BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~

Sepeninggalan teman-temannya, Nico termenung menatap Reana yang masih memejamkan matanya. Lalu beralih menatap infus yang menetes pelan mengalir melalui selang medis dan berakhir di pergelangan gadis itu.

Cairan infus kristaloid yang mengandung air, elektrolit, dan glukosa ini digunakan dokter untuk mengatasi kondisi dehidrasi yang diderita Reana.

Nico menatap gadis itu dengan perasaan iba. Tak bosan-bosannya Nico menatap wajah gadis itu, namun kali ini Reana terlihat begitu diam, begitu tenang, tanpa tatapan mata yang tajam kearahnya.

Nico membelai rambut gadis itu lembut, merapikan helaian rambut Reana yang menutupi matanya. Pandangan mata Nico menelusuri lekuk wajah gadis itu. Kening, mata, hidung hingga bibir. Mata Nico bertahan di bibir mungil gadis itu.

Bibir yang pernah ku cium, bisik Nico dalam hati.

Laki-laki itu tersenyum sendiri mengingat kejadian itu. Nico bersyukur hari itu dia bertemu dengan Reana.

Niatnya mencari Rebecca, gadis yang akan dijadikannya sebagai bayaran untuk hukuman taruhannya.

Gadis yang bisa dilupakan dan melupakannya begitu saja setelah melakukan itu. Gadis yang tidak akan keberatan menerima ciumannya, gadis yang sudah terbiasa melakukan itu.

Tapi kenyataan berkata lain, Reana justru muncul dihadapannya membuat matanya tak bisa beralih darinya. Menarik laki-laki itu dengan sikap tak acuhnya, membuat rasa penasaran Nico untuk menaklukkan hati gadis yang tak peduli akan kehadirannya.

Hati Nico tertantang, semua orang berkata dia bisa mendapatkan gadis manapun yang diinginkannya. Dengan kepopulerannya di kampus gadis manapun bisa ditaklukkannya, meski selama ini Nico tak peduli dengan semua itu.

Sedikitpun dia tidak ingin memanfaatkan popularitasnya untuk mendapatkan seorang gadis. Setelah sekian lama perasaan itu mati, perasaan menginginkan hadirnya seorang gadis di hatinya.

Namun perasaan itu sekarang seakan tumbuh lagi, tanpa di sadari, tanpa di sengaja, Nico mulai menginginkan lagi seorang gadis untuk dapat mengisi kekosongan hatinya.

Laki-laki itu masih menatap lekat bibir mungil gadis yang masih tertidur itu. Seperti magnet yang berkekuatan tinggi, Nico bergerak pelan mendekatinya. Hanya tinggal setengah inch saja bibir Nico akan menyentuh bibir gadis itu.

Tapi gerakan Nico terhenti, teringat akan ucapan gadis itu, yang baru beberapa jam lalu didengarnya.

Apa ingin mencari kesempatan lagi ? kata-kata itu terngiang di telinga Nico.

Ya, aku ingin mencari kesempatan lagi,

kesempatan bersamamu,

kesempatan memilikimu,

aku mencari kesempatan saat kau lemah,

saat kau tak kuasa menolakku,

tapi aku tidak akan mencari kesempatan saat kau tak sadar,

aku tidak ingin melecehkanmu,

aku sangat menghargaimu, sangat memuliakanmu, pikir Nico panjang seakan-akan ingin mencurahkan isi hatinya yang tak terima mendapat tuduhan dari Reana.

Yang dilakukan Nico sekarang hanyalah duduk sambil menggenggam tangan gadis itu. Menjadikan tangan lembut itu sebagai tumpuan wajahnya dan rebah di hospital bed.

Meskipun Nico merebahkan kepalanya, namun matanya masih saja menatap kearah gadis itu, tersenyum pada gadis yang tak mungkin membalas senyumannya itu. Lama kelamaan mata Nico merasa letih memandang.

Dan setelah mengalami kejadian yang membuatnya panik, akhirnya Nico kelelahan dan tertidur.

Reana mengerjapkan matanya, pandangannya lemah mengitari sekeliling ruangan. Reana kembali memejamkan matanya. Tubuhnya masih terasa lelah.

