BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~

Kelas sedang berlangsung, dosen memberi kuliah sementara mahasiswa memperhatikan dengan serius. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, seseorang muncul di sana lalu menganggukkan kepala meminta izin pada dosen untuk bicara.

"Mahasiswi Reana Putri di minta untuk ke Sekretariat" ucap orang itu, kemudian mengangguk kembali pada dosen, orang itu pun berlalu dari balik pintu.

Reana berdiri dengan wajah bingung dan ketakutan, sementara Alika dan Hasbi saling berpandangan. Memikirkan segala macam alasan Reana di panggil ke sekretariat.

"Kamu boleh membawa sekalian tas dan bukumu karena kuliah akan segera berakhir" ucap dosen pengertian saat melihat Reana yang masih terlihat bingung.

Reana membereskan buku-bukunya lalu meminta izin keluar lebih cepat. Dosen mengangguk mengizinkan, sambil berjalan menunduk Reana memikirkan apa yang menyebabkan dia di panggil ke sekretariat.

Sesampai di sana Reana di minta menemui Kepala Sub Bidang Kemahasiswaan. Wanita paruh baya itu memandang Reana dengan mata yang tajam. Mengamati dengan sungguh-sungguh dari ujung kaki hingga ujung kepala. Reana hanya diam berdiri sambil menunduk.

Wanita paruh baya itu mempersilahkan Reana duduk. Reana menuruti perintah ibu itu dan menunggu apa yang akan dibicarakan dengannya.

"Reana Putri, namamu jadi perbincangan di kampus maupun di luar kampus ini, apa kamu tahu?" ucap ibu itu memulai pembicaraan.

Beberapa hari belakangan ini Reana memang sering mendengar namanya diperbincangkan. Namun, bukan karena prestasi, Reana hanyalah mahasiswi biasa yang tidak memiliki apapun untuk dibanggakan.

Suka atau tidak suka, sengaja atau tidak disengaja Reana sering mendengar orang-orang berbicara tentang dirinya. Kebanyakan dari mereka bicara dengan nada sinis, merendahkan atau menghina.

Reana hanya bisa diam bertahan meski dadanya terasa sesak. Mendapat tatapan tajam dari mahasiswi yang berpapasan dengannya adalah hal yang biasa. Mendengar sindiran-sindiran yang menyakitkan sudah menjadi makanannya.

Sakit. Namun, Reana hanya bisa pasrah. Gadis itu tidak punya kekuatan apa pun untuk melawan, meski kadang hatinya meronta. Namun, pada akhirnya menangis adalah satu-satunya yang bisa dilakukannya.

Setiap hari Reana menerima tatapan tajam dari para mahasiswi dan sekarang Reana harus menerimanya dari pejabat universitas.

"Apa kamu sadar, kelakuanmu itu bisa merusak nama baik Universitas? Kamu ingin berpacaran, tidak ada orang yang bisa melarangmu. Tapi, mempertontonkan adegan seperti itu di lingkungan kampus dan tersebar, jelas-jelas mencoreng nama baik universitas ini" ucap ibu itu emosi.

"Tidak bu, saya tidak bersalah. Saya tidak tahu kenapa bisa terjadi, saya bahkan tidak mengenalnya bu" ucap Reana dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Dia bukan pacarmu?" tanya ibu itu heran mendengar sanggahan Reana.

"Saya tidak mengenalnya bu, sungguh" jawab Reana mulai menangis.

Ibu itu menggelengkan kepala menatap gadis yang menangis tertunduk itu.

"Anak-anak jaman sekarang terlalu berani, demi sebuah konten mereka rela melakukan hal yang tidak pantas" lanjut ibu itu mulai mempercayai Reana.

Sebagian besar dosen-dosen yang mengenal Reana, tidak percaya gadis itu bisa melakukan hal seperti itu.

"Seandainya ibu tidak mendengar masukan dari para dosen, ibu mungkin akan memberikan sangsi yang berat padamu" lanjut ibu itu.

"Dalam waktu dekat ibu akan memanggil mahasiswa yang berperan dalam video itu. Karena hingga kemarin anak itu masih belum muncul di kampus ini" sambung ibu itu sementara Reana menunduk mendengarkan.

