Alika bahagia saat Hasbi mengajaknya makan malam di restoran terakhir saat dia merayakan ulang tahunnya. Hasbi memilih restoran itu karena sangat menyukai menu-menunya. Ulang tahun itu menjadi ulang tahun yang paling berkesan bagi Alika.
"Aku akan mengajak Reana makan bersama kita, tunggu sebentar ya" ucap Hasbi lalu berdiri dari kursi restoran.
"Aku pikir yang merayakannya kita berdua saja" ucap Alika heran sambil menahan tangan Hasbi.
"Ya nggaklah Alika, kita rayakan ini bersama-sama. Reana itu teman kita dan dia bekerja disini. Mana mungkin kita merayakan ini tanpa mengajaknya" ucap Hasbi sambil menepuk bahu Alika dan berlalu menemui manager restoran.
Manager restoran memanggil seorang pelayan untuk mengantarkan Hasbi menemui Reana. Reana yang baru saja berganti pakaian karena jam kerjanya yang telah habis terkejut melihat Hasbi berdiri di depan pintu.
"Kebetulan kamu sudah selesai bekerja, ayo kita makan malam bersama" ucap Hasbi sambil menarik tangan Reana.
Reana menghentakkan tangan Hasbi hingga terlepas,
Hasbi tertegun memandang Reana.
"Aku ingin pulang" jawab Reana ingin segera berlalu dari hadapan Hasbi.
"Tunggu Re..," ucap Hasbi menghadang Reana.
Hasbi memandang Reana, gadis itu langsung menunduk. Hasbi meraih tangan Reana. Tentu saja gadis itu berusaha menarik tangannya namun Hasbi menggenggamnya dengan erat.
"Kamu belum memaafkan aku ya?" tanya Hasbi lagi.
Reana berjalan minggir tak pedulikan Hasbi meski tangan laki-laki itu masih menggenggam tangannya. Tiba-tiba Bu Shinta muncul dan bertanya karena dari tadi ibu itu memperhatikan Reana yang selalu ingin menghindar.
"Kenapa Reana? kenapa nggak ikut bergabung dengan teman-temanmu?" tanya Bu Shinta.
Hasbi tersenyum lalu mengangguk hormat pada Bu Shinta, kepala pelayan itu membalas senyuman Hasbi. Laki-laki itu mengambil kesempatan untuk menarik tangan Reana. Reana tak berkutik, akhirnya gadis itu terpaksa mengikuti langkah Hasbi menunju meja yang telah di pesan.
Seperti dulu, Hasbi kembali mengambilkan kursi untuk Reana dan menempatkannya di sisi meja sebelah kanan. Alika yang berada di seberang meja Hasbi juga ikut mengangkat kursinya dan pindah ke sisi meja sebelah kiri Hasbi.
"Aku juga ingin duduk di dekatmu" ucap Alika.
Hasbi tersenyum, sekarang Alika dan Reana yang duduk berseberangan meja.
"Aku beruntung sekali, makan malam ditemani dua orang gadis cantik" ucap Hasbi tersenyum memandang Alika dan Reana bergantian.
Laki-laki itu kemudian meminta pelayan membawakan menu. Hasbi langsung memesan menu yang pernah dipesannya dulu. Begitu juga dengan Alika lalu Hasbi memesankan menu untuk Reana.
Lalu sunyi sesaat mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Hasbi yang merasa senang karena berhasil mengajak Reana. Dari tadi tersenyum memandang Reana. Namun, Alika merasa sedikit kecewa karena mengira makan malam ini adalah makan malam yang khusus untuk mereka berdua. Sementara Reana selalu merasa risih berada di tengah-tengah mereka.
"Apa..., sekarang giliran ulang tahun mu Bi?" tanya Reana pada Hasbi memecah suasana hening.
"Bukan" jawab Alika cepat.
"Kali ini kita merayakan terpilihnya Hasbi sebagai Ketua BEM fakultas kita" lanjut Alika tersenyum sumringah.
