daerah permukiman di sisi selatan hutan. Karenanya, mereka segera melesat ke selatan.

Namun, pada suatu tempat, mereka berhenti sejenak karena melihat sebuah pohon besar yang berdahan besar-besar. Di atas tiga dahan besar dari pohon itu ada tiga rumah bambu yang kondisinya sudah rusak parah, tapi masih terlihat jelas bahwa itu adalah bekas rumah. Kondisi ketiga rumah-rumahan itu sudah berantakan dengan bahan bambu yang sudah lunak termakan usia dan alam.

Tanpa Joko Tenang ketahui, di salah satu rumah bambu itulah dia pernah dilahirkan.

“Rasanya akan menjadi kehidupan yang bahagia jika kita memiliki rumah di atas pohon di tengah hutan belantara, tanpa ada yang mengganggu dan tidak memikirkan urusan dunia,” kata Joko Tenang.

“Benar, tapi di sisi dunia yang lain banyak sekali orang yang menderita karena kekejaman manusia. Jika kita sebagai orang sakti tidak peduli, maka sama saja kita menyetujui kekejaman itu,” kata Tirana.

Joko Tenang hanya tersenyum mendengar perkataan Tirana.

“Cukup lama kita tidak bersama dan hanya berdua saja,” kata Joko Tenang lalu merangkul bahu istrinya dengan satu tangan dan mengajaknya berjalan pergi.

Setelahnya mereka berlari pergi. Menjelang senja, mereka telah keluar dari hutan yang bernama Hutan Angker.

Di desa terdekat mereka bertanya-tanya tentang jalan menuju Kerajaan Siluman. Setelah bertanya beberapa kali, akhirnya mereka mendapat arahan dari seorang warga berusia tua.

Untuk mempercepat perjalanan, mereka membeli dua kuda. Pada saat petang, Joko dan Tirana terus berkuda. Hingga akhirnya malam dan langit benar-benar gelap, barulah Joko memutuskan bermalam di sebuah kademangan.

Beruntung Joko Tenang dan Tirana, mereka masih menemukan sebuah penginapan kecil. Biarpun kecil, yang penting bisa digunakan untuk membersihkan diri, memacu kuda dan istriahat.

Pagi harinya, Tirana dibangunkan oleh rasa lembut yang melekat di bibirnya, bahkan bibirnya terasa tersedot dan digigit-gigit lembut. Sebelum membuka matanya, Tirana tersenyum lebar lalu merangkulkan kedua tangannya pada leher suaminya, kemudian menarik dan memeluknya dengan kencang, seolah tidak mau melepaskannya.

“Aku tidak bisa napas!” ucap Joko sambil berusaha mencarikan ruang kosong bagi lubang hidungnya.

“Hihihi!” tawa Tirana.

“Ayo bangun, Sayang. Kita lanjutkan perjalanan,” kata Joko.

“Sepertinya kau sudah rindu berat dengan Putri Sri Rahayu, padahal aku minta tambah,” ucap Tirana bernada manja.

“Hahaha!” tawa Joko Tenang. “Tidak masalah untuk sesuatu yang nikmat, kebahagiaan dan kesenangan istri itu nomor satu.”

Maka, pagi itu, bonus ekstra Tirana dapatkan dari suaminya.

Tok tok tok!

“Den!”

Tepat ketika Joko baru usai dari eksekusi water canon dan Tirana mendapatkan klimaksnya, tiba-tiba terdengar pintu kamar diketuk dan ada satu panggilan suara lelaki. Untung saja ketika mereka berpacu dalam melodi asmara, Joko dan Tirana memasang mode silent atau mode senyap.

“Ya?” sahut Joko Tenang dengan pernapasan yang juga tenang.

“Apakah Aden Pendekar ingin kami siapkan makanan pagi?” tanya pemilik penginapan.

“Tidak usah, Ki. Tolong siapkan air bersih saja untuk mandi!” kata Joko Tenang.

“Baik, Den.”

Setelah itu terdengar langkah kaki yang pergi. Dalam perjalanannya ini, Joko Tenang dan Tirana berpakaian ala pendekar, tidak ada kesan sebagai seorang bangsawan.

“Hihihi!” tawa Tirana karena hampir saja pemilik penginapan itu mengganggu adegan klimaks mereka berdua.

Usai mandi, keduanya pergi berjalan-jalan pagi di kademangan itu. Setelah berbincang sejenak dengan pemilik penginapan yang adalah seorang lelaki berusia lima puluh tahun, barulah Joko Tahu bahwa daerah itu bernama Kademangan Uruk Sowong.

Ketika sedang berjalan-jalan di pasar tradisional kademangan, Joko Tenang berhenti di depan pedagang buah apel merah. Melihat buah apel itu, Joko Tenang jadi teringat dengan wanita berambut kuning di dalam mimpinya. Entah kenapa ia jadi rindu dan ingin memimpikan kembali wanita yang menunggangi singa itu.

“Silakan, Den Pendekar. Dijamin segar dan manis semanis Den Pendekar,” kata si pedagang antusias.

Namun, belum lagi Joko Tenang berucap untuk membeli, tiba-tiba mereka melihat seorang wanita berpakaian lusuh dan kotor berlari mengambil sebuah mangga pada dagangan pedagang lain. Wanita itu lalu berlari pergi tanpa membayar, yang artinya dia mencuri.

“Surina mencuri!” teriak seorang pedagang lain yang lebih dulu melihat pencurian itu.

“Surina pencuri!” maki pedagang mangga sambil bangkit dan cepat mengejar.

