BAB 4 ~ Kenapa Reana ~

Setengah berlari Reana menuju kelasnya, gadis itu ingin segera menemui Hasbi untuk berterima kasih atas titipan makanan tadi malam. Tapi sesampai di kelas dia tak menemukannya, kelas pun terlihat sepi.

"Kelas dibatalkan Re.., kamu nggak liat pesan di grup?" ucap mahasiswi itu sambil melangkah keluar kelas.

Reana menggeleng pelan. Tak ada yang tahu kalau Reana tidak memiliki ponsel.

"Hasbi, di mana Hasbi?" tanya Reana teringat akan tujuannya tadi.

"Entahlah, udah pulang kali" ucap gadis itu sambil berlalu di balik pintu.

Reana melangkah pelan, apa yang akan dilakukannya sekarang. Kuliah dibatalkan, selain kuliah pagi ini tidak ada jadwal kuliah lain. Dia juga tidak ingin segera pulang ke kost-an.

Apa ke perpus lagi? pikirnya dalam hati.

Pagi-pagi begini udah ke perpus? pikirnya lagi sambil melirik kertas-kertas yang menempel di papan pengumuman.

Reana mampir sebentar mencari info menarik atau pengumuman yang baru. Reana menghembuskan nafas berat setiap kali gadis itu membaca daftar penerima beasiswa, namanya tidak pernah muncul disana.

Tidak ada pilihan lain, perpustakaan adalah satu-satunya pilihan. Tak mungkin Reana nongkrong, yang ada malah bengong. Melangkah gontai Reana ke perpustakaan, melewati kantin kampus yang ramai mahasiswa sarapan pagi.

Kantin kampus yang bernuansa alam terbuka adalah lokasi nongkrong favorit anak-anak berduit. Bukan karena menunya mahal tapi cita rasa dan suasananya yang disukai mahasiswa kampus ini. Otomatis anak-anak orkay -- orang kaya -- menguasai kantin ini.

Hasbi keluar dari gedung Sekretariat, berjalan santai menuju teman-temannya yang masih nongkrong di DPRD.

"Hai Bi, kamu belum pulang? tadi Reana nyariin kamu lho" ucap seorang mahasiswi yang lagi duduk santai.

"Belum, aku abis dari Sekre" balasnya.

Hasbi menoleh ke sekelilingnya, kalau-kalau dia melihat Reana.

"Dimana dia?" tanya Hasbi.

"Nggak tau, pas datang langsung nyariin kamu, mungkin sekarang udah pulang" jawabnya lagi.

Hasbi berjalan menuju bangku yang masih kosong, kebetulan disana masih ada teman sekelasnya yang masih duduk-duduk. Sesekali matanya kesana kemari mencari Reana. Barangkali Reana masih ada di kampus.

Sebuah Motor Sport berjalan pelan didepannya. Seperti sedang mencari parkiran yang kosong. Otomatis mata mengikuti arah kemana motor itu pergi, baik cewek maupun cowok terpesona melihatnya. Mengkhayal bisa memilikinya atau sekedar menghenyakkan pantat di joknya.

Mengendarai motor seperti itu, tak peduli seperti apa tampang di balik helm itu. Cewek-cewek akan rela bertarung memperebutkannya. Namun, ini adalah motor Nico, Nico dan motor nya. Di bolak-balik sama saja, baik motor atau orangnya sama-sama gorgeous. Lebih dari sekedar beautiful.

Nico memarkirkan motornya, di dekat konco-konconya yang sengaja menunggu kedatangan Nico.

Nico meletakan helm full facenya di stang. Cewek-cewek yang kebetulan mengaktifkan kamera langsung mengarahkan ponselnya.

Momen Nico melepas helm adalah detik-detik terseksi yang memanjakan mata. Tampang model, bodi atlit dan gayanya yang so cool. Membuat cewek-cewek tak ragu menyimpan foto Nico di galeri ponselnya. Atau mungkin ada yang menjadikannya wallpaper.

Nico menghampiri teman-temannya.

"Kiss, kiss, kiss, muaach, muaach, muaach," ucap Ardi menggoda Nico, di antara mereka Ardi adalah yang paling bawel, mereka sangat sepakat akan hal itu.