"Kamu harus bisa menghentikan penyebaran video itu. Tidak hanya kamu, tapi kalian berdua" ucap ibu itu memastikan.

Reana tercenung.

G**imana aku bisa menghentikannya? aku bahkan tidak tahu siapa yang menyebarkannya. Jika tahu pun, apa mungkin aku sanggup memaksa orang untuk menghapus postingan itu, bisik hati Reana.

Reana menghembuskan nafas panjang.

"Selain kasus postingan itu, Ibu juga mendapat informasi dari bagian administrasi dan keuangan, bahwa hingga saat ini kamu masih menunggak pembayaran uang kuliah. Bagaimana pertanggungjawabanmu?" tanya ibu itu kemudian mengingatkan.

"Saya akan membayarnya bu, beri saya waktu. Sebentar lagi saya akan menerima gaji" ucap Reana memohon di beri tenggang waktu.

"Kamu bekerja? di mana kamu bekerja?" tanya ibu itu curiga.

"Saya bekerja paruh waktu di sebuah restoran keluarga bu?" jawab Reana.

Gadis itu berharap ibu itu percaya dan memberi kelonggaran waktu untuk pembayaran uang kuliahnya.

"Baiklah, kami tunggu hingga awal bulan depan. Jika tidak, ibu akan mengambil tindakan" ucap ibu itu tegas.

"Baik bu, terimakasih banyak atas pengertian ibu" ucap Reana sambil menghapus air matanya.

Ibu Kepala Sub Bidang Kemahasiswaan itu memandang kasihan pada gadis yang menghapus air mata dengan sedihnya. Ibu itu memberi nasehat pada Reana, agar hati- hati dalam bergaul dan bertingkah laku. Dengan tegas ibu itu juga mengingatkan Reana tentang kewajibannya membayar uang kuliah.

Gadis itu mengangguk, ibu Kepala Sub Bidang Kemahasiswaan itu mempersilahkan Reana meninggalkan sekretariat. Reana melangkah pelan keluar dari gedung itu, tubuh dan hatinya letih. Pandangannya nanar, air matanya telah menumpuk di pelupuk matanya menunggu untuk ditumpahkan.

Kenapa masalah selalu datang silih berganti, pikirnya dalam hati.

Reana menghentikan langkahnya, berdiri di tengah terik matahari, lalu menarik nafas berat. Letih, tubuh dan hatinya terasa letih. Air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi, mengalir perlahan membasahi pipinya.

Hasbi datang mendekat.

"Ada apa Re? kenapa kamu di panggil?" tanya Hasbi memandang iba pada Reana.

Reana cepat-cepat menghapus air matanya kemudian melanjutkan langkahnya begitu saja tanpa mempedulikan Hasbi. Reana tidak ingin bicara atau pun menjawab pertanyaan Hasbi.

Maaf Bi, mulai sekarang jangan bicara lagi denganku, jangan pedulikan aku lagi, jawab Reana dalam hati sambil terus berjalan melewati Hasbi.

Hasbi meraih tangan Reana, laki-laki itu tidak ingin tinggal diam lagi. Hasbi menyesal atas sikapnya yang telah mengabaikan Reana kemarin. Hasbi tidak ingin Reana bersedih seorang diri.

"Lepas" ucap Reana sambil menarik tangannya.

"Maafkan aku" ucap Hasbi memohon atas sikapnya yang telah lalu.

Hasbi jelas-jelas telah mengabaikan Reana sejak melihat kejadian itu. Reana merasakan Hasbi yang bersikap dingin padanya. Gadis itu hanya bisa menahan sesak di dadanya menerima kenyataan itu.

Reana pasrah, gadis seperti dirinya tidak bisa memaksa orang untuk berteman dengannya. Reana merasa dirinya tidak pantas di terima oleh siapa pun. Reana tidak ingin merasakan itu lagi, di terima lalu diabaikan.

Reana masih mencoba menarik tangannya dari genggaman Hasbi. Dia ingin segera pergi dari hadapan laki-laki itu. Sejak kejadian itu, Reana merasa Hasbi telah memandang rendah dirinya.

