*Cinta di Hutan Angker (Cihua)*
Air hujan terus turun menyirami Hutan Angker dengan lebat. Ketegangan tercipta antara Anjas Perjana dengan Prabu Raga Sata dan pasukannya.
“Berlindung di balik para prajurit, sungguh memalukan!” ejek Anjas Perjana yang membuat telinga dan otak Prabu Raga Sata semakin memerah dan mendidih.
Anjas Perjana tahu bahwa Prabu Raga Sata juga dalam kondisi sangat marah, sama seperti dirinya. Namun, Anjas mencoba mengendalikan keadaan dengan memprovokasi penculik istrinya itu.
Prabu Raga Sata sudah kembali menunjukkan ilmu kesaktiannya karena ia sudah tidak tahan ingin membunuh Anjas secepatnya. Tubuh Prabu Raga Sata sudah naik melayang ke udara, seperti balon yang naik perlahan.
“Sebelum kau menyentuh rajaku, kau harus bisa membunuhku terlebih dahulu!” seru Panglima Siluman Pedang yang berdiri di atas pundak dua prajuritnya. Ia tidak tahu bahwa rajanya di belakang sudah naik tinggi di udara.
“Heah!” hentak Prabu Raga Sata sambil menghentakkan kedua tangannya bergantian terus menerus.
Set set set…!
Pong pong pong…!
Blar blar blar…!
Kedua tangan Prabu Raga Sata seolah menjadi mesin pelempar bola pingpong. Dari kedua telapak tangannya berlesatan satu demi satu bola-bola sinar putih sebesar telur ayam. Serangan beruntun itu melesat cepat menghujani Anjas Perjana.
Dalam menghadapi serangan seperti senapan serbu tersebut, ternyata Anjas Perjana tidak mengandalkan ilmu perisainya. Ia mengandalkan ilmu Ratu Menangkis Raja Menyerang, sejenis ilmu pertahanan juga, tetapi ilmu serangan pula.
Dengan gerakan tangan yang cepat layaknya tokoh legendaris Ip Man, Anjas Perjana menangkis semua bola sinar dengan telapak tangan terbuka. Yang terjadi, semua bola sinar itu memantul balik ke arah yang dikehendaki oleh Anjas Perjana.
Anjas Perjana ternyata mengarahkan pantulan dari ilmu Serbuan Bola Maut milik Prabu Raga Sata ke arah Panglima Siluman Pedang. Semua bola sinar yang datang dari sisi atas, Anjas pantulkan kepada Panglima Siluman Pedang yang berdiri di atas bahu dua orang prajurit.
Tidak hanya Prabu Raga Sata yang terkejut karena Anjas bisa menahan semua serangannya, tetapi Panglima Siluman Pedang juga tidak kalah kagetnya.
Dengan cepat Panglima Siluman Pedang membuat perisai pedang di depan tubuhnya, seolah-olah ada seputar kipas pedang raksasa di depan tubuh Panglima Siluman Pedang.
Maka, ledakan beruntun yang dahsyat terjadi pada kipas pedang tersebut. Itu bukan ledakan biasa. Prabu Raga Sata tidak mengirim ilmu tingkat biasa, tapi ilmu yang untuk menguasainya perlu belajar delapan semester. Akibatnya, Panglima Siluman Pedang dengan mati-matian berusaha bertahan.
Karna semua bola sinar putihnya dipantulkan oleh Anjas, terpaksa Prabu Raga Sata menghentikan seranganya.
“Akk!” jerit Panglima Siluman Pedang.
Tepat pada ledakan terakhir, Panglima Siluman Pedang terlempar keras ke belakang lalu jatuh di antara kaki kuda penarik kereta.
Sementara dua prajurit yang diinjaki pundaknya tumbang tanpa nyawa pula karena terkena efek ledakan yang bertubi-tubi. Bahkan beberapa prajurit terdekat juga tumbang tewas.