Maka ramailah seketika pasar itu, ketika beberapa pedagang dan pengunjung pasar menghadang lari wanita gembel berwajah buruk yang mencuri mangga, bahkan ada yang membawa kayu hendak memukul wanita kotor tesebut.

Wanita berwajah buruk tersebut menjadi panik. Buru-buru ia berlari mencoba meloloskan diri. Namun, ia terpojok di pagar bambu kawasan pasar.

“Pukuli saja sampai mati, biar tidak mencuri lagi!” teriak seorang warga.

“Tangkap lalu buang ke Hutan Angker!” teriak seorang pedagang.

“Benar, biar merasakah nasib adiknya yang dia teluh!” sahut seorang lelaki tua yang juga kesal dengan wanita itu.

“Pukul!” teriak satu pedagang memberi komando.

Maka warga dan pedagang yang sudah mengepung posisi wanita itu, serentak maju hendak memukuli si wanita kumal, baik dengan tinju, tendangan atau dengan kayu.

“Aaa!” jerit wanita itu ketakutan sambil berjongkok dan memeluk sendiri kepalanya. Mangga yang ia curi terjatuh ke tanah.

“Hah!” kejut para warga dan pedagang yang menghakimi si wanita kumal. Semua pukulan dan tendangan mereka tidak ada yang sampai pada tubuh si wanita. Mereka seperti memukul dan menendang sebuah dinding tidak terlihat yang ada satu jengkal dari tubuh si wanita kumal.

Mereka lebih terkejut karena tiba-tiba ada sesosok bidadari cantik yang tersenyum manis kepada mereka, memberi kesejukan pada pandangan mereka. Bidadari itu berdiri sambil satu tangannya menyentuh bahu si wanita kumal. Bidadari itu tidak lain adalah Tirana.

Semua warga dan pedagang yang menghakimi si wanita pencuri segera mundur karena takut. Sementara si wanita kumal berhenti menjerit saat tidak merasakan ada satu pun serangan yang menghakimi tubuhnya, kecuali satu sentuhan pada bahunya.

Wanita yang wajahnya rusak itu menurunkan kedua tangannya dari kepalanya. Pelan-pelan ia mendongak untuk melihat siapa yang menyentuh bahunya.

Tap!

Dengan tenaga dalamnya, tangan Tirana menyedot mangga yang ada di tanah ke dalam genggamannya.

“Siapa pedagang pemilik mangga ini?” tanya Tirana seraya masih tersenyum sejuk.

“A… aku,” jawab pedagang mangga.

“Aku bayarkan mangga ini untuknya,” kata Tirana sambil melempar satu kepeng uang kepada pedagang mangga.

Pedagang itu menangkap uang yang dilambungkan kepadanya.

“Bubarlah!” seru Tirana dengan wajah yang beruba datar.

Sadar bahwa mereka berhadapan dengan seorang wanita sakti, para pedagang dan warga segera membubarkan diri.

“Bangunlah, Kakak. Mangga ini untukmu,” kata Tirana seraya tersenyum lembut kepada wanita yang usianya sudah hampir separuh abad itu.

“Siapa namamu, Kakak?” tanya Tirana ketika wanita itu menerima mangga sambil menatap tajam kepada penolongnya.

“Su… Surina,” jawab wanita tersebut dengan nada yang takut.

“Siapa wanita itu, Ki?” tanya Joko Tenang kepada pedagang apel yang tidak ikut-ikutan menghakimi Surina.

“Namanya Surina Asih, anaknya Demang Yono Sumoto. Dia perempuan jahat karena dulu meneluh adiknya sendiri. Keluarganya sudah membuangnya dan tidak mengakuinya lagi,” jelas si pedagang apel.

Joko Tenang lalu membayar sekeranjang apel merah yang dibelinya. Ia lalu mendatangi Tirana dan Surina Asih.

“Ini untukmu, Surina!” kata Joko Tenang sambil mengulurkan keranjang kepada Surina yang berdiri masih menyisakan rasa takut-takut.

Surina menatap sumringah sekeranjang apel merah tersebut. Ia lalu beralih memandang wajah Joko Tenang.

“Ah!” jerit Surina terkejut, sampai-sampai tubuhnya refleks mundur dan jatuh terduduk. Sikapnya berubah ketakutan luar biasa ketika melihat bibir merah Joko. Ia memejamkan matanya kuat-kuat sambil tangannya memukul-mukul acak ruang kosong di depannya. “Jangan bunuh aku, Ningsih! Aku tidak membunuhmu, jangan bunuh aku! Pergi! Pergiii!”

Surina berteriak-teriak sambil memejamkan matanya, seolah takut melihat wajah Joko yang tampannya kecantikan.

Hal itu jelas membuat Joko dan Tirana heran bukan main.

“Baik, kami pergi. Tapi apel ini untukmu, Surina,” kata Joko lalu mundur menjauh, sementara apel sudah pindah ke tangan Tirana.

“Jangan takut, kami orang baik,” kata Tirana sambil membelai kepala Surina. Ia letakkan keranjang apel di depan Surina.

Cup!

Tanpa merasa jijik atau sungkan, Tirana mengecup dahi Surina, sehingga ada lapisan sinar kuning yang masuk ke dalam wajah Surina. Sinar itu kemudian berubah menjadi rasa sejuk pada wajah Surina, lalu berproses menyebarkan rasa sejuk ke seluruh tubuh. Tirana memberikan ilmu pengobatannya yang bernama Kecupan Malaikat. Tirana tahu bahwa wanita itu mengalami sakit mental dan fisik.

