BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~

Entah sudah berapa lama Reana tidak menginjakkan kaki ditempat-tempat seperti ini, Mall. Satu-satunya rute perjalanan Reana hanyalah kost-an, kampus, restoran dan kembali ke kost-an.

Segitiga Bermuda-ku, hidupku tenggelam disitu, bisik Reana dalam hati.

Ingatan terakhir tentang mall adalah saat SMU, entah kenapa tiba-tiba teman-teman sekelasnya mengajak Reana jalan-jalan di mall.

Hanya untuk melihat-lihat, apa salahnya, pikir Reana.

Dan benar saja, Reana hanya bisa melihat-lihat sementara teman-temannya sibuk memilih barang-barang yang mereka inginkan. Sesekali mereka meminta pendapat Reana, hanya untuk basa-basi.

Reana hanya bisa memandang indahnya barang-barang yang mereka pilih. Gadis itu terbiasa hidup seadanya, memakai apa yang dia punya, tak terpikir untuk mencoba memiliki yang lain, yang baru atau yang sedang trend.

Perasaan memasuki elevator adalah perasaan yang sudah lama ditinggalkannya. Di kampus, Reana lebih memilih naik tangga ketimbang naik elevator. Bertemu dan berdekatan dengan banyak orang membuat gadis itu merasa tidak nyaman.

Reana merasa orang-orang melirik, melihat, atau memikirkan sesuatu tentang dirinya. Cara berpakaiannya, harga barang-barang yang melekat di tubuhnya, merk apa saja yang dipakainya atau apapun yang terlintas di kepala mereka. Dan elevator terasa bergerak sangat lambat.

Reana tersenyum canggung saat Nico memandang kearahnya. Mereka hanya berdua didalam elevator, Nico menyentuh jari kelingking gadis itu. Tersenyum menggoda Reana yang terlihat tegang.

Nico berjalan dengan santai, melihat ke kanan dan ke kiri. Banyak gadis-gadis yang melirik atau bahkan berani menggodanya. Nico menanggapinya dengan senyum.

Tak ketinggalan para SPG yang sengaja meninggalkan pekerjaannya hanya untuk bergosip membicarakan laki-laki tampan itu.

Mereka mungkin sudah terbiasa melakukannya. Setiap kali melihat laki-laki menarik perhatian, mereka akan langsung berkumpul membahasnya. Memberi nilai seberapa besar kadar ketampanannya.

Mungkin hanya itulah hiburan bagi mereka, disela-sela kesibukan dan rutinitas pekerjaan. Reana memandangi punggung Nico yang berjalan didepannya. Diiringi pandangan mata dari gadis-gadis berpakaian modis.

Reana memandang baju yang dikenakannya.

Apa tidak masalah, jika aku berjalan dengannya?

Apa tidak memalukan, berjalan dengan orang sepertiku?

Apa tidak sebaiknya, aku pergi saja?

Begitu banyak pertanyaan yang mengganggu pikiran Reana.

Langkah Reana melambat, kakinya terasa berat. Reana memandang Nico yang semakin menjauh. Terlintas di pikirannya untuk berbalik, namun ragu karena terlanjur berjanji untuk menemani.

Tapi Reana merasa tidak percaya diri berjalan disamping laki-laki itu. Menyadari Reana tidak ada di sampingnya, Nico menoleh kearah belakang dan tersenyum lega. Nico kembali menghampiri Reana.

"Langkahku terlalu cepat ya?" tanya Nico sambil meraih tangan Reana.

Reana ingin menarik tangannya, wajahnya merona merah. Tapi Nico justru memperketat genggaman tangannya. Laki-laki itu tertawa senang melihat rona merah di pipi gadis canggung itu.

Gadis itu mencoba menarik tangannya lagi, Nico melotot menarik tangan Reana hingga ke dada bidangnya. Reana berjalan sambil tertunduk pasrah. Tangannya masih dalam genggaman laki-laki itu.

Berpegangan tidaklah seburuk berciuman, batin Reana.