"Oh..., selamat ya.., Bi" ucap Reana kaku.
Reana yang penyendiri, datang dan pergi hanya untuk menghadiri kuliah, sama sekali tidak tahu ada pemilihan seperti itu.
"Reana, Reana, padahal dulu kita udah akrab bahkan kita sudah merayakan ulang tahun bersama dan tertawa bersama. Sekarang kamu telah menjadi gadis canggung lagi" ucap Alika mengingat masa lalu.
Reana diam tertunduk, mengusap gelas yang ada depannya seperti sedang mencari kegiatan untuk menghilangkan rasa canggungnya. Mengingat masa-masa sulit yang dialaminya belakangan ini telah membuat Reana menjadi gadis yang murung dan tertutup lagi.
"Tapi maaf Bi.., kali ini..., aku tidak punya kado apa-apa untukmu" ucap Reana yang merasa tidak enak hati.
"Nggak apa-apa, kamu ikut bergabung makan malam ini aja udah cukup kok. Aku nggak perlu kado lagi" jawab Hasbi sambil tersenyum.
"Aku punya hadiah spesial untukmu" ucap Alika tiba-tiba.
Hasbi dan Reana langsung memandang ke arah Alika. Gadis itu mendekati Hasbi dan langsung mencium pipinya. Alika tersenyum bahagia, Hasbi tertegun kemudian tersenyum ragu-ragu lalu memandang ke arah Reana.
Sementara Reana hanya terdiam saat Hasbi menatapnya dengan pandangan yang tak bisa dimengerti. Pandangan yang seolah-olah mengisyaratkan 'jangan salah paham ini tidak ada artinya bagiku' atau 'apa kamu tidak ingin memberiku hadiah ciuman juga?'
Namun, dia adalah Reana, jika di suruh memilih, tentu dia akan memilih untuk tidak salah paham dengan ciuman itu. Reana tak mungkin berani menghadiahkan sebuah ciuman untuk Hasbi.
Suasana menjadi canggung, beruntung pelayan datang membawakan pesanan mereka. Ketiga sahabat itu segera menikmati hidangan. Sesekali Hasbi melirik Reana dan tersenyum. Reana hanya membalas senyuman Hasbi dengan senyum yang canggung.
"Oh ya Re, gimana perkembangan videomu yang udah terlanjur tersebar" tanya Alika memecah kesunyian.
Reana yang hendak menyendok makanannya urung menyantap, kembali gadis itu meletakkannya di piring. Ekspresi wajahnya berubah murung karena video itu adalah hal yang selalu mengganggu pikirannya dan Reana sangat ingin melupakannya. Tapi sekarang justru Alika yang mengingatkannya.
"Saya nggak tahu gimana cara menghentikannya" ucap Reana pelan sambil menunduk, suaranya terdengar sedih.
"Laki-laki itu berjanji akan menyelesaikannya, jadi mulai sekarang kamu tidak perlu khawatir lagi" ucap Hasbi sambil tersenyum bahkan menyentuh punggung tangan Reana.
Alika memandang sekilas tangan Hasbi yang masih menyentuh tangan Reana lalu menatap heran pada Hasbi begitu juga dengan Reana.
Gimana bisa Hasbi memastikan hal itu, batin Reana.
Hasbi salah tingkah dipandangi oleh kedua orang gadis dihadapannya.
"Aku menemui kakak kelas itu dan meminta pertanggung jawabannya" ucap Hasbi sambil meletakkan sendok makannya.
Laki-laki itu seperti kehilangan selera makan saat mengingat ucapan Nico di akhir pertemuan mereka. Masih terngiang ditelinganya ucapan kakak kelasnya itu yang mengatakan bahwa Reana adalah miliknya.
Kata-kata yang entah mengapa membuat Hasbi kesal. Dia sangat menyesal menantang Nico hingga akhirnya membuat kakak kelasnya itu melontarkan kata-kata seperti itu dari mulutnya.