Para warga pasar hanya terkejut terkesiap melihat apa yang Tirana lakukan.

Tirana lalu pergi meninggalkan Surina yang masih memejamkan matanya karena terlalu takut melihat wajah Joko Tenang. (RH)

Terpopuler

Comments

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan mantappp

2023-01-30

0

aim pacina

aim pacina

🙏🤲❤️

2022-09-02

1

Arby Bangka

Arby Bangka

ntar bau pandan semriwing kemana2

2022-05-06

1

lihat semua
Episodes
1 Cihua 1: Mimpi Berujung Buruk
2 Cihua 2: Teluh Jahat Tidak Terobati
3 Cihua 3: Keputusan Pahit Adipati
4 Cihua 4: Harimau pun Tidak Sudi
5 Cihua 5: Penghuni Hutan
6 Cihua 6: Jatuh Cinta
7 Cihua 7: Keturunan Dua Orang Sakti
8 Cihua 8: Prabu Raga Sata
9 Cihua 9: Mengejar Penculik
10 Cihua 10: Pertarungan Dua Lelaki Sakti
11 BMP 1: Joko Tenang Pulang
12 BMP 2: Laksana Dewa Cinta
13 BMP 3: Kejutan di Ruang Kesejukan
14 BMP 4: Adikku Hidup Lagi
15 BMP 5: Cerita Sahabat Lama
16 BMP 6: Sidang Akbar
17 BMP 7: Blusukan Sang Prabu
18 BMP 8: Mendarat di Tanah Kelahiran
19 BMP 9: Pesan Gulung Lidah
20 BMP 10: Cerita Kakek dan Nenek
21 BMP 11: Membebaskan Kekasih
22 BMP 12: Kegembiraan Gurudi
23 BMP 13: Ningsih Dirama dan Pesan Rahasia
24 BMP 14: Tamu Tidak Terduga
25 BMP 15: Lima Syarat Prabu Raga
26 BMP 16: Bertemu Ibu Mertua
27 BMP 17: Cerita Ningsih
28 BMP 18: Berhadapan Raksasa Biru
29 BMP 19: Kalah Terhormat
30 BMP 20: Kehebatan Siluman Bayangan
31 BMP 21: Misi Raja Anjas
32 BMP 22: Air Mata Putri Sri
33 BMP 23: Pertemuan
34 BMP 24: Penyusup Berbahaya
35 BMP 25: Keanehan di Ladang Anjing
36 BMP 26: Sesuatu di Kamar Raja
37 BMP 27: Ratu Sri Dilecehkan
38 BMP 28: Siasat Anjas di Atas Ranjang
39 BMP 29: Drama Ala Anjas
40 BMP 30: Pertarungan Dua Raja
41 BMP 31: Joko Tenang Gugur
42 BMP 32: Wanita Rambut Kuning
43 BMP 33: Bersatunya Dua Raga yang Terpisah
44 Mata Batu 1: Bukit Buruan
45 Mata Batu 2: Mutiara Ratu Panah
46 Mata Batu 3: Permaisuri Utusan Sanggana Kecil
47 Mata Batu 4: Pertemuan Dua Ratu
48 Mata Batu 5: Tawaran Mengejutkan
49 Mata Batu 6: Keputusan Prabu Dira
50 Mata Batu 7: Jajal Kekuatan Tamu
51 Mata Batu 8: Rusuh Sandaria
52 Mata Batu 9: Orang di Balik Mahapati
53 Mata Batu 10: Pulangnya Anak yang Hilang
54 Mata Batu 11: Pertemuan Penuh Tangis
55 Mata Batu 12: Orang Tua Aneh
56 Mata Batu 13: Raja Akar Setan
57 Mata Batu 14: Mahapati-Senopati Berangkat
58 Mata Batu 15: Perintah Jin Gurba
59 Mata Batu 16: Pasukan Walang Kekek
60 Mata Batu 17: Pengiriman Bantuan
61 Mata Batu 18: Pertemuan di Tengah Jalan
62 Mata Batu 19: Kecurigaan Penasihat
63 Mata Batu 20: Pemberontakan Dimulai
64 Mata Batu 21: Perlawanan Angger Buda
65 Mata Batu 22: Kudeta yang Buntu
66 Mata Batu 23: Hancurnya Pasukan Tangkal Bencana
67 Mata Batu 24: Pertemuan Dua Permaisuri
68 Mata Batu 25: Serangan Fajar
69 Mata Batu 26: Tumbang Satu-Satu
70 Mata Batu 27: Akhir Pemberontakan
71 Mata Batu 28: Giliran Prabu Menak Ujung
72 PCR 1: Putri Manik Sari
73 PCR 2: Lelaki Pengrajin Caping
74 PCR 3: Membebaskan Tawanan
75 PCR 4: Dewa Seribu Tameng
76 PCR 5: Ratu Sri Jatuh
77 PCR 6: Ikut ke Sanggana Kecil
78 PCR 7: Pernikahan Kedelapan
79 PCR 8: Repakulo Takluk
80 PCR 9: Kabar Ibunda
81 PCR 10: Bunuh Prabu Dira
82 PCR 11: Joko VS Lima Pangeran
83 PCR 12: Mengobati Prabu Kecil
84 PCR 13: Istri yang Hamil Pertama
85 PCR 14: Tamu Angkuh
86 PCR 15: Adu Sakti Dua Jelita
87 PCR 16: Tembangi Mendayu Kalah
88 PCR 17: Penyergapan Siluman Pedang
89 PCR 18: Anjas VS Siluman Pedang
90 PCR 19: Cerita Kusuma Dewi
91 PCR 20: Izin dari Ningsih
92 PCR 21: Sambutan Mengejutkan
93 PCR 22: Sidang Kasus Kematian Prabu Raga