Gadis itu berusaha menenangkan hatinya, teringat apa yang pernah Nico lakukan dulu, di depan orang banyak. Dan sekarang Nico melakukannya lagi, kali ini menggenggam tangan Reana di depan orang banyak.

Apa kak Nico tidak merasa malu menggandeng tanganku ? menggandeng tangan gadis miskin seperti ku ? batin Reana, dadanya terasa pedih.

Namun Nico merasa bahagia melakukan itu, tak terlihat rasa malu di ekspresi wajahnya. Laki-laki itu justru mempererat genggaman tangannya, seperti menggenggam tangan anak kecil dan takut kehilangannya.

Sesekali mereka berhenti untuk melihat barang-barang yang menarik perhatian. Tanpa disadari Reana mulai merasa nyaman digenggam tangan hangat laki-laki tampan itu.

Tangannya, aku bisa merasakan kehangatan tangannya, batin Reana, hatinya merasa tenang.

Berciuman dan berpegangan, menimbulkan perasaan yang berbeda. Tak kusangka kehangatan tangannya bisa begitu menenangkan, bisik hati Reana.

Reana mengikuti langkah Nico. Bahkan saat Nico menelepon seseorang, laki-laki itu tak melepaskan genggaman tangannya sedikitpun.

Nico berhenti di sebuah salon kecantikan yang mewah. Seorang pria gemulai menyambut Nico dengan hangat. Melirik kearah Reana, tanpa bicara melentikkan telunjuknya ke wajah Reana.

Nico mengangguk sambil tersenyum, pria gemulai itu menyipitkan matanya, seperti mencari sesuatu di wajah Reana. Entah matanya berfungsi seperti scanner, bergerak naik turun mengikuti lekuk wajah gadis itu.

Gadis itu salah tingkah dibuatnya. Lalu pria itu mengajak Reana kedalam.

"Kamu disini dulu, aku ingin mencari sesuatu. Ikuti saja apa yang dikatakannya" ucap Nico sambil menunjuk laki-laki gemulai itu dan melepaskan genggaman tangannya.

Reana menggelengkan kepalanya tapi pria gemulai itu sudah terlanjur menarik tangannya dan membawanya ke sebuah ruangan. Reana kembali menengok kebelakang, Nico sudah meninggalkannya melangkah keluar dari salon itu.

Kenapa aku ditinggal sendiri, aku nggak mau disini sendirian, batin Reana ketakutan.

"Relaks aja non, jangan takut, disini salon langganan keluarga den Nico" ujar seorang wanita setengah baya melihat ekspresi Reana yang ketakutan.

Wajahnya lembut dan keibuan, tangannya lembut menyentuh wajah Reana.

"Kulitmu seperti kulit bayi, seperti tak tersentuh yang berbau kimiawi" ucap ibu itu meneliti.

"Non percaya sama den Nico kan? kalau begitu, percaya jugalah sama kami" lanjut ibu itu menenangkan Reana.

"Bu Wati, udah lama ya, den Nico nggak membawa gadis kesini?" tanya pegawai salon yang lain.

Wanita paruh baya yang bernama Bu Wati itu mengangguk.

"Cuma nona Angela, den Nico tidak pernah membawa gadis lain kesini selain nona Angela" jawab Bu Wati.

Reana hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Sepertinya mereka tidak bermaksud jahat dan mereka terlihat sudah akrab dengan Nico dan keluarganya.

Perasaan Reana sedikit tenang, gadis itu akhirnya pasrah mengikuti serangkaian perawatan kecantikan disana.

Bu Wati dan asistennya melaksanakan tugasnya, mulai dari creambath, facial, pedicure, madicure, makeup, dan semua istilah-istilah perawatan lainnya yang bahkan belum pernah Reana dengar.

Hingga akhirnya seorang gadis memilihkan sebuah gaun indah dan sepasang sepatu cantik untuk dikenakan Reana.

"Ayo dicoba mbak" ucap gadis itu lembut dan manis.

