Sejak Reana keluar dari rumah sakit, Nico mencoba bertahan untuk tidak menemuinya, tapi kerinduannya tak bisa di tahankan lagi. Nico bertekad menemui Reana di restoran, tapi mendapati restoran telah tutup, terlihat dari papan tandanya yang bertuliskan 'close'.
Apa yang terjadi, sekarang masih belum terlalu malam, apa terjadi sesuatu pada Reana, bisik hati Nico mulai panik.
Tak pedulikan tanda tutup, Nico masuk kedalam, mendapati restoran yang kosong. Nico berjalan lebih kedalam, matanya tertumpu pada satu meja, dimana seorang eksekutif muda duduk berhadapan dengan Reana. Nico terhuyung melangkah mundur.
Pemandangan yang sama sekali tak diharapkannya. Reana makan malam bersama seorang eksekutif muda. Dadanya sesak, mendadak oksigen hilang dari udara. Nico melangkah keluar dari restoran, disana Nico menarik nafas sedalam-dalamnya.
Tak kuat berdiri tegak Nico bersandar dibalik pohon yang tak jauh dari restoran. Wajahnya meringis menahan sakit di dadanya, baru kali ini dia merasakan hal seperti itu.
Siapa dia, apa hubungannya dengan Reana ? apa dia laki-laki yang ada di hati Reana ? jerit hati Nico.
Tak berapa lama kemudian terdengar langkah kaki dan pembicaraan beberapa orang yang keluar dari restoran. Terlihat Reana dan pak Gunawan mengantar tamu restoran.
Dilihat dari cara pak Gunawan yang begitu hormat, dapat dipastikan bahwa pelanggan kali ini adalah seseorang yang sangat istimewa. Reana berdiri menunduk di samping pak Gunawan.
Tiga orang laki-laki yang terlihat seperti pengawal bergerak meninggalkan teras restoran, dan seorang laki-laki muda yang jelas seperti seorang eksekutif muda menunggu, ditemani pak Gunawan dan Reana yang berdiri dibelakangnya.
Dua mobil mewah tiba didepan teras, seorang pengawal turun untuk membukakan pintu untuknya.
Eksekutif muda itu berbalik kebelakang, mendekati Reana, memegang tangan gadis itu, dan mendekatkan wajahnya. Nico melihat laki-laki itu mencium Reana.
Nico tak sanggup lagi memandang adegan itu, dia membalikkan badan mencoba berdiri tegak namun kakinya tak mampu, hingga akhirnya dia tersandar di pohon trotoar itu.
Karena pria itukah dia menolakku?
Karena pria itukah dia mengusirku?
Kenapa.., kenapa kau tak mengatakan apapun?
Kenapa kau tak bilang ada seseorang di hatimu?
Kenapa?
Kenapa?
Jerit hati Nico, begitu banyak pertanyaan yang tak terjawab olehnya.
Entah berapa lama Nico tersandar dibalik pohon itu. Nafasnya terasa sesak, laki-laki itu tidak tau kenapa dadanya bisa sesakit itu.
Kenapa Reana tidak mengatakan apa-apa ?
Apa Reana sengaja mempermainkan perasaanku ?
Apa dia ingin membalasku karena menganggapku telah melecehkannya ?
Nico menekan dadanya yang sakit.
Kenapa rasanya begitu sakit ?
Kenapa aku merasa tidak rela ?
Reana bahkan tidak ada hubungannya denganku ?
Nico bertanya-tanya didalam hati, bimbang memilih apakah ingin mundur atau melanjutkan usahanya mendekati Reana. Laki-laki itu berdiri tertunduk hingga ia tak menyadari kehadiran Reana, yang hendak berjalan pulang.
Reana terkejut saat melihat ada seseorang berdiri dibalik pohon. Dan setelah diperhatikannya, ternyata orang itu adalah Nico, yang bersandar di pohon dengan wajah yang terlihat pucat.
"Kak Nico kenapa ? tanya Reana heran melihat sikap Nico yang hanya diam mematung.
Tak ada jawaban, Nico bergeming.
"Kak, apa kakak sakit ? tanya Reana lagi.
Tapi masih tak ada jawaban, jiwa Nico seperti tak berada ditubuhnya. Reana menyentuh lengan laki-laki itu dan menggoyangkannya. Nico terkaget menoleh kearah Reana. Tapi pandangannya terlihat kosong.