"Ganti yang lain sih" ucap Nico.

"No, No, No" lagi-lagi Ardi beraksi sambil melambaikan jari telunjuknya.

Dito dan Rommy tertawa.

"Nyebelin amat sih loe" umpat Nico.

"Biarin.." balas Ardi.

"Restoran bintang lima ?" rayu Nico.

"Nggak" balas Ardi.

"Reservasi kamar hotel ?" ucap Nico menawar.

"Biasa" balas Ardi lagi.

"Tiga hari" ucap Nico dengan tawaran yang lebih meningkat.

"Bodo" ucap Ardi tak peduli.

"Ke Bali ?" rayu Nico.

"Boseeen" sahut Ardi.

"Luar negeri" coba Nico lagi

"Tak au'...."balas Ardi.

Nico kehabisan akal, negosiasinya gagal. Setiap kali kalah taruhan Nico selalu memilih hukuman yang bisa mereka nikmati bersama.

Nico duduk sambil terus mengusulkan ide baru, tapi tak ada satupun yang lolos sensor Ardi. Rommy senyam-senyum. Dito cuek, sibuk dengan ponselnya. Belum lama ini Dito berhasil berkenalan dan mendapatkan nomor ponsel anak SMA yang so cute.

Giliran Nico ketiban sial, gara-gara nggak berhasil menebak umur Taylor Swift. Tebakan Ardi paling mendekati, Rommy dan Dito lumayan, tebakan Nico yang asal membuat dia kalah taruhan.

Setelah mengingat, menimbang dan memutuskan. Akhirnya hukuman untuk Nico adalah mencium cewek kampus dan harus didokumentasikan melalui kamera ponsel.

Mengingat popularitas Nico yang tinggi di kampus, diperkirakan Nico dapat dengan mudah melaksanakan hukumannya. Kalau berani cium cewek di luar, salah-salah bisa diseret ke Rumah Sakit Jiwa.

Tapi Nico bukanlah tipe laki-laki yang sembarangan mencium perempuan. Satu-satunya perempuan yang dicium Nico hanyalah cinta pertamanya waktu di SMA. Pacar Nico yang menderita leukemia yang akhirnya menyerah meninggalkan dunia.

"Rebecca aja Nic" Rommy yang tak banyak bicara tiba-tiba memberi usul.

"Betul, betul, betul, Rebecca pasti ikhlas menerima ciuman dari loe" sambut Ardy sambil memonyongkan bibirnya.

Dito dan Rommy tertawa. Dito menyudahi urusan ponselnya, dia mulai tertarik dengan obrolan teman-temannya.

Rebecca, pikir Nico.

Gadis itu sepertinya memang tertarik padanya. Nico memang pernah PDKT sama Rebecca. Tapi hanya untuk seru-seruan.

Beberapa kali Rebecca menelpon Nico, meminta ditemani belanja, ke salon atau memintanya menjadi pasangan di sebuah pesta. Namun Nico selalu menolak dengan berbagai alasan. Itu adalah bukti bahwa perasaan Nico terhadap Rebecca tidaklah serius.

Di kampus, Nico juga tidak ingin orang-orang mengira bahwa mereka memiliki hubungan khusus. Mengingat semua itu, bukankah Rebecca adalah pilihan yang tepat. Nico tak ingin perbuatannya meninggalkan kesan yang mendalam bagi dirinya maupun Rebecca. Nico yakin, ciuman ini bukanlah ciuman pertama bagi Rebecca.

"Gimana?" tanya Dito yang menyukai usulan Rommy.

Rasanya ingin lari dari hukuman. Jika Nico bersikeras tidak mau melakukannya mungkin teman-temannya tidak akan berani memaksa. Tapi itu namanya tidak bertanggung jawab dan Nico bukanlah cowok pengecut.

"Ok, kita cari Rebecca" ucapnya sambil berdiri.

"Let's go" semangat 45 Ardi mengikuti Nico.

"Ingat ya" ucap Ardi sambil menggoyang-goyang ponselnya.

"Stop setelah mendengar kata 'CUT' " ucapnya meniru sutradara.

