BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~

Ardi berlari menuju teman-temannya yang duduk dibangku DPRD sambil membawa beberapa minuman kaleng.

"Ni dia" ucap Ardi sambil membagikan minuman kaleng pada Nico dan Rommy.

"Dito belum balik?" tanya Ardi pada kedua temannya.

"Mm... bucin parah ampe nggak inget temen lagi" jawab Nico.

"Lagian napa juga mesti pacaran di halte, bukannya masuk ke kampus aja" lanjut Nico mengomel.

"Pacarnya malu pake baju segaram, nanti menarik perhatian, pengertian dikitlah, kalo yang satu ini kabur lagi, calon perjaka tua dia, kasian" ucap Ardi penuh pengertian.

"Bawa baju ganti lah, kan bisa, sekarang mainnya di halte mulu, kita malah disuruh nungguin mereka pacaran" oceh Nico.

"Itu kalau kangennya terencana, kalau kangennya mendadak gimana ? masa dia bawa baju ganti tiap hari" bela Ardi.

Rommy cuma tertawa mendengar debat tak bermutu itu.

"Tenang coy, kalo tingkah loe udah kayak dia juga, kita-kita pasti akan setia nungguin loe, jadi loe nggak perlu iri yaah" sahut Ardi mengakhiri debat seru tak bermutu itu.

Rommy dan Ardi tertawa ringan, Nico masih menggerutu. Gerutuannya terhenti saat melihat Reana yang pelan melangkah sambil menunduk. Ardi langsung menyikut Nico. Nico diam, yang dilakukannya hanyalah menatap sendu pada Reana.

"Gimana perkembangan Reana ?" tanya Rommy tiba-tiba.

"Sulit, susah didekati" jawab Nico singkat.

"Jadi patah semangat nih ?" tanya Ardi meledek.

"Bukannya udah berpelukan di lorong kampus" ledek Ardi sambil berlagak seperti sedang berpelukan.

"Jadi cuma isu doang ?" tanya Ardi bertubi-tubi.

Nico cuma tersenyum kecil, teringat saat gadis itu menangis di pelukannya. Bahkan sepertinya tidak ada yang tau kalau Nico juga pernah mendekap Reana dalam pelukannya di perpustakaan.

Sudah dua kali gadis itu menangis di pelukanku, tapi sampai saat ini dia masih belum membuka hatinya, pikir Nico menatap sedih Reana.

Gadis itu berjalan menuju perpustakaan.

"Nggak nyamperin dia?" tanya Rommy.

"Entahlah, rasanya ingin, tapi selalu merasa takut kalau dia semakin menjauh" jawab Nico pelan tak bersemangat.

Rommy mengangguk mengerti, Nico pasti tak ingin mendesak Reana.

Dito datang tergesa-gesa, nafasnya tersengal-sengal. Dito mengambil kaleng minuman yang ada disisi Ardi, langsung menegaknya, tapi kecewa karena isinya telah tandas.

Dito memandang ketiga teman-temannya.

"Punyaku mana?" tanya Dito menuntut.

"Ketinggalan di kantin" ujar Ardi tertawa cekikikan.

"Teganya... teganya..." ujar Dito yang udah bela-belain lari menemui teman-temannya takut mereka kelamaan menunggu.

Rommy segera melempar minuman kaleng yang baru. Dito segera menangkap.

"Nah gitu dong, ini baru namanya teman sejati" ujar Dito dengan wajah ceria.

Dito melirik kearah Nico yang terlihat kalem. Pikiran Nico melayang entah kemana. Dito menggeser Ardi, duduk disamping sahabatnya itu. Tangannya melingkar dibahu Nico.

"Sobat mikirin apa ? ditolak mentah-mentah ? Reana itu, tipe gadis yang nggak mikirin pacaran, nggak mikirin cowok. Dia cuma mikirin hidup, kalau loe mau deketin dia bantu dia mengatasi masalah hidupnya" ucap Dito mendadak jadi psikiater.

Nico memandang Dito, Dito bicara seperti orang mabuk tapi ada benarnya juga. Ardi menyikut Dito.

"Gimana mo bantu, dideketin aja susah" ujar Ardi pada Dito.

"Samperin dia, saat dia lagi bersedih, disaat itu dia lemah, meskipun mulutnya berkata tidak, walaupun tangannya menolak, tapi hatinya ? nggak akan bisa menolak, kalau hatinya lelah, dia akan pasrah" ceramah Dito panjang lebar mendadak expert.

Nico teringat saat dia memeluk Reana, saat itu dia hanya ingin menghiburnya, meskipun awalnya Reana menolak tapi akhirnya dia pasrah, yang dikatakan Dito memang benar.

Nico akan membuat Reana menangis dipelukannya, tidak, Nico akan membuat Reana bahagia dipelukannya.

Nico bangkit dari tempat duduknya, melangkah meninggalkan teman-temannya.

"Tuh kan, dia jadi pergi, loe sih, ceramah mulu bikin bete tau" ujar Ardi menyalahkan Dito.