"Kakak kenapa ? apa kakak sakit ?" Reana mengulangi pertanyaannya
Gadis itu menatap wajah Nico yang terlihat pucat. Nico menggeleng pelan lalu melangkah kearah motornya yang diparkir tak jauh dari situ. Meninggalkan Reana begitu saja.
"Terimakasih karena telah menolong dan menjagaku dirumah sakit" jerit Reana mencoba memancing respon dari Nico.
Langkah Nico terhenti sesaat, lalu lanjut berjalan kearah motornya. Reana menatap Nico, laki-laki itu tak mempedulikannya.
Reana memutuskan untuk melanjutkan jalannya menuju halte namun beberapa langkah kemudian langkahnya terhenti, perasaan Reana tidak enak, laki-laki itu tak menjawab ucapannya sedikitpun. Dan tingkahnya terlihat aneh.
Reana tidak ingin terjadi sesuatu pada laki-laki itu. Apa mungkin dia bisa mengendara motor dengan kondisi seperti itu. Reana membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi jika Nico mengemudikan motornya dengan pikiran linglung seperti itu.
Reana membalik badannya dan melangkah cepat kearah Nico. Nico yang sudah siap berlalu dari tempat itu, terhenti, Reana menghentikannya.
Menatap mata Nico yang sama sekali tak mau melihat kearahnya. Laki-laki itu hanya menunduk. Reana mengarahkan wajahnya tepat di depan wajah Nico, namun laki-laki itu justru memalingkan wajahnya.
"Kenapa kakak kemari?" tanya Reana.
Panggilan kakak yang diucapkan Reana biasanya membuat hati Nico berbunga-bunga. Tapi tidak kali ini, bahkan Nico seperti tak ingin mendengarnya.
Nico tak menjawab, seperti tak ingin menjawab. Raut wajahnya terlihat, sedih, murung seperti kehilangan semangat. Nafasnya turun naik seperti menahan perasaan.
"Kenapa kakak kesini ?" tanya Reana masih mengulangi pertanyaan yang sama.
Nico masih diam membisu, Reana mulai panik, melihat sikap Nico yang seperti mengalami peristiwa yang membuat jiwanya syok.
"Ngapain kakak kesini" jerit Reana semakin panik melihat tingkah Nico yang aneh.
Gadis itu bahkan menghentakan kakinya karena kesal tak mendapat jawaban dari Nico. Gadis itu bahkan menggoyang-goyangkan tangan laki-laki itu.
Tak berapa lama kemudian Nico seperti tersadar, lalu melepas helmnya. Berdiri berhadapan dengan Reana, namun masih menghindar dari tatapan gadis itu.
Matanya memerah menatap kearah bawah masih menghindari tatapan mata Reana. Semua pertanyaannya yang tadi terlintas di kepalanya tak sanggup terucap, tak mampu diungkapkannya, Nico hanya diam.
Reana sendiri juga bingung harus bicara apa. Harus memulai dari mana, hingga dia teringat akan satu hal.
"Maafkan aku, atas ucapanku waktu itu" ucap Reana ragu-ragu.
Nico mengangkat wajahnya. Nico bingung memaafkan Reana atas ucapannya yang mana.
"Waktu itu, aku cuma ingin kak Nico pulang dan istirahat. Aku tidak bermaksud mengusir, selalu melihatmu sama kali tidak ada pengaruhnya dengan sakitku" ucap Reana mencoba menjelaskan maksudnya waktu itu.
Nico mulai mengerti dengan maksud ucapan Reana. Tiba-tiba Nico, teringat akan sesuatu yang ingin di tanyakannya.
"Bukan karena laki-laki itu?" tanya Nico pelan, suaranya terdengar serak.
Reana bingung, apa maksud pertanyaan laki-laki dihadapannya ini.
Laki-laki ? laki-laki mana ? siapa ? pikir Reana dalam hati.
"Eksekutif muda itu, dia sepertinya menyukaimu"
Akhirnya Nico mengungkapkan rasa penasarannya, tercium aroma cemburu disitu. Nico menarik nafas berat setelah mengatakan itu, laki-laki itu seperti tidak siap mendengar jawaban Reana.
"Maafkan aku, aku tidak tau kalau kamu sudah punya..."
Lanjut laki-laki itu namun terputus dia sama sekali tidak ingin mengucapkan kata-kata 'pacar'. Kata-kata itu tenggelam begitu saja, dia merasa tidak sanggup kalau ternyata akhirnya Reana mengiyakan dugaannya.