Mendengar ucapan Hasbi, Alika mengangguk mengerti dan Reana hanya menunduk. Alika memandang Reana yang tengah menunduk
"Tapi kalau diperhatikan video itu, sepertinya kamu nggak keberatan di cium kakak kelas itu" ucap Alika seenaknya pada Reana sambil kembali menyantap makanannya.
"Alika" ucap Hasbi singkat seperti mengingatkan.
"Gimana rasanya di cium orang seganteng itu?" lanjut Alika sambil tersenyum pada Reana dan tak peduli pada peringatan Hasbi.
"Alika" ucap Hasbi mengulang peringatannya dengan suara yang lebih tinggi.
"Kenapa Bi? Reana sendiri diam aja kok. Reana sama sekali tidak menghindar artinya Reana tidak keberatan di cium sama kakak kelas itu" ujar Alika tidak terima di larang bicara oleh Hasbi.
Reana menghentikan makannya.
"Maaf Bi..., saya udah selesai, terima kasih undangan makan malamnya. Maaf saya pulang duluan" ucap Reana lalu beranjak pergi.
Gadis itu berlari meninggalkan Alika dan Hasbi dengan mata yang berkaca-kaca. Gadis itu membuka pintu restoran dan ingin segera meninggalkan tempat itu. Di dekat parkiran Reana menghentikan langkahnya.
Dadanya terasa sesak, nafasnya berat. Gadis itu menangis sambil menunduk. Ucapan Alika menusuk tepat di jantungnya. Sejak kejadian itu Reana tak henti-hentinya menyesali sikapnya.
Kenapa hanya diam saja? kenapa hanya terpaku? kenapa tidak menghindar seperti yang diucapkan Alika?
kenapa membuat orang berpikir aku menikmatinya?
kenapa? kenapa? kenapa? jerit hati Reana yang tak bisa menjawab semua pertanyaan itu.
Reana menangis menyesali sikapnya, mengingat semua itu dirinya sendiri menganggap dirinya murahan. Bagaimana bisa meminta orang lain tidak berpikiran seperti itu?
Sementara itu di restoran Hasbi seperti tidak percaya dengan apa yang diucapkan Alika. Laki-laki itu seperti tidak percaya kalau Alika bisa berkata seperti itu, dia seperti tidak mengenali temannya lagi.
"Apa-apaan kamu ini Al? apa yang salah dengan mu? kamu bukanlah orang yang tega berkata seperti itu" ucap Hasbi menatap heran pada Alika.
Alika hanya diam menunduk, Hasbi beranjak pergi menyusul Reana, meninggalkan Alika yang duduk seorang sendiri.
Sementara itu Reana masih berdiri diparkiran restoran, di sana gadis itu menangis terisak. Mengusap air matanya yang tak mau berhenti mengalir. Berdiri tertunduk memukuli dadanya yang terasa begitu sesak, berharap beban yang menekan itu terbebas dan menghilang.
Kenapa Alika tega berkata seperti itu, apa dia juga menilaiku gadis murahan? jerit hati Reana.
Reana memandang sekilas ke arah restoran, lalu berjalan dengan cepat menuju trotoar. Dia ingin segera menjauh dari mereka. Reana tidak ingin lagi bertemu dengan kedua orang itu. Tidak akan.
Tiba-tiba Hasbi datang dan meraih lengan Reana.
"Re, jangan pergi, maafkan Alika. Aku juga heran dengan sikapnya" ucap Hasbi sambil memegang erat lengan Reana.
Reana mencoba melepaskan tangannya, tapi genggaman Hasbi yang kuat tak bisa membuat lengan Reana terbebas. Reana pasrah diam memandang ke arah lain.
"Dengar Bi, Alika gadis yang baik. Aku tahu dia tulus berteman denganku. Tapi, apa kamu sadar? dia tidak suka kehadiranku saat dia hanya ingin berdua denganmu. Aku hanya jadi pengganggu dan itu membuatnya kesal" ucap Reana pelan.
