"Cukup sekian dulu kuliah hari ini. Makalah yang saya tugaskan minggu lalu silakan kumpul melalui ketua kelas" ucap dosen mengakhiri kuliahnya.
Hasbi berdiri di depan kelas, mahasiswa kelas itu mengantri menyerahkan tugasnya dan langsung meninggalkan kelas.
"Ini Bi, makasih" ucap seorang mahasiswa.
"Ok" jawab Hasbi singkat.
"Thank's Bi" ucap mahasiswi lain.
"Yo" sahut Hasbi sambil merapikan makalah-makalah yang mulai menumpuk.
Alika menyerahkan makalahnya pada Hasbi. Hasbi tersenyum menerima lalu menyatukan dengan makalah-makalah yang menumpuk ditangannya. Laki-laki itu terlihat kerepotan karena makalah yang mulai menumpuk tinggi. Alika mengambil sebagian dan membantunya merapikan di meja.
"Makasih Hasbi sayang" ucap seorang mahasiswi kecentilan, Hasbi mengacungkan jempolnya.
Alika hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Ini, Bi, makasih" ucap Reana bergetar pelan.
Hasbi mengambil makalah Reana tanpa menoleh sedikitpun. Hasbi merapikan makalah-makalah dengan wajah di tekuk, pura-pura tidak mendengar ucapan Reana. Gadis itu membalik badan dan pergi dengan wajah murung. Alika heran melihat sikap tak acuh Hasbi.
"Bi, kamu kenapa?" tanya Alika.
"Emang aku kenapa?" balas Hasbi.
"Reana? kamu nggak balas ucapan Reana" tanya Alika lagi.
"Emangnya harus?" jawab Hasbi singkat.
"Dia itu baru belajar bicara Bi" lanjut Alika sambil menampilkan wajah heran.
Hasbi tertawa sinis sambil memandang Alika.
"Emang dia anak kecil, baru belajar bicara" jawab Hasbi seenaknya.
"Kamu pasti paham maksudku, kamu harus hargai usahanya mengucapkan sesuatu. Kalau nggak, dia bakal diam lagi Bi" ucap Alika memberi nasehat.
Hasbi terdiam, terbayang kejadian yang dilihatnya tanpa sengaja kemaren. Apa yang dilihatnya membuat suasana hatinya tidak nyaman. Setiap kali melihat Reana, membuat Hasbi terbayang lagi kejadian kemarin.
Hasbi tidak suka dengan apa yang dilihatnya karena itu dia lebih memilih untuk menghindar dari Reana. Alika yang tidak mengetahui apa yang terjadi, merasa heran melihat perubahan sikap Hasbi.
Karena kuliah dibatalkan Alika segera pulang, dia memilih menemani mommy-nya ke bandara untuk menjemput si daddy yang baru pulang dari Singapore. Hingga dia tidak mengetahui kejadian yang menggemparkan kemarin.
Hasbi dan Alika berbagi tumpukan makalah, berdua mereka melangkah menuju Sekretariat. Hasbi tenggelam dalam pikirannya, apa yang dilihatnya kemaren membuat perasaannya masih tidak karuan. Alika hanya bisa memandang heran atas perubahan sikap Hasbi tanpa berani bertanya.
"Murahan"
Terdengar seseorang mengatakan sesuatu, Reana menoleh mencari asal suara. Beberapa orang mahasiswi sedang berkumpul melihat kearahnya dengan pandangan yang sinis lalu memalingkan wajah mereka dengan sombong setelah Reana menoleh ke arah mereka.
"Dasar tak tau malu"
"Gampangan"
"Tak tau diri"
Ucapan-ucapan seperti itu sering terdengar belakangan ini. Hingga Reana yakin ucapan itu ditujukan padanya. Mata Reana memanas, air matanya berlinang tapi dia tetap menahannya. Dia mencoba untuk tidak menangis, mencoba mengabaikan apa pun yang didengarnya.
Kenapa kakak kelas itu melakukannya? sejak saat itu dia tidak terlihat lagi, untuk meminta maaf atau menjelaskan sesuatu, batin Reana.
Hasbi, Alika, aku akan segera kehilangan mereka. Mereka tidak akan mau lagi berteman denganku. Tapi, sejak awal aku memang sendiri. Mereka datang dan aku menerimanya, aku bahagia berada di sisi mereka. Aku dihargai, aku di anggap ada. Tapi sekarang mereka pergi, aku sendiri lagi, jerit hati Reana.
Reana berhenti di trotoar. Menitikkan air mata yang sejak tadi ditahannya.
