Rumor tentang Nico memeluk Reana di lorong kampus merebak. Meski tak ada satupun dokumentasi yang mendukung rumor tersebut. Walau hanya gosip yang terlontar dari mulut ke mulut. Namun merupakan itu berita yang hangat untuk diperbincangkan.
Entah siapa yang memulai menyebarkan, setiap hari perbincangan yang didominasi oleh para mahasiswi itu kadang menjadi perdebatan. Banyak yang mempercayai namun tak sedikit yang menganggap itu hanya berita bohong.
Banyak yang mendukung namun tak sedikit yang merasa iri. Semakin banyak mahasiswi yang mengenal Reana namun semakin banyak juga mahasiswi yang membencinya.
Pelan tapi pasti, rumor itu sampai ke telinga Rebecca. Membuat gadis itu seperti cacing kepanasan, sebentar-sebentar mengeluh, sebentar-sebentar kesal. Setiap kali teringat, setiap kali itu pula mengumpat.
Gadis itu tak pernah bisa menerima kenyataan, Nico mengabaikan dirinya demi seorang gadis biasa. Rebecca galau, panik, murka, reputasi nya sebagai gadis sophisticated terancam, meski itu hanya perasaannya saja.
Rebecca selalu menampilkan dirinya sebagai gadis yang memiliki selera tinggi dan berkelas. Jenis fashion yang dipilih haruslah berusaha menunjukkan status, hak istimewa, dan keunggulannya.
Seseorang yang memiliki gaya ini selalu memakai balutan yang sempurna dan menarik perhatian.
Gaya hidupnya yang classy selalu identik dengan barang-barang mewah, yang biasa dipakai oleh orang-orang kelas atas.
Status sosial tinggi yang menempel pada diri Rebecca membuat dia tak terima dikalahkan hanya oleh seorang Reana. Gadis miskin yang perlahan-lahan mencuri perhatian para penghuni kampus.
Rebecca memutar otak untuk mengalahkan Reana. Segala macam cara dipikirkan untuk memberi pelajaran pada gadis itu. Segala macam ide digunakannya untuk menjatuhkan mental dan harga diri gadis itu.
Menyerangnya secara psikis adalah salah satu cara agar Reana menyingkir dengan sendirinya. Dan sekarang, Rebecca bersama teman-temannya memulai rencana mereka dengan memesan sejumlah menu di restoran tempat Reana bekerja.
"Hu-uh, kesel... kesel... kesel..." ungkap Nella curhat pada Reana yang sedang merapikan alat-alat makan di side station.
"Ada apa?" tanya Reana singkat.
"Cewek-cewek itu" ujar Nella sambil menunjuk pada Rebecca dan teman-temannya.
Reana mengikuti pandangan Nella, melihat kearah Rebecca dan teman-temannya. Hati Reana langsung gundah, suasana hati gadis itu langsung berubah. Namun Reana hanya diam, berdo'a agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Apa lagi yang akan mereka lakukan, tidak cukupkah mereka menjahatiku di kampus ? batin Reana.
"Kalau memang restoran ini bukan level mereka, ngapain datang kesini?" ujar Nella sewot.
"Apa yang mereka katakan?" tanya Reana.
"Mereka tidak mengatakan secara langsung, tapi pembicaraan mereka, hu-uh, benar-benar bikin kesel, dagingnya kualitas jelek lah, interiornya kuno lah, AC nya gak dingin lah dan buuanyak lagi.
Jika di dengar pengunjung lain, nama baik restoran ini bisa rusak, memangnya mereka kritikus apa?" ungkap Nella kesal.
Reana memandang Rebecca dan teman-temannya yang sedang tertawa. Sebagian besar makanan yang dipesan masih belum disentuh sama sekali, mereka hanya membicarakan dan menertawakannya. Reana memiliki firasat bahwa Rebecca sengaja melakukan itu semua.
Hari ini Rebecca bersama teman-temannya datang ke restoran dan meminta Reana yang melayaninya. Harus Reana, dan tingkah menyebalkan mereka sudah dimulai sejak Reana mencatat menu pesanan.
Memesan lalu membatalkannya, menanyakan kualitas bahan, proses masak lalu membatalkan. Entah berapa lama Reana berdiri meladeni tingkah mereka, entah berapa catatan menu yang ditulis dan dicoret kembali. Semua itu sungguh-sungguh menguji kesabaran Reana.
