*Bibir Merah Pendekar (BMP)*
Karena Joko Tenang belum pulang, Parsuto akhirnya menunggu setelah melaporkan kehadirannya di Kerajaan Sanggana Kecil. Mendengar perbincangan bahwa ada sahabat lama Prabu Dira yang bernama Parsuto datang bertamu, Kusuma Dewi lalu memerintahkan prajurit untuk memanggil tamu tersebut.
Alangkah terkejutnya Parsuto ketika melihat bahwa permaisuri yang memanggilnya adalah Kusuma Dewi. Reuni kedua sahabat itupun terjadi akrab. Maka Kusuma Dewi memiliki rencana untuk memberi hadiah kejutan kepada Joko Tenang. Karenanya, ketika Joko Tenang pulang bersama Permaisuri Yuo Kai, Parsuto tidak langsung muncul. Barulah ia dimunculkan saat di Ruang Kesejukan.
Saat ini, Joko Tenang, Kusuma Dewi dan Parsuto sedang reunian di pinggiran Telaga Fatara, sebuah telaga besar yang pinggirnya bersentuhan langsung dengan bagian belakang Istana.
Sejumlah prajurit berjaga agak jauh dari posisi mereka yang sedang asik menikmati telaga senja, karena sebentar lagi sang surya tenggelam di barat.
“Jadi kau sudah menikah?” tanya Joko Tenang kepada Parsuto.
“Sejak dua tahun yang lalu. Namun, kami belum dikaruniai anak,” jawab Parsuto.
“Aku pun demikian. Dari tujuh permaisuriku, belum satu pun yang memiliki tanda-tanda kehamilan. Hahaha!” kata Joko Tenang.
“Sungguh aku tidak menyangka kau akan beristri banyak, Joko. Dan sungguh aku tidak menyangka, Kusuma mau berbagi cinta dengan yang lain,” kata Parsuto.
“Jika aku menjadi istri pertama, mungkin aku tidak akan mengizinkan Joko menikah lagi,” kata Kusuma Dewi dengan menghilangkan keformalan dalam menyebut nama suaminya.
“Untung bukan kau yang pertama. Jika kau yang pertama, Joko tidak akan sembuh dari penyakitnya dan kalian tidak akan pernah bisa menyatu di ranjang,” kata Parsuto. Sebelumnya dia sudah mendapat cerita dari Kusuma Dewi kenapa Joko bisa memiliki banyak istri.
“Hahaha…!” tawa Joko Tenang agak panjang.
Mau tidak mau, Kusuma Dewi juga tertawa rendah seraya malu.
“Jadi kau mau tinggal bersama istrimu di kerajaan ini?” tanya Joko.
“Awalnya aku berniat tinggal di kerajaan ini dan hidup sebagai warga biasa, hidup bertani. Aku adalah pendekar yang kesaktiannya hanya apa adanya untuk melindungi diri. Jadi lebih baik aku menikmati hidup bersama istriku. Terlebih ia selalu membutuhkan aku di sisinya. Aku dengar dari Surya, banyak pendekar Gunung Prabu dan Hutan Malam Abadi yang memilih menjadi warga biasa daripada prajurit,” kata Parsuto.
“Kau tidak mau menjadi pengawalku? Aku akan membayarmu tinggi!” kata Joko Tenang.
“Rawaiti memerlukanku,” jawab Parsuto. “Hidup tenang dan bahagia, itu yang aku harapkan.”
“Baiklah, kau boleh memilih mau tinggal di mana di dalam wilayah kerajaan ini. Aku akan memberimu tanda khusus yang membuatmu bisa datang ke Istana kapan saja,” kata Joko Tenang.
“Terima kasih, Gusti Prabu!” ucap Parsuto sambil turun berlutut satu kaki.
“Bangunlah, tidak perlu sungkan, Sahabat!” kata Joko Tenang.
“Kau sudah tahu bahwa kakak iparmu, si Surya Kasyara itu, adalah kekasih dari wania yang memotong tanganmu?” tanya Kusuma Dewi.
“Aku belum tahu,” jawab Parsuto agak terkejut.
“Tapi putri Adipati Tambak Ruso itu sudah tewas dalam pertempuran kami dengan Gerombolan Kuda Biru setengah purnama yang lalu. Dan kini Surya Kasyara menjadi target cinta beberapa pendekar wanita,” ujar Kusuma Dewi.
“Mungkin itu lebih baik. Sebab, jika aku bertemu dengan Kayuni Larasati, tentunya aku akan memiliki masalah dengan kakak iparku,” kata Parsuto. “Oh ya, jadi kelompok yang membasmi Gerombolan Kuda Biru adalah kalian? Itu artinya, kau berkhianat dengan Kuda Biru, Kusuma?”
“Demi cinta aku berkhianat,” ucap Kusuma Dewi dengan tatapan melirik kepada Parsuto.
“Syukurlah, ternyata cinta yang bisa menyadarkanmu untuk berhenti bergabung dengan Kuda Biru,” kata Parsuto.
“Lalu, apa kau tahu di mana Curaina dan Limarsih?” tanya Joko Tenang.
“Aku pernah bertemu Limarsih, saat itu dia sedang menjadi murid seorang pendekar. Sedangkan Curaina sedang akrab dengan seorang pangeran dari Kerajaan Walangan,” jawab Parsuto.
“Kenapa kalian berpisah-pisah?” tanya Joko Tenang lagi.