Hanya sekejap, hanya sekejap saja mereka bersamaku. Aku tidak siap, tidak siap kehilangan mereka. Sikap Hasbi telah berubah, Alika pun akan seperti itu, jerit hati Reana.
Air mata gadis itu meleleh sambil menunduk dengan tatapan mata yang kosong. Menunggu bis yang akan membawanya menuju restoran tempat dia bekerja. Sehari-hari melakukan rutinitas, kuliah dan bekerja.
Duduk di halte menunggu seorang diri adalah hal yang tidak di lakukan oleh mahasiswa-mahasiswa kampus itu karena mereka memiliki kendaraan yang membawa mereka kemana pun mereka inginkan, berbeda dengan Reana yang tidak punya apa-apa.
"Reana, kamu dari tadi belum makan, makanlah nak nanti kamu sakit" ucap Bu Shinta khawatir.
Hari ini Reana tidak ikut makan siang bersama karyawan restoran. Memang biasanya saat habis jam makan siang, restoran akan sepi dan karyawan restoran memiliki kesempatan untuk makan siang bersama.
Tapi kali ini Reana tidak ikut serta. Dia memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan. Ia tidak ingin orang lain melihat kesedihannya. Setelah apa yang dilaluinya di kampus membuat suasana hati gadis itu buruk, wajahnya selalu terlihat murung dan suka melamun. Reana tidak ingin karyawan-karyawan restoran heran dan khawatir dengan sikapnya.
Menyibukkan diri dengan bekerja dapat sedikit melupakan masalahnya. Dia bahkan mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya. Pak Gunawan sang Manager Restoran pun tak bisa menghentikannya.
Dua hari telah berlalu setelah kejadian itu. Reana berharap semua akan berakhir, berharap semua orang akan melupakannya, tidak mempedulikannya. Reana berharap orang-orang tidak melihatnya. Ia akan hidup seperti dulu, sendiri lagi.
Tapi apa yang terjadi? gadis itu justru mendapat hinaan, ucapan kasar, pandangan mata yang merendahkan.
Reana merasa semua orang menatapnya hina, murahan. Dengan rasa malu yang tak pernah hilang, Reana menjalani hari-hari berat yang membuatnya tertekan.
"Reana" panggil Alika saat Reana baru sampai dikelasnya.
Alika menegurku, Alika masih mau bicara denganku, bisik hati Reana.
"Apa-apaan ini Re? tanya Alika, sambil menunjuk ponselnya.
Reana kaget tak mengerti maksud Alika, gadis itu memperlihatkan ponselnya pada Reana. Semua orang memandanginya, Hasbi yang sedang duduk tak mempedulikannya. Ia hanya sibuk membaca buku.
Reana terkaget melihat beberapa postingan video di ponsel Alika. Kejadian waktu itu tersebar di berbagai media sosial dan terlebih lagi caption yang tertera sungguh membuat Reana tercengang.
'DEMI VIRAL SEORANG MAHASISWI MELAKUKAN TINDAKAN TAK SENONOH DI DEPAN ORANG BANYAK'
'KELAKUAN MAHASISWI MENCORENG NAMA BAIK UNIVERSITAS'
Banyak lagi postingan-postingan video dari berbagai arah dengan caption yang menyudutkannya. Reana tak sanggup lagi menatap, air matanya tergenang mengaburkan pandangannya.
Reana berlari keluar kelas, tapi tak tahu kemana ia akan pergi. Hasbi yang tadinya cuek melempar bukunya mengejar Reana. Hasbi menyesal, harusnya dia tidak mengabaikan Reana seberapapun dia tak menyukai kejadian itu.
Reana masuk ke dalam toilet, menangis sejadi-jadinya.
Harapannya hari ini akan kembali normal seperti dulu, punah begitu saja. Bahkan kejadian itu semakin tersebar. Reana menangis terisak sendirian, dia menghadapi semua ini sendirian.
Hasbi sampai di pintu toilet namun dia terhenti, dia tak mungkin menerobos masuk ke toilet perempuan. Alika yang menyusul langsung masuk dan membujuk Reana.
"Re, ayo keluar, kita bicara Re"
Reana belum bisa meredakan tangisnya. Hatinya terasa remuk, dadanya seperti di tusuk. Reana bahkan menepuk dadanya berkali-kali untuk menghilangkan rasa sakit itu. Reana merasa seperti tidak bisa bernafas.
"Re, kami di sini untukmu" ucap Alika membujuk.
"Pergilah Al, jangan hiraukan aku" ucap Reana pelan.
Akhirnya gadis itu bicara di sela-sela tangisnya. Rasanya Reana tidak ingin mempedulikan Alika, tapi Reana tidak ingin membuat Alika khawatir.