Nico menghentikan langkahnya, menoleh tersenyum pada teman-temannya. Rommy mengepalkan tinjunya memberi semangat. Nico tertawa lalu melangkah tergesa menuju perpustakaan.

Reana baru saja keluar dari perpustakaan, tepat dijalan yang mempertemukan mereka pertama kali. Keringat Reana mengalir di keningnya, wajahnya terlihat pucat, seperti belum makan seharian.

Nico seperti tersihir setiap kali memandang Reana. Reana mengelap keringatnya dengan ujung lengannya. Tiba-tiba tiga orang gadis menghadangnya, serentak mereka menyemprotkan minuman ke wajah Reana dan berlalu dengan pandangan sinis.

Nico kaget, buru-buru menghampiri Reana. Wajah, rambut dan sebagian baju gadis itu basah. Nico melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Reana.

Mata Reana menatap tajam pada Nico, melepaskan jaket Nico dan langsung mengembalikannya.

Dengan kedua tangannya gadis itu mengusap wajahnya yang basah dengan kasar, matanya masih menatap tajam kearah Nico. Tatapan yang menyalahkan Nico atas semua yang terjadi padanya.

Reana melangkah cepat meninggalkan Nico. Nico terdiam ditempatnya.

Kenapa ?

Kenapa Reana harus mengalami semua ini ?

Benarkah ini semua salahku ?

Haruskah aku menyerah ? jerit hati Nico.

Tidak, aku tidak mau menyerah, aku tidak boleh menyerah, batin nya menjerit.

Nico berlari mengejar Reana. Ardi, Rommy dan Dito menatap heran pada mereka. Reana telah jauh, pergi melangkah dengan tergesa-gesa. Dengan kondisi tubuh seperti itu, Reana ingin segera berlalu dari tempat itu.

Berjalan dengan langkah cepat menuju halte depan kampus. Mata gadis itu berkaca-kaca, setiap hari harus mengalami hal yang memalukan, setiap hari harus menghadapi orang-orang yang membencinya.

Semua ini terjadi sejak hari itu, semua ini terjadi karena kejadian itu, semua ini terjadi karena laki-laki itu, jerit hati Reana

Nico mengikuti Reana dari belakang, gadis itu merasa ada yang mengikutinya, berhenti melangkah dan menoleh kebelakang.

"Apa maumu, apa sekarang kau jadi penguntit? " tanya Reana, kesal bercampur sedih.

Nico diam, menghentikan langkahnya. Menatap gadis yang sekarang benar-benar terlihat membencinya.

"Tak bisakah kau membiarkan aku sendiri" ucap gadis itu lagi, hidungnya memerah, matanya berkaca-kaca.

Reana melangkah lagi, mencoba mengabaikan laki-laki itu, tapi Reana masih mendengar langkah kaki Nico.

"Berhenti mengikutiku" teriak Reana, saat mendapati Nico masih membuntutinya.

Langkah Nico kembali terhenti, namun laki-laki itu masih tetap diam. Sebenarnya dia ingin mengatakan sesuatu, ingin menghibur Reana seperti waktu itu.

Tapi entah mengapa, kali ini dia tidak tau harus memulai dari mana, tidak tau harus mengucapkan apa. Akhirnya yang dilakukannya hanyalah mengikuti Reana.

"Apa ingin mencari kesempatan lagi? " tuduh Reana, air mata gadis itu sudah tumpah.

Nico mendekat, ingin mengatakan sesuatu. Ingin menyangkal tuduhan itu. Tapi lidahnya kelu, hanya bisa menatap air mata itu. Nico kembali ingin mendekat, Reana berjalan mundur.

"Pergilah jangan mendekat, liat akibat perbuatanmu" jerit Reana masih menangis.

Reana berbalik dengan cepat, ingin segera meninggalkan tempat itu. Ingin berlalu dari hadapan laki-laki itu. Tapi tiba-tiba pandangannya kabur, trotoar yang diinjaknya terasa bergoyang. Reana tak kuasa mempertahankan keseimbangannya. Dunianya menjadi gelap.

Nico melihat Reana ambruk di trotoar, segera mendekati, memanggil-manggil nama gadis itu dengan panik. Namun gadis itu tak merespon sama sekali. Nico mengeluarkan ponsel dan menelpon ambulans.

Sudah lebih dari dua jam Reana terbaring di sebuah ruangan di rumah sakit. Sebentar-sebentar Nico bergerak mendekati hospital bed gadis itu. Menatapnya iba lalu kembali duduk di sofa bersama teman-temannya.

"Justru kita harusnya bersyukur, karena ada loe disaat dia jatuh pingsan" ucap Rommy pada Nico yang tak henti-henti menyalahkan dirinya.

Dito, Ardi dan Rommy langsung menyusul Nico begitu mendapat kabar Reana pingsan dan di bawa ke Rumah Sakit.

Nico kembali berdiri menatap Reana, ucapan Rommy seperti tidak ada artinya. Laki-laki itu seperti tidak mendengar apa-apa, pikirannya kosong hanya tertuju pada Reana.

