*Cinta di Hutan Angker (Cihua)*
Di kamar itu, hanya ada Adipati Yono Sumoto, Rumih Riya, Ningsih Dirama, Surina Asih, dan Ki Uyeng Dewo. Para abdi yang dimiliki oleh keluarga Adipati tidak diizinkan berada di sekitar kamar.
Ningsih Dirama berbaring dalam kondisi hanya berpinjung kain batik, yang menutupi badan atas hingga dada dan badan bawah hingga lutut. Terlihat kulit yang awalnya putih indah lagi mulus, kini justru membuat merinding jika melihatnya, karena banyaknya bentolan-bentolan berair pada kulit wajah dan tubuh.
Kini, Ningsih Dirama hanya sesegukan menerima nasibnya.
Di lantai kamar, Ki Uyeng Dewo sedang duduk bersila dengan mata tertutup. Di depannya ada sebaskom air putih penuh taburan bunga berbagai jenis, termasuk wadah yang berisi arang membara yang ditaburi banyak kemenyan.
Kedua tangan Ki Uyeng Dewo diulurkan di atas baskom dan bergetar hebat. Tangan tua itu bersih dari perhiasan cincin. Sementara sepasang mata Ki Uyeng terpejam kusyuk dan mulutnya komat-kamit membaca mantera bahasa alam jin. Yang lainnya tidak mengerti apa pun yang diucapkan oleh Ki Uyeng Dewo.
Blep!
Dalam proses itu, tiba-tiba wadah arang mengeluarkan api sendiri dan menyala berkobar agak besar.
“Puh!” tiup Ki Uyeng ke arah baskom.
Cprak!
Setelah itu, tiba-tiba air di dalam baskom melompat naik ke udara. Sebelum air itu turun, Ki Uyeng mengibaskan tangan kanannya, membuat air terciprat banyak menyiram tubuh Ningsih Dirama di atas ranjang.
“Aaa…!” jerit Ningsih Dirama ketika air mengenai kulitnya.
Air di baskom itu memang bukan sekedar air, air itu sudah diberi garam yang banyak dan beberapa bahan milik Ki Uyeng yang tidak jelas namanya.
Rupanya jeritan Ningsih tidak berhenti, tetapi berkepanjangan. Ia merasakan perih yang terus menggigit. Hal itu membuat Adipati dan istrinya semakin cemas. Sementara Surina Asih hanya mengerenyit jijik melihat apa yang terjadi.
Tiba-tiba benjolan-benjolan kecil pada kulit Ningsih Dirama pada mengencang agak membesar. Lalu tidak lama kemudian, benjolan-benjolan itu pecah dengan sendirinya susul-menyusul, mengeluarkan cairan hijau yang berbau busuk.
“Apa?!” pekik Ki Uyeng Dewo terkejut dengan mata yang awalnya terpejam, jadi mendelik.
Ia terdiam sejenak seraya menatap tajam perubahan buruk yang terjadi pada tubuh Ningsih Dirama.
“Bopooo! Simboook! Sakiiit!” jerit Ningsih Dirama. Ia merasakan sakit pada setiap pecahnya satu benjolan.
Adipati Yono Simoto hanya bisa mengerenyit bingung harus berbuat apa. Meski ia orang yang berkesaktian, tetapi ia tidak tahu cara mengatasi perkara penyakit seperti itu. Rumih Riya sebagai seorang ibu pun bingung seraya menangis di tempatnya.
Brak!
Tiba-tiba kebingungan dan pemandangan yang menjijikkan pada tubuh Ningsih dikejutkan oleh gebrakan Ki Uyeng. Ia menggebrakkan kedua tangannya ke lantai dengan keras. Kedua tangannya lalu digerakkan sedemikian rupa, sehingga akhirnya kedua telapak tangan itu bersinar putih redup.
Dengan bergetar hebat, kedua tangan Ki Uyeng Dewo didorong ke arah tubuh Ningsih Dirama.
Wutt! Bdukk!
“Hukrr!”
Tiba-tiba, tubuh Ki Uyeng Dewo terlempar sendiri ke belakang dan menabrak dinding papan kamar. Ia jatuh dengan memuntahkan darah.
“Mohon ampun, Gusti! Aku tidak sanggup melawan kekuatan teluh jahat ini!” teriak Ki Uyeng Dewo sambil merendahkan dirinya ke lantai menghormat kepada Adipati Yono Sumoto. “Aku takut justru membahayakan nyawa putri Gusti.”
Adipati Yono Sumoto tidak langsung menanggapi Ki Uyeng Dewo. Ia menarik napas panjang dalam kebingungannya.
“Tapi, apakah kau tidak memiliki petunjuk jalan keluar tentang teluh ini?” tanya Adipati akhirnya.
“Maafkan aku, Gusti. Aku sungguh tidak tahu, terbukti kondisi putri Gusti justru semakin buruk,” jawab Ki Uyeng sambil tetap merunduk dalam mendekati lantai.
“Baiklah, Ki Uyeng. Aku hargai usahamu!” ucap Adipati Yono Sumoto.
“Aku pamit, Gusti,” ucap Ki Uyeng. Ia lalu bangkit sambil memegangi dadanya karena ia terluka dalam. Tidak lupa ia membawa keranjang bambunya.
“Hoekh!” Surina Asih menjadi mual karena bau busuk dari penyakit Ningsi sudah merebak tajam memenuhi ruangan kamar itu.