Reana tidak ingin lagi berhubungan dengan laki-laki itu. Bukan karena Reana membencinya tapi demi kebaikan Hasbi. Reana tidak ingin laki-laki yang baik itu mendapat pandangan buruk dari orang lain karena dirinya.

Hatinya bersedih, air matanya mengalir. Tubuhnya terlalu letih untuk meronta. Namun, Hasbi masih saja memegang tangannya.

"Jangan pedulikan aku, jangan pernah mengenalku. Tidak baik bagimu dan Alika berteman dengan orang sepertiku. Aku hanya akan membawa citra buruk bagi kalian" ucap Reana pelan nyaris tak terdengar.

Tiba-tiba Alika muncul, Hasbi reflek melepaskan tangan Reana.

"Berhenti memikirkan kami, khawatirkan dirimu sendiri" ucap Alika langsung berdiri dihadapan Reana.

Reana tetap diam menunduk, sedikit pun tidak ingin memandang mereka. Saat menangis di toilet pun Reana tidak mau menggubris mereka. Meski Alika dan Hasbi telah menunggu hampir satu jam namun itu tidak membuat Reana mau bicara dengan mereka.

Reana membuka pintu toilet dan berlalu begitu saja. Gadis itu tidak memberi kesempatan sedikit pun bagi Alika dan Hasbi untuk membujuknya. Reana bertekad untuk menghindar dari mereka, demi nama baik mereka sendiri.

"Kami tidak memilih dengan siapa kami berteman. Saat itu kami tidak bermaksud menghakimi, kami hanya ingin mendengar penjelasan darimu" jelas Alika.

Sejak Hasbi tidak mengacuhkan Reana hari itu, saat Hasbi tidak menjawab ucapan terima kasihnya. Reana merasa Hasbi telah membencinya bahkan mungkin merasa jijik padanya.

Sejak itu Reana selalu menghindar dari mereka. Meski pada akhirnya Hasbi berusaha menunjukkan penyesalan atas sikapnya. Reana tetap memilih untuk menjauh dari kedua orang yang pernah membuatnya bahagia memiliki seorang teman.

Niat baik Hasbi dan Alika menemaninya melewati masa sulit itu pun tidak pernah digubrisnya. Gadis itu memilih untuk menghilang, menghindar atau bersembunyi saat melihat kedua teman sekelasnya itu.

Alika memeluk Reana, gadis itu ingin memberikan dukungan padanya. Sejak lama Alika ingin berteman dengan gadis itu. Reana yang tidak suka menyakiti orang lain. Gadis yang tak suka membicarakan orang lain.

Tapi Alika tidak tahu bagaimana cara mendekatinya. Reana gadis yang tertutup, selalu membatasi dirinya. Bagi Alika, Reana adalah gadis polos yang berhati tulus.

Di kantin, dengan perasaan emosi yang berusaha ditahannya. Nico mendatangi Rebecca dan teman-temannya

"Hapus postingan-mu sekarang juga" ucap Nico, mengagetkan Rebecca dan teman-temannya.

"Nggak mau" ucap Rebecca cuek.

"Biar saja tersebar, biar dia tahu rasa" lanjut Rebecca tak beranjak dari kursi kantin.

"Cewek seperti itu jangan sampai besar kepala, merasa jadi orang penting" ujar Rebecca sombong sambil mengangkat alisnya melirik teman-temannya.

"Apa katamu?" tanya Nico heran.

"Aku tahu kok, kak Nico melakukan itu hanya untuk taruhan. Aku cuma ingin kasih dia pelajaran biar dia tahu diri, jangan merasa kalau dirinya itu spesial" ucap Rebecca sambil berdiri dengan percaya diri.

Nico hilang kesabaran.

"Hapus postingan-mu atau aku akan melaporkanmu atas tuduhan menyebarkan berita bohong dan pencemaran nama baik" ucap Nico mengancam.

Rebecca memandang Nico dengan resah, gadis itu merasa takut juga dengan ancaman Nico.

"Atau kamu ingin merasakan nikmatnya tidur di balik jeruji besi?" sambung Nico tenang lalu meninggalkan Rebecca yang tercenung.