Anjas Perjana segera mundur beberapa tindak saat melihat Prabu Raga Sata yang mengambang di udara telah mengeluarkan bola sinar raksasa berwarna merah.
Besar sinar itu sebesar rumah sederhana dan bergolak di atas kepala Prabu Raga Sata. Sinar raksasa itu ditopang oleh tangan kanan Prabu Raga Sata.
Anjas Perjana bisa merasakan kekuatan dari ilmu Kiamat Pagi itu, karenanya ia mundur beberapa tindak untuk memasang kuda-kuda.
“Kau akan membunuh prajuritmu sendiri, Raja Kejam!” seru Anjas memperingatkan Prabu Raga Sata.
“Itu tidak mengapa asalkan kau mati!” jawab Prabu Raga Sata.
Mendengar perkataan junjungannya, maka paniklah para prajurit yang berhadapan langsung dengan Anjas Perjana.
“Kakang Maaas!” jerit Ningsih Dirama panik.
“Aku tidak akan apa-apa, Ningsih!” teriak Anjas Perjana sambil fokus perhatiannya kepada Prabu Raga Sata.
“Karna kau akan mati! Hiaaat!” teriak Prabu Raga Sata sambil mengayunkan tangan kanannya.
Tidak seperti benda besar yang berat, sinar merah raksasa itu justru melesat cepat ketika diayunkan ke bawah depan. Para prajurit yang ada di sisi depan buru-buru berhamburan menjauh ke belakang. Sementara Anjas Perjana melesat mundur sambil mengandalkan ilmu perisainya.
Bluarrr!
Maka ledakan dahsyat, kuat dan besar yang mengandung api, terjadi ketika sinar itu menyentuh tanah. Gelombang ledakan yang dahsyat itu menghancurkan dan memusnahkan pepohonan terdekat menjadi arang dan debu. Sejumlah prajurit yang terjangkau oleh gelombang ledakan tersebut harus tewas dengan tubuh musnah, dari kulit sampai ke tulang. Sebagian lagi tewas dengan terbakar parah.
Kuda penarik kereta sampai meringkik ketakutan karena panas yang begitu menyengat, tapi cepat ditenangkan oleh prajurit pengawal berseragam putih-putih. Ningsih Dirama juga menjadi panik dengan wajah pucat pasi dalam guyuran hujan.
Sementara itu, Anjas Perjana terpental hebat menghantam batang pohong besar yang jauh dari jangkauan gelombang ledakan. Ilmu perisai bernama Lapisan Pemelihara Nyawa itu membuat Anjas terhindar dari bahaya panas yang begitu kuat.
Kini jalan hutan itu berubah menjadi kubangan besar dan dalam, bahkan mengepulkan asap yang kemudian sirna oleh siraman hujan.
Suara ledakan itu bahkan terdengar oleh Gurudi dan membuat warga desa sekitar Hutan Angker semakin meyakini keangkeran hutan tersebut.
“Kang Mas Anjaaas!” teriak Ningsih histeris melihat kondisi Anjas dari jauh. Ia begitu khawatir kondisi suaminya akan seperti para prajurit yang mati itu.
Anjas Perjana yang tergeletak, menggeliat kesakitan. Melihat lawannya selamat dari ilmu pamungkasnya, Prabu Raga Sata segera melesat menabrak tendang tubuh Anjas Perjana. Tendangan itu bukan tendangan sekuat tendangan bebas CR7, tetapi tendangan seorang sakti yang bertenaga dalam tinggi.
Buk!
“Hegkr!” keluh Anjas dengan tubuh terpental sejauh dua tombak lalu jatuh bergulingan di tanah rumput bercampur lumpur. Darah kental muncul menetes di celah bibir Anjas. Ia berusaha mengangkat kepalanya.
Melihat Anjas masih bisa berusaha bangun dengan dorongan tangan yang begitu berat, Prabu Raga Sata kembali memburunya. Kali ini tendangannya terlihat berhias sinar merah seperti serat-serat halus, sepertinya tendangan itu akan mengakhiri nyawa Anjas.