"Kami nggak akan pergi Re. Kami akan di sini menunggumu" ucap Alika tegas.
Hampir satu jam Reana di toilet, gadis itu berusaha menenangkan hatinya, dia juga tak ingin menyusahkan Alika dan Hasbi. Tapi air matanya tak kunjung reda. Mereka berdiri mematung menunggu Reana siap menemui mereka.
Di lain tempat, Ardi menekan bel apartemen Nico berkali-kali. Tapi Nico tak kunjung membukakan pintu. Ardi mulai menggedor pintu dan berteriak.
"Nic, kami tau loe di dalam, buka pintunya" Ardi berteriak mulai tak sabar.
Nico menutup wajahnya dengan bantal di sofa. Ardi, Dito dan Rommy merasa khawatir akan kondisi temannya. Sejak kejadian itu, telah tiga hari Nico tidak terlihat ke kampus. Kemana lagi Nico pergi? karena itu mereka yakin Nico bersembunyi di apartemennya.
"Nic, buka pintunya kami ingin bicara" giliran Dito yang buka suara.
Nico mengabaikan teriakan teman-temannya, dia semakin menambahkan bantal untuk menutupi wajahnya.
"Reana di bully" ucap Rommy singkat.
Nico kaget, sontak melempar bantal yang menutupi wajahnya dan langsung terduduk.
"Ya, kasian Reana, semua karena.." tak sempat Ardi menyelesaikan kata-katanya Nico telah muncul di depan pintu.
Ardi, Dito dan Rommy langsung masuk ke dalam apartemen Nico. Mereka terkaget melihat kondisi apartemen yang seperti kapal pecah. Kotak wadah bekas makanan tergeletak di mana-mana, kamarnya berantakan seperti habis gempa bumi. Mereka yakin Nico juga pasti mengusir bibi yang biasa bertugas membersihkan apartemennya itu.
"Apa loe bilang?" ucap Nico pada teman-temannya.
Ardi memberikan ponselnya dan menyuruh Nico melihat sendiri.
"Kalian menyebarkannya?" tuduh Nico dengan nada tinggi.
"Ya nggaklah Nic, yang bener aja, emang kami orang seperti itu?" ucap Ardi tak di terima di tuduh.
"Kami udah coba nelpon loe, tapi nggak pernah diangkat, bahkan sekarang ponsel loe nggak aktif" ucap Dito kesal.
"Reana di bully sejak hari itu, dia mencoba bertahan dan mengalah. Gadis itu hanya diam saja setiap kali di bully, tapi itu tidak menghentikan mereka mengganggunya" Ardi bercerita panjang lebar.
"Siapa yang melakukan ini?" tanya Nico gusar.
"Posisinya dekat kantin, ada banyak orang di sana, siapa saja bisa merekam dan menyebarkannya" ucap Dito lagi.
"Tega sekali mereka, semua ini gara-gara kalian" teriak Nico.
"Loh, kenapa kami yang di salahin? lagian siapa yang nyuruh loe nyium Reana?" teriak Dito tak kalah kerasnya.
Mereka seperti sudah kehilangan kesabaran. Ardi buru-buru menenangkan Dito. Sementara Rommy menarik Nico duduk di sofa. Nico mengusap wajahnya kasar, dia tidak menyangka akan seperti ini kelanjutannya.
"Nic, loe itu bukan cowok biasa, semua orang memperhatikan tindak-tanduk loe. Orang-orang yang menyebarkan video itu pastilah orang yang iri karena loe cium Reana." jelas Rommy panjang lebar.
"Menurut gue ini pasti ulah Rebecca dan anggotanya" ucap Ardi.
"Kalau waktu itu loe nyium Rebecca, mungkin nggak akan seperti ini jadinya " jelas Rommy.
"Kenapa sih loe mendadak berubah pikiran? idenya itu nyium Rebecca?" ucap Ardi heran.
Ardi berkata seperti itu agar Nico juga berhenti menyalahkan mereka. Nico diam, dia sendiri tidak bisa menjawabnya. Dia hanya bisa mengusap wajahnya berkali-kali.
Dito penasaran karena tidak mendapat jawaban, dia ingin bertanya lagi. Tapi Rommy memberi kode teman-temannya untuk diam. Dia tak ingin mereka lebih mendesak Nico.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Hera
kan akibat dari hal yg dianggap sepele tpi akibatnya fatal kasian sama reana sampe dibully
2022-06-07
2
✨viloki✨
Lagian maenannya aneh nyuruh ciuman, childish !
2022-06-05
2
Syahila Lailli Ramadhani al-goffar
😭😭😭😭 kasian km re,,,,
2022-04-07
1