Reana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum canggung, mendapat perawatan kecantikan seperti ini saja sudah lebih dari cukup, gadis itu tak berharap diberi apapun lagi.

"Ayolah mbak, nanti den Nico marah sama kami" ucap gadis itu memohon.

"Ini memang perintah den Nico" ucap Bu Wati.

"Sayangkan, wajahnya udah cantik, rambutnya juga cantik, tapi tidak sesuai dengan pakaiannya" lanjut gadis lembut itu.

Reana memandang kearah cermin. Gadis itu seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Rambutnya yang biasa di kuncir sekarang tergerai, hitam, lembut bergelombang dengan model yang terlihat lebih modern.

Wajahnya juga terlihat segar bersinar, dengan sentuhan makeup natural, gadis itu terlihat sangat cantik. Sangat tidak sesuai dengan pakaian yang dikenakannya. Celana jins butut dan kemeja lengan panjang berwarna Salem polos yang digulung hingga ke siku.

Gadis lembut itu menarik tangan Reana menuju fitting room. Sambil membawa gaun berwarna peach dan sepatu jenis T- Straps.

Gadis itu memilih sepatu jenis ini karena haknya yang tidak terlalu tinggi. Mengingat Reana yang mungkin tidak terbiasa mengenakan high heels.

Strap yang melingkar di bagian pergelangan kaki dan membentuk huruf T, akan menonjolkan keindahan kaki Reana yang putih, warna peach lembut, senada dengan gaun yang dipilihnya.

Dalam fitting room, Reana memandang lama wajah dan gaunnya di cermin, dari atas hingga ke bawah. Benar-benar terlihat berbeda, Reana berubah drastis.

Untuk apa semua ini ? tanya Reana dalam hati.

Suara gadis lembut itu terdengar, menanyakan apakah Reana telah selesai mengenakan semuanya. Reana membuka tirai dan melangkah keluar. Disana sudah berdiri Bu Wati, gadis lembut itu dan... Nico.

Yang duduk disebuah sofa, menyilangkan kakinya. Sikunya bertumpu pada sandaran tangan, dengan dagu tertumpu pada ibu jarinya. Memandang lurus kearah Reana.

Gadis itu tak menyangka Nico sudah berada disana memandanginya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Reana risih, Reana salah tingkah, wajahnya menyemburkan rona kemerahan. Menambah cantik wajah gadis yang pemalu itu.

Reana memandang gaun yang dikenakannya, gaun ini terasa begitu terbuka. Gaun selutut itu memperlihatkan kaki putihnya. Kulit yang biasanya tak pernah tersentuh angin, atau terpapar sinar matahari. Karena selalu tertutupi celana jins yang setiap hari dikenakannya.

Reana merasa tak nyaman mengenakan gaun itu, apalagi melihat mata Nico yang tak berhenti menatapnya. Reana merasa tidak percaya diri.

Gadis itu menanyakan pakaian yang dipakainya tadi. Bu Wati menujuk ke dua buah shopping bag yang ada samping Nico. Satu untuk pakaian Reana dan satunya untuk ransel dan sepatunya.

Nico tersenyum lalu membawa shopping bag itu keluar. Reana terpaksa mengikuti, Nico mampir di kasir, mengeluarkan kartu kredit membayar semua tagihan.

Tak lupa dia berterima kasih pada Bu Wati, si gadis lembut dan tentu saja si pria gemulai. Semuanya mengangguk hormat padanya.

Nico kembali menggandeng tangan Reana, mengajaknya pergi dari salon itu. Tangan Reana yang dingin kembali dihangatkan oleh genggaman tangan laki-laki itu.

Nico tidak mengatakan apapun sejak Reana keluar dari fitting room. Hanya matanya yang berbinar dan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Reana menghentikan langkahnya. Langkah Nico pun terhenti lalu menoleh kearah gadis cantik itu.

"Untuk apa semua ini" tanya Reana, tadi tidak sempat menanyakannya karena Nico yang tiba-tiba meninggalkannya sendirian di salon mewah itu.