Adipati Yono Sumoto dan istrinya juga terpaksa menekan cuping hidungnya untuk menyumbat pernapasannya.
“Hoekh!” Ningsih Dirama muntah karena tidak tahan mencium bau busuk dari tubuhnya yang sudah penuh dilapisi cairan hijau. Demikian pulah wajahnya.
Ningsih Dirama yang cantik jelita kini benar-benar terlihat menyeramkan dan menjijikkan.
Ketika Ki Uyeng membuka pintu kamar, maka bau busuk itu seketika merebak keluar kamar. Surina Asih cepat mengikuti Ki Uyeng keluar dari kamar. Ia tidak sanggup jika harus bertahan di dalam.
“Bagaimana ini, Kang Mas? Huuu…!” tanya Rumih Riya sambil menangis tersedu-sedu. Ia menyenderkan kepalanya pada dada kekar suaminya.
“Lebih baik kita keluar dulu untuk memikirkan jalan keluarnya,” saran Adipati Yono Sumoto.
“Bopooo! Simboook!” sebut Ningsih meratap.
“Nduk, bersabarlah. Bopo dan ibumu keluar dulu untuk memikirkan cara menolongmu,” kata Adipati Yono Sumoto sambil menahan pernapasannya.
“Nduk, maafkan Simbok. Simbok mau menemanimu, tapi… hoekh!”
Rumih Riya akhirnya tidak bisa menahan bau busuk yang terhirup olehnya. Ia pun muntah tanpa ada yang keluar dari dalam mulutnya. Ia buru-buru berlari ke luar kamar.
“Mboook!” teriak Ningsih histeris, merasa sangat sedih karena ditinggalkan oleh ibunya, orang yang sangat dekat dengannya. Ia pun menangis terseduh-seduh.
Adipati Yono Sutomo menatap putrinya dengan tatapan sedih. Dalam dadanya bergolak menahan emosi. Tak terasa air matanya kemudian menetes.
“Maafkan Bopo, Nduk. Bopo akan segera menemukan orang yang bisa mengobatimu!” ucap Adipati Yono Sutomo.
“Bopooo, jangan tinggalkan Ningsih sendiri!” ratap Ningsih dengan suara yang melemah.
Dengan berat hati dan tega, akhirnya Adipati Yono Sumoto pergi ke luar kamar. Ia tutup pintu kamar dari luar.
Maka tinggallah Ningsih Dirama seorang diri meratapi nasibnya.
Di luar sana, Rumih Riya menangis berkepanjangan. Di sisinya duduk Surina Asih mencoba menenangkan.
Sementara itu, gosip beredar cepat di kalangan abdi, lalu merebak cepat ke warga Kadipaten Mendiko.
Tok tok tok!
Tiba-tiba Ningsih mendengar suara ketukan palu di balik pintu kamarnya. Hal itu membuat Ningsi menatap penuh tanda tanya ke arah pintu. Dalam kondisi menahan perih dan bau busuk pada tubuhnya, Ningsi bergerak bangun lalu segera berjalan sempoyongan menuju pintu kamar.
Tok tok tok!
Suara ketukan itu terus terdengar kencang.
Namun, ketika Ningsih hendak membuka pintu kamarnya, ternyata tidak bisa, ternyata pintu itu telah dikunci dari luar oleh abdi suruhan Adipati Yono Sumoto.
Bak bak bak!
“Bopooo!” teriak Ningsih panik sambil memukul-mukul pintu kamarnya.
“Hoekh!”
Tidak ada jawaban dari panggilan Ningsih, kecuali suara lelaki yang mual hendak muntah karena mencium bau busuk.
“Bopooo! Jangan kurung aku, Bopooo! Simboook, tolong akuuu!” teriak Ningsih histeris sambil menangis. Bahkan ia pun memanggil nama pelayannya, “Mbok Martiii!”
Bau busuk yang begitu tajam dari penyakit aneh yang diderita Ningsih Dirama, membuat Adipati mengambil keputusan tega, yaitu mengurung Ningsih untuk sementara, di saat ia belum menemukan cara. Ia tidak ingin Ningsih nekat keluar dan menciptakan kekacauan besar.
Saat itu saja, bau busuk dari tubuh Ningsih sudah tercium ke semua sudut rumah Adipati. Hal itu sangat mengganggu aktivitas di rumah besar tersebut. Para abdi pun tidak ada yang kuat untuk bekerja di dalam rumah.
Akhirnya, Adipati Yono Sumoto menggunakan rumah yang lain, yang ada beberapa tombak dari rumah utama, sebagai tempat berkumpul.
Hari itu juga, Adipati Yono Sumoto mengumpulkan keluarga besarnya yang tinggal di kediaman Adipati atau yang masih tinggal di kadipaten itu. Adipati meminta masukan-masukan dari keluarga besarnya.
Sementara besok lusa, Prabu Raga Sata akan datang untuk menjemput Ningsih Dirama. (RH)
******************
Novel "8 Dewi Bunga Sanggana" adalah kelanjutan dari novel "Pendekar Sanggana". Bantu dengan like dan komenmu di setiap chapter, agar novel ini cepat sukses.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 281 Episodes
Comments
✨𝓛𝓾𝓴𝓪 𝓬𝓲𝓷𝓽𝓪☘︎
semangat buat om untuk update novel lainnya
2025-03-13
0
Anugrah Sanjaya
novel ini cocok tuk di jadikan film anime macam donghua China...
2025-02-07
2
delete account
semoga cepat pulih
2024-05-31
2