94 PCR 23: Anjas VS Dewa Seribu Tameng
95 PCR 24: Bakti Sri Rahayu
96 PCR 25: Mertua VS Menantu
97 PCR 26: Menaklukkan Petir dan Panah
98 PCR 27: Syarat dan Kopi Pahit
99 PCR 28: Rusuh Tamu Dadakan
100 Rajungan 1: Pengawasan Anak Halus
101 Rajungan 2: Rahasia yang Bocor
102 Rajungan 3: Merebut Tongkat Jengkal Dewa
103 Rajungan 4: Pemuda Tampan Penolong Putri
104 Rajungan 5: Ruang Awan Putih
105 Rajungan 6: Puspa di Telaga
106 Rajungan 7: Apa Kabar Ginari?
107 Rajungan 8: Gua Lolongan
108 Rajungan 9: Ramainya Desa Lamongan
109 Rajungan 10: Isu Pusaka Tanpa Tanding
110 Rajungan 11: Tawa di Kamar Tiga Puluh
111 Rajungan 12: Perdana, Dewa Kematian Muncul
112 Rajungan 13: Mencuri Obrolan Rahasia
113 Rajungan 14: Perjalanan Malam Kunda Poyo
114 Rajungan 15: Pewaris Tongkat Jengkal Dewa
115 Rajungan 16: Pertemuan Dua Sahabat
116 Rajungan 17: Pertarungan Malam Berujung Gairah
117 Rajungan 18: Salah Pilih Mangsa
118 Rajungan 19: Pertarungan Pengawal Bunga
119 Rajungan 20: Lumpuhnya Ilmu Bayangan
120 Rajungan 21: Pagi-Pagi di Gua Lolongan
121 Rajungan 22: Muni Kelalap Cipta Rusuh
122 Rajungan 23: Siluman Harimau Hitam
123 Rajungan 24: Rombongan Bidadari
124 Rajungan 25: Para Permaisuri Ambil Kendali
125 Rajungan 26: Menghentikan Pertarungan
126 Rajungan 27: Bahasan Dua Joko
127 Rajungan 28: Jurang Lolongan
128 Rajungan 29: Cara Mudah Menyeberang
129 Rajungan 30: Dua Kakek Gagah Adu Nyawa
130 Rajungan 31: Pusaka Ditemukan
131 Rajungan 32: Tongkat Jengkal Dewa
132 Rajungan 33: Tamu-Tamu Sakti
133 Rajungan 34: Duel Tokoh Seratus Tahun
134 Rajungan 35: Perintah Dewa Kematian
135 Rajungan 36: Rombongan Permaisuri Tiba di Gua
136 Rajungan 37: Munculnya Pemegang Pusaka
137 Rajungan 38: Pertarungan Wanita Cantik Dimulai
138 Rajungan 39: Perlawanan Aninda Serunai
139 Rajungan 40: Membasmi Pasukan Musuh
140 Rajungan 41: Joko Tenang Datang
141 Rajungan 42: Kakak Versus Adik
142 Rajungan 43: Sinar dan Tangis Bayi Aneh
143 Rajungan 44: Pertemuan Mendadak
144 De Bude 1: Dosa Dewa Kematian
145 De Bude 2: Tiga Kekuatan Hebat
146 De Bude 3: Rombongan Permaisuri Tiba
147 De Bude 4: Kejutan di Pintu Bawah Awan
148 De Bude 5: Mayat Jelita
149 De Bude 6: Dewi Geger Jagad
150 De Bude 7: Menolak Terhina
151 De Bude 8: Hamil dan Hidup Bersama
152 De Bude 9: Arda Handara
153 De Bude 10: Joko VS Ara
154 De Bude 11: Penerbangan Dalam Bumi
155 De Bude 12: Membuka Konflik Lama
156 De Bude 13: Dewa Kematian Bertarung
157 De Bude 14: Penentangan Joko
158 De Bude 15: Ancaman Negeri Tanduk
159 De Bude 16: Ketua Barisan Putih
160 De Bude 17: Mandi Malam Bertunas Cinta
161 De Bude 18: Memimpin Sendiri
162 De Bude 19: Penambang, Wongawet, Kawin
163 De Bude 20: Lelah dan Nikmat Pernikahan
164 De Bude 21: Tragedi yang Sebenarnya
165 De Bude 22: Nara - Dewi Ara Ambil Keputusan
166 De Bude 23: Adu Kekuatan Mata
167 De Bude 24: Cara Menjinakkan Nara
168 De Bude 25: Fatara dan Hewan Alam Kahyangan
169 De Bude 26: Keakuran Dua Dewi
170 De Bude 27: Ilmu Delapan Dewi Bunga
171 De Bude 28: Pesta yang Berantakan
172 Mis Kekar 1: Jin Gurba
173 Mis Kekar 2: Ratu Dua Matahari
174 Mis Kekar 3: Kematian Pendekar Ternama
175 Mis Kekar 4: Duka di Padepokan
176 Mis Kekar 5: Target Berikutnya
177 Mis Kekar 6: Kunjungan Prabu Dira
178 Mis Kekar 7: Mengejar Pangeran Mabuk
179 Mis Kekar 8: Tiga Nenek Putih
180 Mis Kekar 9: Pendekatan Petra Kelana
181 Mis Kekar 10: Kematian yang Terhubung
182 Mis Kekar 11: Pelajaran untuk Kakek Sombong
183 Mis Kekar 12: Murai-Limarsih Ribut
184 Mis Kekar 13: Korban Selamat
185 Mis Kekar 14: Mengobati Bidadari