"Hadiah, karena menemaniku jalan-jalan" ucap Nico singkat.

Mata Reana memanas, hatinya terasa sakit, jika Nico merasa malu terhadap penampilannya tak perlu mengajaknya kemana-mana.

"Apa kakak malu dengan penampilanku?" tanya Reana menahan perasaan.

Nico heran lalu berjalan mendekati gadis itu.

"Kalau aku malu, aku tidak akan membawamu kesini, dan tidak akan menggandeng tanganmu didepan banyak orang" jawab Nico mencoba meyakinkan Reana.

"Kakak tidak perlu melakukan semua ini" ucap Reana pelan sambil merentangkan kedua tangannya melihat penampilan barunya.

Reana menatap Nico dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Saya sadar, saya nggak pantas jalan sama kak Nico, saya sadar, memalukan berjalan dengan orang seperti saya, tapi kak Nico nggak perlu merubah saya seperti ini, kak Nico cukup tinggalkan saya saja" ucap Reana ingin segera berlalu.

Meskipun tak ingin mendengar, tapi bisik-bisik dari para gadis yang membanding-bandingkan Nico dan Reana, sedikit banyak sampai juga ke telinganya.

Cowoknya ganteng, ceweknya udik.

Gak cocok.

Rugi amat itu cowok.

Jalan- jalan bawa pembantu, dan banyak lagi.

Reana hanya bisa menahan hati, rasanya ingin pergi tapi terlanjur bersedia menemani. Reana yakin Nico juga pasti mendengar bisik-bisik itu.

Pasti karena itu kak Nico melakukan semua ini, kak Nico malu dengan penampilanku, jerit hati Reana.

Nico meraih tangan Reana lalu menangkup wajah gadis itu.

"Aku tidak peduli seperti apapun penampilanmu, yang dulu ataupun yang sekarang, yang kulakukan hanyalah, ingin memanjakanmu" jawab Nico berusaha untuk menenangkan hati Reana, membelai lembut pipi gadis itu.

"Sejak awal aku nggak pernah merasa malu jalan denganmu, aku justru bahagia bisa bersamamu" ucap Nico mencoba meyakinkan Reana.

Reana menatap Nico, mencari kebenaran dari mata laki-laki itu.

Nico mendekatkan wajahnya, mencium lembut kening Reana, gadis itu memejamkan matanya, jantungnya berdebar-debar. Hangat dan lama, seakan-akan Nico ingin membuktikan semua ucapannya. Reana terlena.

Sekian lama akhirnya tersadar, Reana mundur dan melihat sekelilingnya. Segera Reana berjalan dengan cepat. Nico mengikuti dari belakang, laki-laki itu tersenyum melihat tingkah malu-malu gadis itu.

"Mau kemana nona Reana" ucap Nico sambil melongok dari samping kanan.

Langkah Reana terhenti.

"Nggak tau" ucapnya, wajahnya masih merona merah.

Gadis itu hanya ingin segera pergi dari situ, menjauh dari pandangan para SPG yang menatap mereka sambil berbisik-bisik.

"Bagaimana kalau kearah sana?" tanya Nico sambil menunjuk arah sebelah kiri.

Reana mengangguk, lalu melangkah ke sebelah kiri. Langkahnya terhenti, teringat sesuatu.

"Sini kak, biar saya yang bawa" ucap Reana mengulurkan tangannya hendak mengambil shopping bag dari tangan Nico.

"Ada-ada aja" ucap Nico menggeleng sambil kembali menggenggam tangan gadis itu. Berjalan bersama bergandeng tangan.

...*****...

Terpopuler

Comments

mariyatni

mariyatni

Nico,, kamu manis banget siiih

2022-10-26

1

✨viloki✨

✨viloki✨

Duh re kamu feeling insecure ya 😔

2022-06-05

1

Fi Fin

Fi Fin

Nico aku padamu 🥰🥰🥰

2021-10-07

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!