Tap!
Terkejut Prabu Raga Sata saat batang kakinya ditangkap oleh genggaman tangan kiri Anjas, membuat tendangan itu tertahan.
“Kau belum rasakan ilmu Bayang-Bayang Malaikat-ku!” teriak Anjas sambil melakukan gerakan akrobatik mengayunkan kedua kakinya menyerang wajah Prabu Raga Sata.
Dak!
Namun, sodokan kaki itu bisa ditangkis oleh Prabu Raga Sata.
“Hah!” desah Prabu Raga Sata terkejut, karena setelah itu gerakan serang Anjas Perjana terlalu cepat.
Babak buk!
“Hukh!” keluh Prabu Raga Sata saat dua hantaman telapak tangan mendarat kencang di dadanya, disusul satu tinju spesial pakai telur menghujam ke perut.
Kesaktian Prabu Raga Sata sudah tidak perlu diragukan di kancah dunia persilatan. Dia adalah momok bagi pendekar-pendekar golongan putih. Namun, gerakan serang yang bernama Bayang-Bayang Malaikat milik Anjas Perjana terlalu cepat, nyaris tidak terlihat oleh mata saktinya.
Plak!
Di saat posisinya terbungkuk dengan wajah merah menahan sakit yang luar biasa, satu tamparan ekstrem menghajar kuat wajah kiri Prabu Raga Sata. Sampai-sampai ketika ia terbanting keras ke kiri, selain gumpalan darah yang termuntahkan, satu buah gigi sang raja terlempar dari makamnya.
Presss!
Selanjutnya muncullah sinar putih menyilaukan mata di tangan kanan Anjas Perjana. Hal itu membuat Prabu Raga Sata terkejut.
“Surya Langit Jagad!” sebutnya.
Clap!
Tiba-tiba tubuh Prabu Raga Sata lenyap dari tempatnya dan dari pandangan mata. Namun, Anjas Perjana tidak terkejut atau terpaku dengan menghilangnya wujud Prabu Raga Sata. Ia langsung melesat tidak terlihat ke udara karena begitu cepatnya.
Bluarrr!
Entah bagaimana prosesnya, Anjas Perjana yang terhenti sekejap di udara dalam guyuran hujan, menghantamkan sinar putih menyilaukannya ke udara kosong. Namun tahu-tahu, terjadi ledakan dua sinar, yaitu putih dan hijau terang.
Prabu Raga Sata yang sedang menghilang wujud, tahu-tahu telah terlempar deras dan jauh lalu menghantam dahan pohon, kemudian jatuh berdebam di rerumputan dalam kondisi pakaian mewahnya rusak parah karena terbakar.
Sementara Anjas Perjana hanya terdorong lalu jatuh berdebam di kawah tanah yang becek berlumpur.
Presss!
Anjas Perjana kembali bangkit dengan ilmu Surya Langit Jagad di tangan kanan. Dilihatnya raja penculik bergerak, tapi sulit bangun berdiri dengan tegak. Bibir dan dagu Prabu Raga Sata penuh darah panas. Mahkotanya sudah lepas dari kepalanya.
“Berhenti, Pendekar!” seru satu suara keras menggelegar.
“Kakang Maaas!” jerit Ningsih Dirama.
Alangkah murkanya Anjas Perjana melihat istrinya disandera oleh Panglima Siluman Pedang yang ternyata belum mati. Lelaki yang wajahnya terbakar parah itu, menempelkan mata pedangnya di leher putih Ningsih Dirama.
“Jika kau membunuh Gusti Prabu, maka istrimu ini akan mati juga!” ancam Panglima Siluman Pedang.
“Percuma punya kesaktian jika bisanya menjadi seorang pengecut yang curang!” desis Anjas Perjana, masih membiarkan sinar putih menyilaukannya ada di tangannya.
Sets!