Namun Reana tetap bersabar, semua itu dilakukannya untuk meminimalisir kekacauan yang akan ditimbulkan dari tingkah gadis-gadis itu.
Ketidaksabaran dan kesalahan Reana adalah hal yang paling mereka tunggu-tunggu. Tapi tidak, meskipun letih dan kesal Reana bersabar, semua demi nama baik dan kenyamanan para pengunjung restoran.
Pengunjung lain memandang heran pada mereka. Gadis-gadis itu tak kunjung selesai memesan makanan, gadis yang menjadi pelayan bolak-balik disuruh pergi lalu dipanggil lagi. Terlihat jelas pelayan itu sedang dijahili.
Proses memesan makanan akhirnya selesai. Setelah semua makanan yang dipesan siap, Reana pun bergerak untuk menghidangkannya. Menggunakan meja dorong restoran, gadis itu membawa semua hidangan dan menyusunnya diatas meja.
Tidak sampai disitu ulah mereka. Reana harus menaruh dan mengangkat lagi, menaruh lagi hidangan-hidangan itu dan mengangkat lagi. Mereka pura-pura lupa siapa yang memesan dan apa yang dipesan.
Hingga Reana harus memindahkan makanan itu, dari satu gadis ke gadis yang lain. Menata hidangan itu lalu memindahkannya lagi, bahkan ada yang membatalkan dengan alasan sudah tidak menginginkannya lagi.
Rasanya Reana ingin menangis, berlari dari hadapan gadis-gadis itu tapi tidak, Reana harus bertahan, Reana menganggap ini adalah cobaan, gadis itu berusaha untuk tetap bersabar, hingga akhirnya gadis-gadis bosan sendiri dengan ulah mereka.
"Mereka teman-teman mu?" tanya Bu Shinta.
Saat Reana kembali ke side station, merasa aneh dengan tingkah laku mereka membuat Bu Shinta tak sabar untuk bertanya.
"Mereka memang sekelas denganku bu, tapi mereka bukan teman-temanku" ungkap Reana.
Bu Shinta mengangguk mengerti. Bukannya Reana yang tak mau mengakui Rebecca sebagai temannya. Tapi yang pasti Rebecca lah yang tak sudi berteman dengan Reana.
Semua tingkah laku gadis-gadis itu tak luput dari pengamatan Bu Shinta. Kepala pelayan itu ingin membantu Reana, namun urung. Dia berpikir selama Reana masih bisa bertahan, maka dia tidak perlu ikut campur, dalam hati ibu Shinta merasa kasihan pada Reana.
"Maaf Bu Shinta" ucap Reana menyesal.
Reana merasa kedatangan Rebecca dengan segala tingkah lakunya yang menyusahkan restoran adalah karena dirinya. Bu Shinta hanya tersenyum sambil menepuk punggung Reana.
"Apa-apaan ini" teriak Rebecca tiba-tiba, membuat pengunjung restoran serentak menoleh kearahnya.
Reana yang sedang bicara dengan Bu Shinta sontak melihat kearah Rebecca.
"Ada rambut di juice ini" teriak Rebecca keras, seolah-olah ingin semua pengunjung mendengar.
"Ada apa Rebecca?" tanya Reana langsung menghampiri Rebecca.
"Kau lihat sendiri, dalam juice ini ada rambutnya, tempat ini benar-benar tidak higienis" ucap Rebecca dengan frekuensi suara yang masih tinggi.
Reana melihat kearah juice tomat yang ada dimeja. Terlihat sehelai rambut melingkar didalamnya.
"Tidak mungkin, saya selalu memeriksa semua makanan dan minuman yang saya sajikan. Jika rambut itu memang ada, mana mungkin saya tidak menggantinya dengan yang baru" jelas Reana dengan sopan.
"Kalau begitu kerjamu yang nggak becus, kau kurang teliti, atau kau sengaja menaruhnya karena merasa kesal padaku" jawab Rebecca menyalahkan Reana.
"Begini saja, juice nya kami ganti dengan yang baru. Kami meminta maaf atas kelalaian ini" ucap pak Gunawan, Manager Restoran itu tiba-tiba ada disamping Reana.
Reana menoleh heran pada pak Gunawan, sementara pak Gunawan hanya tersenyum sambil mengangguk. Pak Gunawan ingin segera mengakhiri percekcokan ini.
Seorang teman Rebecca yang sejak tadi asyik memainkan ponsel mengarahkan kameranya. Reana menekan ponsel itu dengan telunjuknya.