186 Mis Kekar 15: Pangeran Mabuk
187 Mis Kekar 16: Keracunan
188 Mis Kekar 17: Godaan Dalam Kereta
189 Mis Kekar 18: Seratus Pendekar
190 Mis Kekar 19: Ilmu Dewi Bunga Dua
191 Mis Kekar 20: Bertemu Cinta Lama
192 Mis Kekar 21: Menjinakkan Macan Betina
193 Mis Kekar 22: Pertemuan di Jalur Bukit
194 Mis Kekar 23: Pertarungan di Kaki Bukit
195 Mis Kekar 24: Bantuan Datang
196 Mis Kekar 25: Ilmu yang Mengerikan
197 Mis Kekar 26: Laporan Super Gawat
198 Pepes 1: Pasukan Kerajaan Siluman Datang
199 Pepes 2: Pesta Ledakan
200 Pepes 3: Siluman Merah Muda
201 Pepes 4: Lereng Tiga Mata
202 Pepes 5: Di Ambang Perang
203 Pepes 6: Pasukan Maju
204 Pepes 7: Pendekar Sanggana Kecil Beraksi
205 Pepes 8: Pendekar Sanggana Terdesak
206 Pepes 9: Panen Nyawa
207 Pepes 10: Siluman Merah Menyerah
208 Pepes 11: Menuntaskan Perang
209 Pepes 12: Pidato Kemenangan
210 Pepes 13: Sidang Pertahanan
211 Pepes 14: Menyeleksi Pasukan Siluman
212 Pepes 15: Serangan Kangen Raja Anjas
213 Pepes 16: Permintaan Berat Ratu Sri
214 Pepes 17: Serangan Malam di Bukit Dalam
215 Pepes 18: Mengeroyok Sang Ketua
216 Pepes 19: Rencana Menyerang
217 Pepes 20: Pasukan Ikan Raksasa
218 Pepes 21: Tamu Dari Jurang Lolongan
219 Pepes 22: Mengendus Pengkhianat
220 Pepes 23: Tetap pada Rencana
221 Pepes 24: Undangan Kerajaan Siluman
222 Pepes 25: Pengkhianat Golongan Putih
223 Darah Keras 1: Melacak Pasukan Siluman
224 Darah Keras 2: Berpencar
225 Darah Keras 3: Menculik Siluman
226 Darah Keras 4: Balas Dendam yang Pertama
227 Darah Keras 5: Siluman yang Tegang
228 Darah Keras 6: Dewi Bunga Tiga
229 Darah Keras 7: Tingkah Nenek Genit
230 Darah Keras 8: Menghakimi Gulung Lidah
231 Darah Keras 9: Lamaran Joko Tingkir
232 Darah Keras 10: Terendus Musuh
233 Darah Keras 11: Tanda yang Rusak
234 Darah Keras 12: Bertarung Sampai Mati
235 Darah Keras 13: Penyergapan Gelap
236 Darah Keras 14: Pasukan Murka Kegelapan
237 Darah Keras 15: Serangan Membutakan
238 Darah Keras 16: Melacak Jejak
239 Darah Keras 17: Pendaratan Malam
240 Darah Keras 18: Kejutan Tengah Malam
241 Darah Keras 19: Mengatur Strategi
242 Darah Keras 20: Cipta Rusuh
243 Darah Keras 21: Mendobrak Istana
244 Darah Keras 22: Tantang Satu-Satu
245 Darah Keras 23: Payung VS Api
246 Darah Keras 24: Nenek Galak VS Kakek Mesum
247 Darah Keras 25: Senjata Rahasia Setan Ngompol
248 Darah Keras 26: Dewi Bunga Empat dan Enam
249 Darah Keras 27: Adu Kiamat Pagi
250 Darah Keras 28: Siasat Melumpuhkan Joko
251 Darah Keras 29: Pusaka Direbut
252 Perjaka 1: Bidadari Menari
253 Perjaka 2: Kalah Terhormat
254 Perjaka 3: Guru Peri Setan
255 Perjaka 4: Raksasa Biru
256 Perjaka 5: Bukti Joko Tersakti
257 Perjaka 6: Pasukan Jin
258 Perjaka 7: Pasukan Singa Gaib
259 Perjaka 8: Janji di Ujung Maut
260 Perjaka 9: Pendekar Raja Kawin
261 Perjaka 10: Siasat Dua Pangeran
262 Perjaka 11: Nenek Peti Terbang Buron
263 Perjaka 12: Nasib Aninda Serunai
264 Perjaka 13: Ginari Tagih Nikah
265 Perjaka 14: Berangkat ke Balilitan
266 Perjaka 15: Serangan Pemancing
267 Perjaka 16: Wanita Bercadar Putih
268 Perjaka 17: Kedatangan Joko dan Serigala
269 Perjaka 18: Joko Bertemu Raja Kawin
270 Perjaka 19: Tantangan untuk Raja Kawin
271 Perjaka 20: Joko Diracun
272 Perjaka 21: Dendam Masa Lalu
273 Perjaka 22: Gempar Sambut Duel
274 Perjaka 23: Berhadapan
275 Perjaka 24: Duel Raja Kawin
276 Perjaka 25: Bawa Pulang Tiga Istri
277 Perjaka 26: Bertemu Sang Pengkhianat
278 Perjaka 27: Jodoh Tiga Janda
279 Perjaka 28: Pernikahan Terakhir
280 Perjaka Tamat: Hukuman untuk Pengkhianat
281 Pengumuman Baru
Episodes