Nico menghembuskan nafas kesal. Sudah menjadi kesepakatan kalau Nico harus menjalani hukumannya dengan didokumentasikan melalui kamera ponsel. Ardi-pun memulai shootingnya. Mengikuti Nico yang melangkah tak tentu arah dengan wajah kesal. Dito dan Rommy mengikuti dari belakang.

"Di mana dia?" tanya Nico.

Laki-laki itu telah sepakat akan mencari Rebecca untuk membayar hukuman taruhannya.

Hukuman ke kanak-kanakan, menyebalkan, dasar tidak berperikemanusiaan, batin Nico.

Sesekali melirik pada Ardi dengan pandangan kesal, namun temannya yang satu itu terlihat cuek. Bahkan dengan riang melihat ekspresi muka kesal Nico. Tidak ada rasa takut pada kemarahan Nico. Tentu saja, karena Nico tidak bisa begitu marah pada teman-temannya.

Perasaan mereka sudah seperti saudara dan mereka sadar Nico adalah laki-laki yang tidak pendendam. Dia seorang laki-laki yang gentleman, berhati lembut dan sportif. Nico kembali menoleh ke arah teman-temannya berharap mereka putus asa mencari Rebecca dan menghentikan atau mengganti hukumannya.

"Kantin, coba liat di kantin" ucap Rommy mengingatkan.

Ternyata mereka tidak putus asa, mereka masih semangat mencari Rebecca. Satu-satunya yang tidak semangat adalah Nico, orang yang justru mendapat hukuman. Bukan karena apa-apa, hukuman itu terasa berat baginya.

Nico cs melangkah ke arah kantin, mencari Rebecca yang biasa nongkrong disana. Tapi tak kunjung terlihat. Mungkin karena pengunjung kantin yang cukup ramai. Akhirnya Nico memutuskan untuk keluar dari kantin.

Nico melangkah ke sisi yang lain, tentu saja masih diikuti oleh teman-temannya. Kamera ponsel masih merekam pencarian Nico. Ardi tertawa melihat ekspresi Nico dari balik kamera ponselnya. Nico terlihat kelimpungan, kesal, dan tak sabaran.

Tiba-tiba matanya terpaku pada sosok didepannya. Reana yang baru saja keluar dari perpustakaan, berjalan sambil menunduk. Berusaha memasukan buku yang baru saja dipinjamnya ke dalam ransel.

Reana yang memiliki senyum yang manis, Reana yang pipinya merona saat tertawa, Reana yang pemalu. Reana yang jago matematika, Reana yang...

"Reana" bisik Nico.

Reana menghentikan langkahnya, merasa ada yang menghadang jalannya, Reana mengangkat wajahnya.

Tiba-tiba Nico menangkup wajah Reana dengan kedua tangannya. Lalu menempelkan bibirnya ke bibir Reana. Mata Reana terbelalak, ransel dan bukunya terlepas jatuh dari tangannya, tubuh Reana membatu.

Di sisi lain Ardi, Dito dan Rommy terperangah, tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Ardi yang masih mengarahkan ponselnya ke arah Nico tak kunjung kembali kesadarannya, laki-laki itu bahkan ternganga.

Rommy yang sadar melirik ke arah Ardi. Mulut Ardi masih menganga lebar, kaku tak bisa mengeluarkan kata-kata. Rommy buru-buru menyikut Ardi. Namun Ardi tidak merespon sama sekali. Tanpa menunggu aba-aba lagi Rommy meneriakkan 'CUT'.

Nico menghentikan ciumannya, mundur dan berbalik meninggalkan Reana yang masih berdiri mematung. Pengunjung kantin heboh, sebagian besar dari mereka menyaksikan kejadian itu. Nico berjalan melewati teman-temannya. Ardi yang telah tersadar dari syok-nya segera berlari menghampiri Nico.

Banyak yang mengabadikan kejadian itu. Para gadis-gadis histeris, tak percaya dengan pandangan mereka pagi ini. Kejadian tadi adalah momen langka yang hanya sekali terjadi seumur hidup.