Tiba-tiba ia terbangun, matanya terbelalak dan langsung duduk. Pandangannya mengitari ruangan dengan seksama. Sebuah ruangan dirumah sakit, selang infus, namun hanya dia sendiri pasien diruangan ini.

Ruangan dengan interior mewah, sofa, TV LED, kulkas dan pemandangan dibalik jendela.

V.I.P, jerit hati Reana.

Kenapa aku bisa berada di ruangan ini, aku tak akan sanggup membayar semua ini, jerit Reana dalam hati.

Nico yang menyadari Reana telah terbangun, segera mendorong gadis itu, meminta agar Reana kembali beristirahat. Namun Reana menolak.

"Kenapa aku di bawa kesini, aku tidak akan sanggup membayar biaya rawat di ruangan ini" teriak Reana panik.

"Jangan khawatirkan itu, aku yang akan membayarnya" jawab Nico sambil terus meminta Reana untuk beristirahat lagi.

Reana menepis tangan Nico yang terus mendorongnya untuk tidur.

"Kenapa kau yang harus membayarnya, memangnya kamu ini siapa, apa hubunganmu dengan ku?" teriak Reana panik, membayangkan uang kuliah yang ditabungnya susah payah, terancam melayang.

Nico hanya terdiam.

Reana mencabut jarum infus yang tertancap di pergelangan tangannya dengan kasar, Reana meringis, darahnya menitik namun Reana tak peduli. Tergesa-gesa gadis itu berjalan menuju pintu.

Nico berusaha mencegahnya tapi gadis itu menolak dengan tatapan matanya yang tajam. Melihat itu, Nico terdiam. Gadis itu kembali berjalan menuju pintu namun belum sempat mencapai pintu, gadis itu merasakan pusing yang hebat.

Reana berusaha menggapai gagang pintu namun tak sempat dicapainya, Reana telah terhuyung. Nico segera meraih Reana, gadis itu jatuh pingsan di pelukannya.

Nico segera memanggil suster. Menggendong Reana dan meminta tolong dokter memeriksa keadaannya. Suster kembali memasang jarum infus di pergelangan tangan gadis itu.

Sekian lama gadis itu kembali tak sadarkan diri. Nico menyesal tak dapat mencegahnya. Nico tak sanggup memaksakan kehendaknya pada gadis itu. Entah mengapa, tatapan tajam mata Reana justru menimbulkan perasaan kasihan pada gadis itu.

Reana membuka matanya, dengan perlahan Reana mengitari pandangannya ke seluruh ruangan. Reana ingin duduk namun Reana mendapati tangannya terikat kain kassa di pagar pengaman samping hospital bednya.

"Lepasin ikatan ini, apa yang kau lakukan, aku akan menuntut Rumah Sakit ini karena memperlakukan pasien dengan semena-mena seperti ini" teriak Reana tidak terima diperlakukan seperti itu.

Nico duduk disamping hospital bed Reana, memandang menyesal pada gadis itu. Sebenarnya Nico sendiri juga tak tega melakukan itu tapi ini semua demi kebaikan Reana sendiri.

"Maaf Reana, aku terpaksa melakukannya, kau tidak tau bagaimana pandangan suster padaku, tatapannya mengisyaratkan bahwa aku tidak becus menjagamu" jawab Nico menjelaskan.

"Lepaskan aku, aku mohon" ucap Reana memohon, hidungnya memerah, matanya berkaca-kaca.

"Aku nggak mau mengambil resiko kamu akan lari lagi" ucap Nico.

Nico bersikukuh tak mau melepaskan tali ikatan Reana, gadis itu pasrah mengungkapkan alasannya meminta dilepaskan, yang menurutnya sedikit memalukan.

"Tapi pipiku gatal" ucap Reana memelas, sambil menoleh ke jendela disampingnya.

Nico mendekati Reana, terlihat bentol kecil berwarna kemerahan di pipi gadis itu, Nico tersenyum ditahan.

"Aku akan bantu menggaruknya, apa kamu izinkan ? tanya Nico sambil tersenyum.

Reana hanya diam, tak mengiyakan namun juga tidak menolak. Nico mengulurkan tangannya membantu menggaruk pipi gadis itu. Senyum tak lepas dari mulut laki-laki itu.