Updated 281 Episodes

1
Cihua 1: Mimpi Berujung Buruk
2
Cihua 2: Teluh Jahat Tidak Terobati
3
Cihua 3: Keputusan Pahit Adipati
4
Cihua 4: Harimau pun Tidak Sudi
5
Cihua 5: Penghuni Hutan
6
Cihua 6: Jatuh Cinta
7
Cihua 7: Keturunan Dua Orang Sakti
8
Cihua 8: Prabu Raga Sata
9
Cihua 9: Mengejar Penculik
10
Cihua 10: Pertarungan Dua Lelaki Sakti
11
BMP 1: Joko Tenang Pulang
12
BMP 2: Laksana Dewa Cinta
13
BMP 3: Kejutan di Ruang Kesejukan
14
BMP 4: Adikku Hidup Lagi
15
BMP 5: Cerita Sahabat Lama
16
BMP 6: Sidang Akbar
17
BMP 7: Blusukan Sang Prabu
18
BMP 8: Mendarat di Tanah Kelahiran
19
BMP 9: Pesan Gulung Lidah
20
BMP 10: Cerita Kakek dan Nenek
21
BMP 11: Membebaskan Kekasih
22
BMP 12: Kegembiraan Gurudi
23
BMP 13: Ningsih Dirama dan Pesan Rahasia
24
BMP 14: Tamu Tidak Terduga
25
BMP 15: Lima Syarat Prabu Raga
26
BMP 16: Bertemu Ibu Mertua
27
BMP 17: Cerita Ningsih
28
BMP 18: Berhadapan Raksasa Biru
29
BMP 19: Kalah Terhormat
30
BMP 20: Kehebatan Siluman Bayangan
31
BMP 21: Misi Raja Anjas
32
BMP 22: Air Mata Putri Sri
33
BMP 23: Pertemuan
34
BMP 24: Penyusup Berbahaya
35
BMP 25: Keanehan di Ladang Anjing
36
BMP 26: Sesuatu di Kamar Raja
37
BMP 27: Ratu Sri Dilecehkan
38
BMP 28: Siasat Anjas di Atas Ranjang
39
BMP 29: Drama Ala Anjas
40
BMP 30: Pertarungan Dua Raja
41
BMP 31: Joko Tenang Gugur
42
BMP 32: Wanita Rambut Kuning
43
BMP 33: Bersatunya Dua Raga yang Terpisah
44
Mata Batu 1: Bukit Buruan
45
Mata Batu 2: Mutiara Ratu Panah
46
Mata Batu 3: Permaisuri Utusan Sanggana Kecil
47
Mata Batu 4: Pertemuan Dua Ratu
48
Mata Batu 5: Tawaran Mengejutkan
49
Mata Batu 6: Keputusan Prabu Dira
50
Mata Batu 7: Jajal Kekuatan Tamu
51
Mata Batu 8: Rusuh Sandaria
52
Mata Batu 9: Orang di Balik Mahapati
53
Mata Batu 10: Pulangnya Anak yang Hilang
54
Mata Batu 11: Pertemuan Penuh Tangis
55
Mata Batu 12: Orang Tua Aneh
56
Mata Batu 13: Raja Akar Setan
57
Mata Batu 14: Mahapati-Senopati Berangkat
58
Mata Batu 15: Perintah Jin Gurba
59
Mata Batu 16: Pasukan Walang Kekek
60
Mata Batu 17: Pengiriman Bantuan
61
Mata Batu 18: Pertemuan di Tengah Jalan
62
Mata Batu 19: Kecurigaan Penasihat
63
Mata Batu 20: Pemberontakan Dimulai
64
Mata Batu 21: Perlawanan Angger Buda
65
Mata Batu 22: Kudeta yang Buntu
66
Mata Batu 23: Hancurnya Pasukan Tangkal Bencana
67
Mata Batu 24: Pertemuan Dua Permaisuri
68
Mata Batu 25: Serangan Fajar
69
Mata Batu 26: Tumbang Satu-Satu
70
Mata Batu 27: Akhir Pemberontakan
71
Mata Batu 28: Giliran Prabu Menak Ujung
72
PCR 1: Putri Manik Sari
73
PCR 2: Lelaki Pengrajin Caping
74
PCR 3: Membebaskan Tawanan
75
PCR 4: Dewa Seribu Tameng
76
PCR 5: Ratu Sri Jatuh
77
PCR 6: Ikut ke Sanggana Kecil
78
PCR 7: Pernikahan Kedelapan
79
PCR 8: Repakulo Takluk
80
PCR 9: Kabar Ibunda
81
PCR 10: Bunuh Prabu Dira
82
PCR 11: Joko VS Lima Pangeran
83
PCR 12: Mengobati Prabu Kecil
84
PCR 13: Istri yang Hamil Pertama
85
PCR 14: Tamu Angkuh
86
PCR 15: Adu Sakti Dua Jelita
87
PCR 16: Tembangi Mendayu Kalah
88
PCR 17: Penyergapan Siluman Pedang
89
PCR 18: Anjas VS Siluman Pedang
90
PCR 19: Cerita Kusuma Dewi
91
PCR 20: Izin dari Ningsih
92
PCR 21: Sambutan Mengejutkan
93
PCR 22: Sidang Kasus Kematian Prabu Raga
94
PCR 23: Anjas VS Dewa Seribu Tameng
95
PCR 24: Bakti Sri Rahayu
96
PCR 25: Mertua VS Menantu
97
PCR 26: Menaklukkan Petir dan Panah
98
PCR 27: Syarat dan Kopi Pahit
99
PCR 28: Rusuh Tamu Dadakan
100
Rajungan 1: Pengawasan Anak Halus
101
Rajungan 2: Rahasia yang Bocor
102