Reana masih memejamkan matanya, Nico memandang wajah gadis itu dengan tatapan bersalah. Nico kembali menyesali perbuatannya yang mengikuti Reana. Ekspresi laki-laki itu masih menunjukkan wajah menyesalnya.

"Dokter bilang dia terkena dehidrasi karena stress, akulah yang menyebabkan dia mengalami stress" ucap Nico setelah diam sejak tadi.

Perasaan bersalah Nico tidak hanya karena dia mengikuti Reana. Namun karena kejadian-kejadian sebelumnya, dan semua kejadian itu terjadi karena ulahnya. Rentetan kejadian yang menimpa Reana semua diawali karena perbuatannya.

"Tapi bisa jadi karena dia belum makan dalam 6 jam terakhir ini, dokter juga bilang kalau kadar glukosa dalam tubuh Reana menurun, itu membuatnya lemas dan hilang kesadaran" jelas Rommy menenangkan perasaan Nico.

Ardi, Dito dan Rommy bergantian menghibur Nico. Mereka bersahabat dalam suka maupun duka. Rommy adalah orang yang pertama kali menyadari perasaan Nico terhadap Reana.

Sejak Nico akhirnya memutuskan mencium Reana, Rommy merasa curiga dan mulai mengamati sikap Nico terhadap Reana. Sahabatnya itu sama sekali tak bisa mengalihkan pandangannya setiap kali melihat Reana.

Nico memutuskan untuk menunggui Reana hingga dia bangun, kalau perlu selama Reana menjalani perawatan di RS ini. Sahabat-sahabatnya hanya bisa menyetujui keinginan Nico.

"Kalau kalian bosan, kalo kalian mau pulang, silahkan aja, gue nggak masalah disini sendirian" ujar Nico, tak enak hati menyusahkan teman-temannya.

"Siapa yang bosen, nggak lah, disini enak adem, banyak makanan lagi" ucap Ardi.

Laki-laki itu menikmati suasana santainya, tiduran di sofa sambil memakan roti yang dibelinya sendiri, bawa sendiri dan makan sendiri.

"Bahaya, anak gadis dikelilingi empat cowok" jawab Nico seenaknya.

"Gua nggak ikutan" jerit Dito yang juga rebah di sofa lain.

"Whuu... pengen ditinggal beduaan aja tuh" tuduh Ardi nyantai sambil mengunyah roti yang kedua.

"Justru itu yang bahaya" lanjut Ardi masih memamah biak.

Rommy tertawa.

"Tapi aneh juga ya, Reana kan kerja di restoran kenapa bisa kelaparan? " celutuk Ardi.

Nico tercenung, benar juga.

"Mungkin dia ditindas sama atasannya kali, disuruh kerja tapi nggak dikasi makan" pikir Dito.

"Nggak mungkinlah, kalau dia diperlakukan nggak adil, nggak mungkin Reana mati-matian membela restoran itu"

ucap Rommy membuka suara.

"Bener juga sich" ucap Ardi tanpa berpikir.

"Di restoran mana sih, apa kalian tau? tanya Nico.

Dito menggeleng, Ardi melambaikan tangan, Rommy diam saja.

"Kita nggak terlalu merhatiin videonya sich, kasian juga liat Reana" jawab Dito.

"Tapi bisa ditelusuri, liat seragam sama interior restoran, kalo loe emang mau tau, ntar kita cariin infonya" sahut Rommy.

"Tanya aja sama Rebecca" ungkap Ardi ringan.

"Nggak usah, nanti dia malah kesal trus cari ide lagi untuk mengganggu Reana, lagian apa mungkin dia mau ngasih tau begitu aja" jawab Rommy beralasan.

Nico terdiam mendengar percakapan teman-temannya.

"Pokoknya tenang aja dech, kami pasti bantuin loe" ucap Dito meyakinkan.

Nico tersenyum, hatinya senang, dia ingin tau lebih banyak tentang gadis itu. Setelah dipaksa pulang akhirnya Ardi, Dito dan Rommy memutuskan pulang.

Rommy yang memaksa, karena dia ingin memberi kesempatan pada Nico untuk berduaan saja dengan gadis pujaan hatinya.

"Ok, kami pulang dulu, tapi jangan khawatir lagi yach, Reana bukan lagi pingsan tapi cuma tidur.

Biar dia bisa istirahat total untuk mempercepat pemulihannya" ceramah Rommy agar Nico tidak perlu merasa khawatir lagi.

Nico mengangguk tersenyum, laki-laki itu merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang pengertian dan selalu mendukungnya.

"Thank's ya.. semua" ucap Nico berterima kasih.

Ardi, Dito dan Rommy melambaikan tangan, berjalan santai di lorong rumah sakit

...*****...

Terpopuler

Comments

dewi putriyanti

dewi putriyanti

semangat nicho...rebut hati reana

2021-08-08

2

Alitha Fransisca

Alitha Fransisca

Tq.. dukungannya..
Semangat ✊✊✊

2021-06-21

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!