Nico terpana, tak pernah membayangkan dia akan menyentuh pipi gadis itu. Sangat putih, sangat lembut dan terlihat manis seperti marshmallow, tanpa terasa tangan Nico membelai lembut pipi gadis itu.

"Kau melecehkanku lagi" ucap Reana lirih, memejamkan mata, meneteskan sebutir air matanya.

Nico tersadar, buru-buru menarik tangannya. Tubuh dan perasaan Reana masih terasa letih, letih menghadapi keadaan, letih menghadapi kenyataan, hingga akhirnya gadis itu tertidur lagi.

Melihat Reana tertidur, akhirnya Nico memutuskan untuk membuka tali ikatan Reana.

"Berjanjilah jangan lari lagi, aku akan menemanimu, aku akan menjagamu, akan selalu menjagamu" ucap Nico berbisik pelan.

Menjelang sore Reana bangun dari tidurnya. Menatap pelan ke sekeliling ruangan, tangannya sudah tidak terikat lagi. Gadis itu bangun dari posisi tidurnya dengan perlahan. Dia tak mau mengalami kejadian seperti tadi.

Reana menatap Nico yang tertidur dengan posisi duduk di sofa. Ada perasaan aneh mengalir dalam diri gadis itu. Perasaan apakah itu ?

Tersentuhkah dia dengan ketulusan laki-laki tampan itu. Atau rasa terima kasih atas perhatiannya menjaga Reana. Ataukah hanya perasaan kasihan ?

Reana turun dari hospital bed, berjalan pelan mencari pintu kamar mandi. Sambil mendorong tiang infus nya Reana melihat kesana kemari akhirnya menemukan pintu diujung ruangan.

Reana masuk kedalamnya, dan benar saja ruangan itu adalah kamar mandi, Reana berdiri memandang wajahnya di cermin. Wajah yang lelah, lalu Reana membasuh wajahnya. Reana tersenyum, sekarang sudah terlihat lebih segar.

Reana memandang sekeliling kamar mandi itu, wajah senyumnya berganti dengan wajah cemberut.

Kamar mandi ini bahkan lebih indah dari kamar kost ku, ucap Reana dalam hati.

Terdengar suara ribut-ribut diluar. Reana membuka pintu kamar mandi untuk melihat ada keributan apa. Di sofa tidak terlihat Nico lagi, sambil mendorong tiang infusnya Reana berjalan keluar ruangan, melihat ke kanan dan kiri.

Tak lama kemudian terlihat Nico muncul sambil berlari, nafasnya tersengal-sengal, termangu menatap Reana. Lalu segera berlari kearah gadis itu. Reana terdiam saat laki- laki itu memeluknya dengan erat.

"Aku pikir kamu pergi lagi" ucap Nico, nafasnya masih memburu.

Reana bahkan bisa merasakan dada Nico yang turun naik karena nafasnya yang masih tersengal-sengal. Jantung laki-laki itu berdetak dengan cepat. Reana mundur melepaskan diri dari pelukan laki-laki itu.

"Apa mereka akan membiarkan aku pergi membawa ini" ucap Reana sambil melihat tiang infus.

Nico menepuk keningnya. Tertawa sendiri, laki-laki itu tak memperhatikan kalau tiang infus juga tak berada diruangan.

"Saat kulihat tempat tidurmu kosong, aku langsung keluar mencari, aku bahkan bertanya pada suster jaga, aku kira kamu pergi lagi, aku panik. Aku tidak memperhatikan tiang infus, sebenarnya tadi kamu kemana?" tanya Nico, terdengar khawatir, sementara nafasnya masih tersengal-sengal.

"Ke kamar mandi" jawab Reana singkat.

Astaga, kenapa tidak terpikirkan, jerit hati Nico sambil mengusap wajahnya dengan keras.

Nico memandang sayu pada gadis itu, rasa khawatir masih terpancar dari wajahnya.

"Tolong jangan lari lagi" ucap Nico sambil menangkup wajah gadis itu lalu mencium keningnya dengan lembut dan lama. Mata Nico terpejam meresapi ciumannya.