Namun Nico yakin Reana tau apa maksudnya dan laki-laki itu ingin segera pergi dari situ. Dia ingin mencoba menata hatinya. Dia ingin mencoba menerima kenyataan bahwa Reana tidak mungkin bisa dimilikinya.
"Nggak.., dia nggak ada hubungannya denganku, dia hanya seorang pelanggan" sahut Reana memutus ucapan Nico setelah ia menyadari arah pembicaraan laki-laki itu.
Nico menghembuskan nafas kencang.
"Apa pelanggan boleh mencium pelayan seperti itu" jawab Nico tak percaya.
Nico tertawa miring, tak percaya dengan jawaban Reana. Menurutnya jawaban Reana tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya. Ekspresi Nico tak lagi murung namun berubah marah.
Laki-laki itu menganggap Reana hanya berkilah tidak mau mengakui hubungannya sementara sikap mereka terlihat seperti pasangan atau setidaknya memiliki hubungan khusus.
"Kalau tidak ada hubungannya denganmu, kenapa dia memegang tanganmu dan menciummu ? bahkan berani melakukannya di depan atasanmu ?" tanya Nico bertubi-tubi, menandakan jiwa Nico sudah kembali sepenuhnya ke tubuhnya.
"Apa ?" tanya Reana heran.
Reana menoleh kearah restoran, Reana tersadar dari sini, Nico bisa melihat kejadian tadi. Saat tuan Malvin memegang tangannya dan bergerak mendekat kearahnya.
"Dia tidak menciumku, tapi hanya membisikkan sesuatu" teriak Reana kesal.
Kesal karena dituduh seperti itu, seperti gadis yang tidak memiliki moral melakukan hal seperti itu didepan atasan sendiri. Namun gadis itu akhirnya tercenung teringat kata-kata yang dibisikkan tuan Malvin.
Tolong jangan tanyakan, apa yang dibisikkan laki-laki itu, bisik hati Reana.
"Benarkah?" ucap Nico tak percaya.
"Aku paling tidak suka orang yang tidak mempercayai ucapanku, lagipula, apa kewajibanku memberikan penjelasan padamu" ucap Reana bertambah kesal.
Sekarang Reana bukan sekedar kesal tapi sudah mendekati marah, laki-laki itu berulang kali meragukan ucapannya. Reana beranjak pergi dengan perasaan kesal.
Nico menarik tangan Reana, menghentikan langkah gadis itu.
"Maafkan aku, bukannya aku tidak percaya padamu tapi, apa yang kulihat tadi sungguh-sungguh membuatku terkejut, aku juga tidak ingin percaya dengan penglihatanku, aku..." ucapan Nico terputus begitu saja.
.... cemburu melihat seorang laki-laki ada didekatmu, lanjut Nico dalam hati sambil tertunduk malu ditatap Reana.
Reana menunggu kelanjutan ucapan Nico, namun Nico hanya diam tak melanjutkan kata-katanya.
"Sungguh dia tidak ada hubungannya denganmu?" ulang Nico untuk meyakinkan hatinya.
Reana mengangguk pasti.
"Dia bukan siapa-siapa" jawab gadis itu percaya diri.
Gadis itu tidak ingin Nico salah paham, tak ingin siapapun salah paham terhadapnya. Mengakui memiliki hubungan dengan orang sehebat tuan Malvin, hanya akan membuat orang menertawakannya.
Nico langsung menarik gadis itu kedalam pelukannya, Reana kaget. Sebutir airmata keluar dari sudut mata laki-laki itu, Nico tertawa senang, wajahnya kembali riang.
Hampir saja, hampir saja aku kehilanganmu karena pemikiranku sendiri, bisik hati Nico.
"Bolehkah aku mengantarmu pulang?" tanya Nico ragu-ragu, masih memeluk Reana.
"Mmm, tapi jangan sambil melamun" ucap Reana sambil mengangguk.
Nico tersenyum, memperketat pelukannya. Rasanya belum puas memeluk gadis yang hampir saja membuatnya menyerah dan putus asa.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Lily
kok orang udah pelukan aja ya padahal baru pdkt
2024-02-27
0
Hera
bisa deh jalan be2an nih sepertinya moga awal yg baek ya buat mereka be2
2022-06-07
1
Alitha Fransisca
Yess... makasih lagi..
2021-08-08
0