"Hei" teriak gadis itu kesal.
Reana berpikir mungkin saja gadis itu sedang merekam pertengkaran mereka.
"Nggak, saya nggak mau lagi makan disini" ucap Rebecca sambil berdiri.
Reana mengeluarkan nota dari dalam sakunya dan meletakkannya diatas meja.
"Kau ingin aku membayar semua ini, yang ada kamilah yang harus minta ganti rugi" teriak Rebecca lagi.
Rebecca mengacungkan nota itu didepan wajah Reana lalu menaruhnya dengan kasar diatas meja. Reana tetap tenang, meski gemetar gadis itu berusaha tegar.
"Kamu harus membayar semua makanan yang kamu pesan" ucap Reana tegas.
Entah dari mana datang keberaniannya, mengucapkan kata-kata tegas menuntut haknya. Gadis itu merasa harus melakukannya demi membela restoran tempat dia bekerja.
"Sudahlah Reana, biarkan saja" ucap pak Gunawan sabar.
"Nggak pak, dia harus membayarnya. Dia telah memesan maka dia harus membayar tagihannya" ucap Reana pada pak Gunawan.
Rebecca tersenyum miring, meremehkan sikap Reana yang sok berani. Reana tidak peduli, gadis itu tetap meminta Rebecca melaksanakan tanggung jawabnya.
"Apa pun masalah yang terjadi diantara kita, kamu tidak boleh berlaku seenaknya. Jangan pernah melibatkan restoran ini, kamu tetap harus membayar tagihannya" ungkap Reana yang merasa Rebecca sangat membencinya.
Reana bertekad untuk tidak mengalah. Semua itu demi menunjukkan bahwa restoran ini, sama sekali tidak bersalah seperti yang dituduhkan Rebecca. Reana tidak mau membiarkan Rebecca pergi begitu saja.
Rebecca panik, Reana bersikukuh pada pendiriannya.
"Baik, aku akan bayar tagihannya. Tapi kamu saja yang meminumnya" ucap Rebecca sambil mengambil gelas juice dan menyipratkannya ke wajah Reana.
Teman-teman Rebecca kaget, kemudian bersorak, Rebecca meraih nota dimeja sambil tersenyum sinis.
Kemudian mengajak teman-temannya meninggalkan Reana yang masih tertegun dengan wajah dan seragam yang basah.
Pak Gunawan menepuk bahu gadis itu, dia tidak menyalahkan Reana yang bersikeras dengan prinsipnya. Pak Gunawan mengerti yang dilakukan Reana untuk menjaga nama baik Restoran tempat dia bekerja.
Namun apa yang didapat Reana sekarang, didepan semua pengunjung Reana dipermalukan. Bu Shinta segera datang menghampirinya. Menghibur gadis itu dan mengajaknya membersihkan wajah dan seragamnya.
Reana membasuh wajahnya dan mengganti seragamnya. Reana memandang wajahnya di cermin. Wajah yang lelah, lelah yang teramat sangat, karena masalah yang datang silih berganti.
Reana berjalan meninggalkan ruang ganti. Pak Gunawan mengizinkannya pulang lebih cepat. Terdengar suara Bu Shinta dan Nella yang sedang berbincang, Reana melangkah menghampiri mereka.
"Pulanglah dan istirahatlah, lupakan semua kejadian hari ini" nasehat Bu Shinta.
Reana mengangguk, melangkah keluar restoran dengan wajah murung.
"Kasian kak Reana ya bu, mereka itu jahat sekali" ucap Nella bersimpati.
"Namun ibu bangga padanya, karena dia bukan Reana yang dulu lagi, dia sudah banyak berubah" ucap Bu Shinta sambil menatap Reana yang melangkah gontai.
"Berubah gimana Bu?" tanya Nella.
"Dulu dia gadis yang pendiam, tertutup, dan penyendiri. Tapi sekarang dia sudah berubah menjadi anak yang berani mengungkapkan isi hati, berani bicara. Tak pernah ibu mendengar dia mengeluarkan kata-kata sebanyak itu" ungkap bu Shinta bersemangat.
Disisi lain Reana berjalan dengan lelah, langkah kakinya seperti tak terlihat, terhalang airmatanya yang telah tergenang.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
TDT Angreni
ceritanya bagus, sukses selalu...
2023-08-29
2
Hera
harus berani reana jgn mo dibully ama mereka
2022-06-07
1
✨viloki✨
Duh lelah hayati pasti
2022-06-05
1