Tangan kiri Panglima Siluman Pedang lalu bergerak-gerak. Kemudian muncul sinar putih berwujud pedang mini. Panglima Siluman Pedang lalu mendorong sinar putih masuk ke dalam tubuh Ningsih Dirama.
“Hekkk!” keluh Ningsih Dirama kesakitan. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia begitu kesakitan. “Kakang Mas!”
“Ningsih!” teriak Anjas Perjana, tapi tidak berani bertindak ceroboh.
“Jika Pedang Siluman itu tidak aku keluarkan dari tubuh istrimu, maka dia akan mati!” kata Panglima Siluman Pedang. “Aku akui kau bisa membunuh kami semua, karena itu pergilah! Istrimu ada di tangan kami!”
“Licik. Tidak aku sangka, orang-orang yang tadinya sesumbar setinggi langit kini mengandalkan perbuatan licik!” teriak Anjas Perjana marah.
Presss! Bluarr!
Anjas Perjana melampiaskan kemarahannya dengan melesatkan sinar putih Surya Langit Jagat, menghancurleburkan dua batang pohon besar sekaligus yang tumbuh jauh.
Sementara itu, beberapa pengawal raja segera membantu memapah Prabu Raga Sata menuju ke kereta kuda.
“Aku tidak akan memberikan calon selirku kepadamu hidup-hidup!” desis Prabu Raga Sata kepada Anjas Perjana. Kondisinya sudah tidak bisa bertarung lagi.
“Aku pun tidak akan membiarkanmu!” teriak Anjas Perjana, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak mau istrinya mati.
“Berangkat!” teriak Panglima Siluman Pedang. Walaupun ia sudah melepas pedangnya dari leher Ningsih, tetapi Pedang Siluman yang ada di dalam tubuh wanita itu bisa ia gerakkan kapan saja untuk membunuh dari dalam.
Dengan cara memutari pinggiran kubangan raksasa yang memblokir jalan, kereta kuda masih bisa lewat untuk pergi. Sekitar kurang dari tiga puluh prajurit berlari mengikuti kereta kuda, meninggalkan mayat puluhan rekan-rekannya.
“Aku berjanji akan membawamu pulang, Ningsih!” teriak Anjas Perjana.
Anjas Perjana membiarkan rombongan itu lewat dengan menahan kemarahan di dalam dada. Setelah rombongan itu pergi membawa rajanya yang terluka parah, Anjas Perjana pergi mengikuti.
Panglima Siluman Pedang tahu dan bahkan melihat bahwa Anjas Perjana terus mengikuti mereka hingga meninggalkan hutan. Hal itu membuat Panglima Siluman Pedang harus waspada sepanjang perjalanan pulang.
Ternyata Anjas Perjana menguntit rombongan Prabu Raga Sata sampai ke depan benteng Kerajaan Siluman. Kerajaan itu terletak di sebuah daerah bebatuan yang tinggi.
Di depan gerbang, Anjas Perjana dihadang oleh lima puluh tentara Pasukan Siluman Merah. Kelima puluh prajurit itu memiliki kesaktian di atas prajurit biasa.
Sementara Ningsih Dirama dibawa masuk ke dalam Istana Kerajaan Siluman dan menjadi sandera. (RH)
******************
Ini adalah chapter terakhir seasson "Cinta di Hutan Angker (Cihua)". Author sengaja menyimpan satu rahasia yang akan diungkap di seasson berikut. Rasa penasarannya semoga tidak jadi jerawat batu.
Seasson berikutnya adalah "Bibir Merah Pendekar (BMP)", kembali ke Kerajaan Sanggana Kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
Budi Efendi
lanjutkan mantappp
2023-01-29
0
Rohan
Cakep
2021-11-18
0
Zakireksi Reksi
ko payah mcnya gak bs nyelamatin...ilmunya ajah tangguh segitu aja udah keok..wkwk..tp kl authorn jagoan gak bkln klh pinter mcnya.
2021-10-18
0