“Karena kami bertengkar satu sama lain,” jawab Kusuma Dewi. “Seperti ketika aku bertengkar dengan Parsuto yang melarangku bergabung dengan Gerombolan Kuda Biru.”
“Guru kami Nenek Rambut Merah hanya mewariskan ilmu-ilmu tingkat menengah, karena memang kemampuan kami belum bisa untuk mempelajari ilmu-ilmu tingkat tinggi. Berbeda denganmu, Joko. Kau sudah belajar tenaga dalam sejak kecil, sedangkan kami baru belajar di usia besar,” kata Parsuto.
“Tapi dalih seperti itu tidak selalu benar. Permaisuri Nara bisa mengajariku ilmu pedang tingkat tinggi yang lebih sakti dari ilmu pedang yang diajarkan oleh Nenek Rambut Merah,” kata Kusuma Dewi.
“Berarti aku jauh tertinggal darimu,” kata Parsuto.
“Apalagi aku juga memiliki Cincin Mata Langit, sama seperti permaisuri yang lain,” kata Kusuma Dewi bangga.
“Mereka berhasil menangkap ikan besar,” kata Joko Tenang mengomentari para pendekarnya yang sedang menangkap ikan di tengah Telaga Fatara.
Kusuma Dewi dan Parsuto segera beralih memandang jauh ke tengah telaga.
“Menurut Garis Merak, ikan-ikan di telaga ini besar-besar, tapi berbahaya juga. Karenanya, mereka melengkapi semua perahu yang kita miliki dengan senjata tombak tembak,” kata Kusuma Dewi.
“Berapa orang yang bergabung untuk bidang telaga?” tanya Joko Tenang.
“Ada lima belas orang. Putri Wilasin dan Nyai Kisut ikut ketiga bajak laut itu. Luring dan Adi Manukbumi juga ikut. Ditambah lima orang pendekar dari Hutan Malam Abadi dan Tiga Gunung Prabu,” jawab Kusuma Dewi.
Sementara di tengah Telaga Fatara, sebanyak empat perahu sedang memancing ikan besar. Sudah ada dua ikan besar yang berhasil mereka tangkap, satu berukuran manusia dewasa dan satu lagi berukuran satu setengah orang dewasa.
Senjata tembak berupa tombak besi besar menjadi senjata efektif untuk menaklukkan ikan-ikan berukuran besar. Senjata seperti itu dimiliki oleh setiap perahu.
Kelima belas orang itu menamakan dirinya sebagai Pasukan Penguasa Telaga yang dipimpin oleh Garis Merak, mantan wanita bajak laut yang konon katanya saat ini adalah kekasih Surya Kasyara. Namun, Kabar Petang melaporkan, Surya Kasyara sedang terlibat skandal cinta dengan beberapa orang pendekar wanita, salah satunya dalah Sugigi Asmara.
“Umpan di makan!” teriak satu anggota Pasukan Penguasa Telaga di perahu warna hijau.
Memang terlihat di perahu warna hijau, dua pendekar sedang memegangi tali pancing yang menegang kuat ke dalam air. Orang ketiga yang ada di perahu itu cepat turut membantu meraih tali pancing.
Selanjutnya, perahu itu bergerak tertarik, tetapi tidak terlalu kencang.
“Manuk! Pegang tembakannya!” teriak Garis Merak kepada Adi Manukbumi.
Adi Manukbumi yang ada di perahu lain, cepat melompat dan berlari di udara, lalu mendarat di perahu hijau. Dia cepat memegang alat tembak yang panahnya adalah tombak besi.
Di saat ketiga kru perahu sedang tarik-tarikan dengan ikan, bahkan perahu mulai terbawa tarikan ikan yang belum menampakkan bayangannya di dalam air, Adi Manukbumi begitu berkonsentrasi dalam membidik.
Perahu yang lain segera bergerak untuk membantu perahu hijau.
“Ikannya terlihat! Ikannya terlihat! Hihihi…!” teriak Senandung Senja tegang tapi senang sambil menunjuk ke dalam air. Ia tertawa nyaring dan senang. Senandung Senja adalah seorang gadis cantik yang masih tampak belia. Suaranya seperti suara anak kecil dan sangat gampang tertawa. Ialah wanita yang disebut sebagai Putri Wilasin.
Di kedalaman air memang terlihat muncul bayangan ikan besar yang berenang gesit.
Di perahu hijau, Adi Manukbumi sudah mengeker bidikannya ke dalam air. Demikian pula Nyai Kisut yang berada di perahu kuning bersama Senandung Senja. Nyai Kisut adalah pendekar wanita muda yang fisiknya seperti nenek-nenek. Ia adalah pengawal setia Senandung Senja.
Nyai Kisut dan Adi Manukbumi sudah membidik ke dalam air, tetapi ikan besar di dalam air begitu lincah tanpa lepas dari jeratan mata kail yang besar.
Sementara yang lain hanya memantau, karena jarak mereka agak jauh.
Set! Set!
Pada saat posisi ikan berada dalam gerakan yang terbaca, Adi Manukbumi menembakkan tombak besinya ke dalam air. Menyusul tembakan oleh Nyai Kisut.
Ternyata, tembakan Adi Manukbumi dan Nyai Kisut tepat sasaran.
“Yeee!” sorang mereka serentak. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
aim pacina
👍🔥💪
2022-09-02
1
Rohan
Smangay
2021-11-18
2
ALan
kerenn
2021-11-01
1