Bukan karena adegannya, tapi karena Nico. Karena pelakunya adalah Nico. Idola kampus itu telah melakukan sesuatu yang menggemparkan dunia para gadis.

"Kenapa Reana" teriak Ardi sambil merentangkan kedua tangannya meminta penjelasan.

Nico yang berjalan cepat tak mengacuhkan pertanyaan Ardi. Semua sahabatnya mengejar Nico hingga ke parkiran. Jangan ditanya kenapa Nico melakukan semua itu. Kerena dia sendiri tidak tahu apa yang merasuki pikiran hingga mampu merubah rencana mereka.

"Nic" panggil Dito.

"Nggak tau" teriak Nico gusar.

Laki-laki itu berjalan cepat sambil menggelengkan kepala. Segera memacu motornya dengan kencang meninggalkan kampus.

Kenapa Reana? kenapa dia muncul di situ? kenapa aku melakukannya? kenapa tidak ada yang melarangku? dan kenapa aku tidak bisa menahan diri? batin Nico sambil memukul stang motor sport-nya.

Reana yang baru tersadar dari syok-nya, berniat memungut ransel dan bukunya, ketika Rebecca dan teman-temannya berdiri mengelilinginya. Gadis itu urung berjongkok mengambil buku dan ranselnya.

"Berciuman di depan orang banyak, bukannya malu malah menikmati. Dasar tidak tahu malu" ucap Rebecca sinis.

"Dasar murahan" umpat gadis di samping Rebecca.

"Gampangan" hujat gadis yang satu lagi.

Air mata Reana mengalir tidak tertahankan, ucapan Rebecca dan teman-temannya sangat menyakitkan. Reana sendiri tidak menyangka kejadian ini akan menimpanya. Kenapa harus terjadi pada dirinya dan kenapa dia yang disalahkan.

Rebecca dan kawan-kawannya menghujat Reana, namun gadis itu hanya diam tak bisa berkata apa-apa. Gadis itu berdiri tertunduk, dadanya terasa perih mendengar hujatan dari teman-teman kelasnya sendiri.

Rebecca dan teman-temannya berlalu setelah menendang buku Reana yang tergeletak di lantai. Mereka pergi dengan tatapan mata yang tajam dan wajah yang sinis.

Reana mengambil buku dan ranselnya, melangkah dengan wajah yang murung. Reana kaget saat mendapati Hasbi yang tersandar di dinding sedang memandang kearahnya dengan tatapan yang tak bisa di mengerti.

Melihat ekspresi Hasbi, Reana tak bisa menahan rasa sedih, gadis itu berlari melewati Hasbi, sambil memegang ransel gadis itu menghapus air mata dengan punggung tangannya.

Kenapa aku diperlakukan seperti ini?

Apa salahku?

Kenapa dia melecehkanku?

Apa yang dipikirkan Hasbi tentangku?

Reana berlari secepat-cepatnya, hatinya bertanya-tanya.

Kembali teringat ucapan Rebecca dan teman-temannya, hatinya sungguh terasa sakit.

Teganya dia berkata seperti itu?

Bukan aku yang menginginkan ciuman itu?

Bukan aku yang ingin dicium?

Aku benci, aku benci laki-laki itu?

Reana berlari hingga halte, duduk sambil terisak-isak. Terbayang ekspresi Hasbi yang menatapnya dengan tatapan yang aneh.

Apa Hasbi juga memandangku sama seperti mereka? pandangan mata Hasbi terlihat berbeda, dia pasti berpikiran sama, dia juga pasti membenciku, dia juga pasti memandang rendah padaku, jerit hati Reana.

Sampai titik itu Reana menangis sejadi-jadinya. Tidak sanggup memikirkan Hasbi yang juga akan membencinya. Reana baru saja merasakan bahagia memiliki teman seperti Hasbi dan Alika.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Hera

Hera

syok yg jelas reana nya pastilah orang nganggep reana cewek apaan ya

2022-06-07

1

Siti Fajar Herlina

Siti Fajar Herlina

Jahad kamu Nic...

2022-03-23

1

Riza Maurul

Riza Maurul

tulisannya rapi, bahasanya bagus, aku suka aku suka

2022-03-21

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!