Reana terdiam, tak tega menolak, tapi Nico tak kunjung melepaskan ciumannya. Tak ingin lebih lama dalam situasi seperti itu, Reana mendorong tubuh Nico perlahan.

Nico melepaskan ciumannya sambil tersenyum, wajah pucat gadis itu bersemu merah. Nico mengajaknya ke dalam ruangan meminta Reana kembali beristirahat.

"Kak, pulanglah, kakak pasti sudah lelah" ucap Reana sambil berjalan pelan menuju hospital bed.

Nico terkaget mendengar ucapan Reana. Entah apa yang membuat gadis itu berkata begitu manis.

Apa dia sudah memaafkanku ?

Apa dia sudah mau menerimaku ? batin Nico.

"Kamu bilang apa? bisa diulang lagi nggak?" candaan Nico.

Gadis itu hanya memalingkan wajah kearah lain, lalu naik ke hospital bed dan tidur membelakangi Nico. Gadis itu memejamkan matanya, mengerenyitkan alisnya, pipinya memerah.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, seorang petugas pembawa makanan pasien, masuk dengan menggunakan food trolley.

"Ini makan malamnya ya mbak" ucap ibu itu setelah meletakkan makanan di nakas, mengangguk sekilas pada Nico, lalu berlalu dibalik pintu.

"Aku suapin ya" ucap Nico semangat.

"Nggak perlu, kakak pulang aja, istirahatlah, kakak sendiri udah makan belum?" tanya Reana secara tidak langsung menyuruh Nico pulang.

Nico tercenung, kalau dipikir-pikir, memang dia cuma sarapan roti tadi pagi. Sekarang sudah menjelang malam, dia sama sekali tidak menghiraukan perutnya sendiri. Bahkan roti yang dibawa teman-temannya pun tak disentuh. Rasa lapar mengalah dengan rasa khawatir dihatinya.

"Aku akan makan nanti, sekarang yang penting kamu makan dulu, kalau kamu nggak makan nanti bisa lama sembuhnya" ucap Nico sambil mengambil nampan makanan dari nakas dan meletakkannya di overbed table.

Reana kesal karena Nico tidak mengikuti nasehatnya. Reana ingin laki-laki itu mengkhawatirkan kesehatannya sendiri.

"Aku lama sembuhnya karena aku selalu melihatmu" ucap Reana agar Nico segera pulang.

Nico terdiam menunduk, wajahnya langsung murung. Tangannya yang sudah siap menyuapi Reana, urung menyuapi. Perlahan Nico meletakan piring yang sejak tadi dipegangnya diatas overbed table.

Memang benar, akulah yang menyebabkan Reana stress hingga dirawat dirumah sakit ini, batin Nico sedih.

Perlahan Nico melangkah keluar dari ruangan. Wajahnya terlihat sedih.

Selalu melihatku tentu saja tidak akan menghilangkan stressnya, bisik hati Nico sambil melangkah pelan meninggalkan rumah sakit.

Reana tercenung, melihat Nico yang pergi tanpa mengucapkan kata-kata. Sungguh dia tidak bermaksud menyakiti hati laki-laki itu. Dia hanya ingin Nico pulang dan beristirahat.

Kenapa aku bisa mengucapkan kata-kata kejam seperti itu, batin Reana.

Air matanya meleleh, tak pernah Reana menyakiti perasaan orang lain, bahkan dia rela mengorbankan perasaannya sendiri dibandingkan harus menyakiti hati orang lain.

Maafkan aku kak, aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu, jerit hati Reana.

Sekarang air mata gadis itu tak hanya meleleh lagi, sekarang Reana menangis sesenggukan, mendekap kedua lututnya diatas hospital bed. Reana sungguh menyesal dengan ucapannya.

...*****...

Terpopuler

Comments

Hj Silviana Astuti Sh

Hj Silviana Astuti Sh

reana ko bcranya nyelekit k niko....

2022-01-02

0

~🌹eveliniq🌹~

~🌹eveliniq🌹~

mampir kk

2021-11-20

0

dewi putriyanti

dewi putriyanti

nicho..jangan menyerah. taklukkan hati reana

2021-08-08

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!