Hasbi tertegun, entah dari mana datangnya kekuatan gadis itu hingga bisa mengucapkan kata-kata sebanyak itu. Entah darimana datangnya pemikiran Reana terhadap Alika. Bagaimana gadis itu bisa menebak isi hati Alika.
"Tapi aku bahagia saat bersamamu Re. Aku justru ingin bersamamu" ucap Hasbi pelan.
"Tapi aku nggak, aku ingin menjauh darimu" ucap Reana tegas dan cepat langsung menatap Hasbi.
Gadis itu kembali berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Hasbi. Menarik tangan Hasbi dari lengannya, tapi Hasbi justru memperketat genggamannya. Gadis itu letih.
"Kenapa Re? kenapa kamu ingin menjauh dariku? apa salahku? apa karena laki-laki itu? apa kamu menyukainya?" tanya Hasbi bertubi-tubi.
Reana diam tak menjawab hanya matanya yang tajam menatap ke arah Hasbi. Laki-laki itu menarik lengan Reana lebih mendekat, wajah mereka hanya tinggal sejengkal. Reana tetap diam menatap Hasbi.
"Katakan padaku kenapa kamu ingin menjauh dariku?" ulang Hasbi bertanya.
"Apa karena ciuman itu?" tanya Hasbi.
"Apa kamu menyukainya?" ucapnya lebih keras.
"Kalau karena itu, aku juga bisa melakukannya?" teriak Hasbi gusar.
Tiba-tiba Hasbi menarik Reana, mendekap gadis itu dalam pelukannya dan memaksa mencium bibirnya. Reana meronta namun tenaganya tak cukup kuat melawan dekapan Hasbi.
Sementara itu Alika tersadar akan kesalahannya.
Kenapa aku tega mengucapkan hal seperti itu padanya?kenapa aku menjadi gadis jahat yang tak peduli perasaan gadis pendiam seperti Reana? batin Alika menyesal.
Alika segera keluar menyusul Reana dan Hasbi. Melihat ke kanan dan ke kiri, mencari arah kemana mereka pergi. Alika berlari keluar dari parkiran menuju trotoar. Tapi apa yang terjadi, Alika tercengang melihat kenyataan yang ada dihadapannya.
Hasbi sedang memeluk dan mencium Reana. Hasbi memaksa mencium gadis itu, Reana meronta, mendorong hingga akhirnya terbebas, tanpa disadari tangan Reana melayang ke wajah Hasbi. Laki-laki itu terdiam mendapat tamparan itu.
"Maaf Bi..., maaf" ucap Reana pelan.
Air mata Reana berlinang saat menyadari perbuatannya yang menyakiti Hasbi. Menangis menatap tangannya yang terasa panas. Reana menyesal telah menampar wajah laki-laki itu. Reana menyesal Hasbi melakukan perbuatan itu.
"Maaf Bi" ucap Reana sekali lagi, lalu berlari meninggalkan Hasbi yang masih terdiam menunduk.
Hasbi menatap kepergian Reana dengan wajah sedih. Menatap gadis yang berlari menjauh sambil mengusap air matanya. Hasbi menyesal dengan perbuatanya. Hasbi merasa kali ini Reana tidak akan mau memaafkannya.
Hasbi berbalik melangkah ke restoran sambil menunduk dan murung. Hasbi terkejut saat mengangkat wajahnya dan menemukan Alika yang berdiri mematung menatapnya.
Menatap Hasbi dengan air mata yang berlinang. Alika menggelengkan kepala seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lalu pergi berlari meninggalkan Hasbi seorang diri.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Hera
nah lo bi jadinya malah nyakitin ke2nya
2022-06-07
1
Sri Hartini
tanpa sadar hasbi menyakiti ke dua nya
2022-01-19
2
dewi putriyanti
hasbi hilang kesadaran
2021-08-08
1