Rajungan 3: Merebut Tongkat Jengkal Dewa
103
Rajungan 4: Pemuda Tampan Penolong Putri
104
Rajungan 5: Ruang Awan Putih
105
Rajungan 6: Puspa di Telaga
106
Rajungan 7: Apa Kabar Ginari?
107
Rajungan 8: Gua Lolongan
108
Rajungan 9: Ramainya Desa Lamongan
109
Rajungan 10: Isu Pusaka Tanpa Tanding
110
Rajungan 11: Tawa di Kamar Tiga Puluh
111
Rajungan 12: Perdana, Dewa Kematian Muncul
112
Rajungan 13: Mencuri Obrolan Rahasia
113
Rajungan 14: Perjalanan Malam Kunda Poyo
114
Rajungan 15: Pewaris Tongkat Jengkal Dewa
115
Rajungan 16: Pertemuan Dua Sahabat
116
Rajungan 17: Pertarungan Malam Berujung Gairah
117
Rajungan 18: Salah Pilih Mangsa
118
Rajungan 19: Pertarungan Pengawal Bunga
119
Rajungan 20: Lumpuhnya Ilmu Bayangan
120
Rajungan 21: Pagi-Pagi di Gua Lolongan
121
Rajungan 22: Muni Kelalap Cipta Rusuh
122
Rajungan 23: Siluman Harimau Hitam
123
Rajungan 24: Rombongan Bidadari
124
Rajungan 25: Para Permaisuri Ambil Kendali
125
Rajungan 26: Menghentikan Pertarungan
126
Rajungan 27: Bahasan Dua Joko
127
Rajungan 28: Jurang Lolongan
128
Rajungan 29: Cara Mudah Menyeberang
129
Rajungan 30: Dua Kakek Gagah Adu Nyawa
130
Rajungan 31: Pusaka Ditemukan
131
Rajungan 32: Tongkat Jengkal Dewa
132
Rajungan 33: Tamu-Tamu Sakti
133
Rajungan 34: Duel Tokoh Seratus Tahun
134
Rajungan 35: Perintah Dewa Kematian
135
Rajungan 36: Rombongan Permaisuri Tiba di Gua
136
Rajungan 37: Munculnya Pemegang Pusaka
137
Rajungan 38: Pertarungan Wanita Cantik Dimulai
138
Rajungan 39: Perlawanan Aninda Serunai
139
Rajungan 40: Membasmi Pasukan Musuh
140
Rajungan 41: Joko Tenang Datang
141
Rajungan 42: Kakak Versus Adik
142
Rajungan 43: Sinar dan Tangis Bayi Aneh
143
Rajungan 44: Pertemuan Mendadak
144
De Bude 1: Dosa Dewa Kematian
145
De Bude 2: Tiga Kekuatan Hebat
146
De Bude 3: Rombongan Permaisuri Tiba
147
De Bude 4: Kejutan di Pintu Bawah Awan
148
De Bude 5: Mayat Jelita
149
De Bude 6: Dewi Geger Jagad
150
De Bude 7: Menolak Terhina
151
De Bude 8: Hamil dan Hidup Bersama
152
De Bude 9: Arda Handara
153
De Bude 10: Joko VS Ara
154
De Bude 11: Penerbangan Dalam Bumi
155
De Bude 12: Membuka Konflik Lama
156
De Bude 13: Dewa Kematian Bertarung
157
De Bude 14: Penentangan Joko
158
De Bude 15: Ancaman Negeri Tanduk
159
De Bude 16: Ketua Barisan Putih
160
De Bude 17: Mandi Malam Bertunas Cinta
161
De Bude 18: Memimpin Sendiri
162
De Bude 19: Penambang, Wongawet, Kawin
163
De Bude 20: Lelah dan Nikmat Pernikahan
164
De Bude 21: Tragedi yang Sebenarnya
165
De Bude 22: Nara - Dewi Ara Ambil Keputusan
166
De Bude 23: Adu Kekuatan Mata
167
De Bude 24: Cara Menjinakkan Nara
168
De Bude 25: Fatara dan Hewan Alam Kahyangan
169
De Bude 26: Keakuran Dua Dewi
170
De Bude 27: Ilmu Delapan Dewi Bunga
171
De Bude 28: Pesta yang Berantakan
172
Mis Kekar 1: Jin Gurba
173
Mis Kekar 2: Ratu Dua Matahari
174
Mis Kekar 3: Kematian Pendekar Ternama
175
Mis Kekar 4: Duka di Padepokan
176
Mis Kekar 5: Target Berikutnya
177
Mis Kekar 6: Kunjungan Prabu Dira
178
Mis Kekar 7: Mengejar Pangeran Mabuk
179
Mis Kekar 8: Tiga Nenek Putih
180
Mis Kekar 9: Pendekatan Petra Kelana
181
Mis Kekar 10: Kematian yang Terhubung
182
Mis Kekar 11: Pelajaran untuk Kakek Sombong
183
Mis Kekar 12: Murai-Limarsih Ribut
184
Mis Kekar 13: Korban Selamat
185
Mis Kekar 14: Mengobati Bidadari
186
Mis Kekar 15: Pangeran Mabuk
187
Mis Kekar 16: Keracunan
188
Mis Kekar 17: Godaan Dalam Kereta
189
Mis Kekar 18: Seratus Pendekar
190