Tidak ada jalan lain, Nico harus turun tangan untuk memaksa Rebecca menghapus postingan videonya. Karena jika tidak, semakin lama video itu akan semakin tersebar dan Reana akan semakin terkena imbasnya.

Nico merasa menyesal, bukan menyesal karena memilih Reana. Tapi menyesal karena apa yang dilakukannya telah membuat gadis itu menderita.

"Udah Nic, capek nih, bubar yuk" ucap Dito ngos-ngosan sambil melempar bola basket dengan lemah ke arah Nico.

Rommy dan Ardi sudah lebih dulu melipir, Rommy duduk di pinggir lapangan dan Ardi terkapar di tribun aula.

Nico cuek, dia masih saja terus berlari sambil melakukan dribble, sesekali melakukan lay up atau dunk. Nico tak lagi mengoper bola pada Dito. Sahabat Nico itu akhirnya berjalan ke pinggir lapangan, duduk di samping Rommy.

"Nggak capek-capek dia" ucap Dito ngos-ngosan.

"Mainnya kesetanan gitu, mana ngerasain capek" jawab Rommy.

"Pikirnya kalut" lanjut Rommy memahami benar sifat sahabatnya itu.

Dito mengangguk lalu merebahkan diri di samping Rommy. Rommy pun mengikuti. Badan letih di tambah angin sepoi-sepoi dalam sekejap membuat mereka tertidur. Sementara Nico masih tetap bermain sendiri.

Nico melakukan dribble ketika tiba-tiba Hasbi muncul dihadapannya. Langsung menghadiahkan bogem mentah ke wajah Nico. Nico jatuh terhuyung kebelakang darah mengalir di sudut bibirnya.

Nico segera berdiri, keributan itu sontak membangunkan teman-temannya. Mereka segera datang membela Nico, tapi Nico memberi kode agar teman-temannya tidak perlu khawatir.

"Dasar tidak bertanggung jawab, lihat akibat perbuatanmu pada Reana" teriak Hasbi tanpa memandang senioritas lagi.

Hasbi kembali melayangkan tinjunya pada Nico. Tapi Nico mengelak dan menahan tinju Hasbi dengan tangannya kemudian mendorong Hasbi hingga Hasbi terhuyung kebelakang.

"Cukup satu kali, aku anggap pukulan itu sebagai tanda simpatimu pada Reana. Mulai sekarang jangan campuri urusan yang tidak ada hubungannya denganmu" ucap Nico tenang.

"Oh ya, apa kamu tahu, apa yang di alami Reana akibat perbuatanmu?" teriak Hasbi gusar melihat Nico yang begitu tenang seolah tidak peduli.

"Aku tahu, mulai sekarang aku yang akan mengurusnya. Kamu tidak perlu ikut campur" jawab Nico sambil memegang sudut bibirnya yang berdarah.

"Reana adalah temanku, mana mungkin aku tidak ikut campur. Sedangkan kamu, apa hubunganmu dengannya?" ucap Hasbi.

"Reana adalah milikku" jawab Nico.

Laki-laki itu melangkah meninggalkan Hasbi yang tercenung. Setelah mengucapkan kata-kata itu, Nico meninggalkan aula itu dengan tenang. Hasbi hendak menyusul tapi teman-teman Nico segera menghalangi. Hasbi hanya bisa melihat Nico yang berlalu di balik pintu.

Reana adalah milikku, Reana adalah milikku? kenapa bisa kata-kata itu terlontar dari mulutku? Kenapa sekarang aku tak bisa mengontrol perbuatan dan ucapanku? Kemarin menciumnya, sekarang menyatakan dia adalah milikku, *a*pa yang aku lakukan? jerit hati Nico.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

lha, kok Reana yang dipanggil. harusnya Nico buk. ibuk salah orang

2024-02-27

0

✨viloki✨

✨viloki✨

Next time taruhannya yg manusiawilah dude! Gegara kalian ada cewe teraniaya

2022-06-05

2

Kymilla Cania Juita

Kymilla Cania Juita

Tetap semangat.

2021-07-25

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!