Mis Kekar 19: Ilmu Dewi Bunga Dua
191
Mis Kekar 20: Bertemu Cinta Lama
192
Mis Kekar 21: Menjinakkan Macan Betina
193
Mis Kekar 22: Pertemuan di Jalur Bukit
194
Mis Kekar 23: Pertarungan di Kaki Bukit
195
Mis Kekar 24: Bantuan Datang
196
Mis Kekar 25: Ilmu yang Mengerikan
197
Mis Kekar 26: Laporan Super Gawat
198
Pepes 1: Pasukan Kerajaan Siluman Datang
199
Pepes 2: Pesta Ledakan
200
Pepes 3: Siluman Merah Muda
201
Pepes 4: Lereng Tiga Mata
202
Pepes 5: Di Ambang Perang
203
Pepes 6: Pasukan Maju
204
Pepes 7: Pendekar Sanggana Kecil Beraksi
205
Pepes 8: Pendekar Sanggana Terdesak
206
Pepes 9: Panen Nyawa
207
Pepes 10: Siluman Merah Menyerah
208
Pepes 11: Menuntaskan Perang
209
Pepes 12: Pidato Kemenangan
210
Pepes 13: Sidang Pertahanan
211
Pepes 14: Menyeleksi Pasukan Siluman
212
Pepes 15: Serangan Kangen Raja Anjas
213
Pepes 16: Permintaan Berat Ratu Sri
214
Pepes 17: Serangan Malam di Bukit Dalam
215
Pepes 18: Mengeroyok Sang Ketua
216
Pepes 19: Rencana Menyerang
217
Pepes 20: Pasukan Ikan Raksasa
218
Pepes 21: Tamu Dari Jurang Lolongan
219
Pepes 22: Mengendus Pengkhianat
220
Pepes 23: Tetap pada Rencana
221
Pepes 24: Undangan Kerajaan Siluman
222
Pepes 25: Pengkhianat Golongan Putih
223
Darah Keras 1: Melacak Pasukan Siluman
224
Darah Keras 2: Berpencar
225
Darah Keras 3: Menculik Siluman
226
Darah Keras 4: Balas Dendam yang Pertama
227
Darah Keras 5: Siluman yang Tegang
228
Darah Keras 6: Dewi Bunga Tiga
229
Darah Keras 7: Tingkah Nenek Genit
230
Darah Keras 8: Menghakimi Gulung Lidah
231
Darah Keras 9: Lamaran Joko Tingkir
232
Darah Keras 10: Terendus Musuh
233
Darah Keras 11: Tanda yang Rusak
234
Darah Keras 12: Bertarung Sampai Mati
235
Darah Keras 13: Penyergapan Gelap
236
Darah Keras 14: Pasukan Murka Kegelapan
237
Darah Keras 15: Serangan Membutakan
238
Darah Keras 16: Melacak Jejak
239
Darah Keras 17: Pendaratan Malam
240
Darah Keras 18: Kejutan Tengah Malam
241
Darah Keras 19: Mengatur Strategi
242
Darah Keras 20: Cipta Rusuh
243
Darah Keras 21: Mendobrak Istana
244
Darah Keras 22: Tantang Satu-Satu
245
Darah Keras 23: Payung VS Api
246
Darah Keras 24: Nenek Galak VS Kakek Mesum
247
Darah Keras 25: Senjata Rahasia Setan Ngompol
248
Darah Keras 26: Dewi Bunga Empat dan Enam
249
Darah Keras 27: Adu Kiamat Pagi
250
Darah Keras 28: Siasat Melumpuhkan Joko
251
Darah Keras 29: Pusaka Direbut
252
Perjaka 1: Bidadari Menari
253
Perjaka 2: Kalah Terhormat
254
Perjaka 3: Guru Peri Setan
255
Perjaka 4: Raksasa Biru
256
Perjaka 5: Bukti Joko Tersakti
257
Perjaka 6: Pasukan Jin
258
Perjaka 7: Pasukan Singa Gaib
259
Perjaka 8: Janji di Ujung Maut
260
Perjaka 9: Pendekar Raja Kawin
261
Perjaka 10: Siasat Dua Pangeran
262
Perjaka 11: Nenek Peti Terbang Buron
263
Perjaka 12: Nasib Aninda Serunai
264
Perjaka 13: Ginari Tagih Nikah
265
Perjaka 14: Berangkat ke Balilitan
266
Perjaka 15: Serangan Pemancing
267
Perjaka 16: Wanita Bercadar Putih
268
Perjaka 17: Kedatangan Joko dan Serigala
269
Perjaka 18: Joko Bertemu Raja Kawin
270
Perjaka 19: Tantangan untuk Raja Kawin
271
Perjaka 20: Joko Diracun
272
Perjaka 21: Dendam Masa Lalu
273
Perjaka 22: Gempar Sambut Duel
274
Perjaka 23: Berhadapan
275
Perjaka 24: Duel Raja Kawin
276
Perjaka 25: Bawa Pulang Tiga Istri
277
Perjaka 26: Bertemu Sang Pengkhianat
278
Perjaka 27: Jodoh Tiga Janda
279
Perjaka 28: Pernikahan Terakhir
280
Perjaka Tamat: Hukuman untuk Pengkhianat
281
Pengumuman Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!