BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~

Tok.. tok.. tok..

Reana bersiap-siap untuk pulang ketika Hasbi, sang ketua kelas mengetuk meja kuliahnya. Hasbi tersenyum, Reana terkesima, baru kali ini ada orang yang menyapanya apalagi tersenyum padanya. Buru-buru Reana menunduk.

Hasbi menjabat sebagai Ketua Kelas sejak Semester I hingga sekarang. Posisinya tak pernah tergoyahkan, tak ada yang pantas menjadi ketua di kelas ini selain dia. Semua orang bilang Hasbi orang yang pengertian dan menyenangkan, terlebih lagi, gantengnya Hasbi tak kalah dibanding personel-personel boyband Korea.

"Ada apa?" tanya Reana pelan nyaris tak terdengar.

Hasbi duduk di bangku depan mengarah ke Reana sambil meletakkan beberapa lembar kertas di meja.

Reana mengamati lembaran kertas itu, tak mengerti apa maksud Hasbi meletakkan kertas-kertas itu dihadapannya.

"Besok Pak Prapto nggak bisa mengajar karena bertepatan dengan jadwal Medical Check Up beliau," jelas Hasbi melihat Reana yang kebingungan.

Pak Prapto memang sudah tua, mungkin harus teratur memeriksakan kesehatannya. Beliau adalah dosen senior di kampus ini, tak seorang pun yang berani membantah ucapannya.

Jangankan mahasiswa, para dosen pun hanya pasrah mendengar omongan sinisnya. Karena ucapan beliau meskipun nyelekit tapi selalu nyata kebenarannya.

Sebagian besar penghuni kampus ini mungkin berharap pak Prapto segera pensiun. Bahasa halusnya istirahat menikmati masa tua. Namun, semangat pak Prapto untuk mentransfer ilmunya tak pernah surut. Tinggal mahasiswa yang lemah dengkul saat berhadapan dengannya.

"Jadi beliau meminta kamu untuk mengajari kami," lanjut Hasbi.

"Haa..," ucap Reana kaget, matanya terbelalak.

Hasbi tersenyum melihat ekspresi polos Reana saat terkejut.

"Nggak ah, nggak, saya nggak bisa," ucap Reana panik sambil melambaikan kedua tangannya.

"Tenang dulu," ucap Hasbi.

"Kamu nggak harus ngajar seperti pak Prapto ngajarin kita, anggap aja seperti ngasih kursus atau seperti kamu bantuin temenmu yang belum mengerti," lanjut Hasbi.

Analogi Hasbi sama sekali nggak pas, siapa yang pernah minta bantuanku? pikir Reana.

Reana tak pernah berkomunikasi dengan siapapun di kampus ini. Tak pernah memiliki teman ataupun bicara dengan siapa pun. Bahkan Reana berpikir orang-orang mungkin tak bisa melihatnya.

"Saya nggak bisa bicara di depan kelas," akhirnya Reana mengungkapkan kesulitannya.

"Kami ini teman-temanmu, masa nggak mau sih, bantu kami membahas soal-soal ini?" tanya Hasbi mencoba merayu Reana.

Membayangkan dirinya berdiri di depan kelas dan semua mata tertuju padanya. Belum lagi mahasiswa-mahasiswa usil yang akan mengejek dan mengolok-oloknya. Reana menggelengkan kepalanya kuat, menghapus bayangan mengerikan itu.

"Anggap aja kami ini anak-anak SD yang ingin belajar sama kamu. Saya janji, kalau ada yang usil saya yang akan menegurnya langsung," ungkap Hasbi seperti bisa membaca pikiran Reana.

Reana terdiam bingung, setuju, nggak, setuju, nggak. Reana menghembuskan nafas panjang.

"Ada apa Bi?" tanya Alika yang tiba-tiba muncul dan langsung duduk di kursi kuliah kosong di samping Reana.

Alika, gadis cantik yang anggun, berasal dari keluarga kaya, a wise girl, sangat serasi menjadi pendamping Hasbi sebagai Wakil Ketua di kelas ini.

"Tadi saya dipanggil ke sekretariat, pak Prapto menitipkan pesan agar memberikan soal dan pembahasan ini buat Reana," lalu Hasbi menjelaskan panjang lebar tentang keberatan Reana.

"Wow, benarkah? " ucap Alika kagum.

"Jangan takut Re, jangan grogi. Anggap aja kami semua anak-anak SD," kata-kata Alika sama persis seperti ucapan Hasbi.

Reana terdiam namun tangannya bergerak mengambil lembaran kertas itu dan membolak-baliknya.

"Soal ini mirip dengan soal di papan tulis minggu lalu," ucapnya pelan.

"Ada sepuluh soal," sambung Hasbi.

"Tapi nggak wajib di bahas semua kok, seberapa bisanya kamu tapi yang penting anak-anak bisa mengerti, minggu depan mungkin diadakan quiz," jelas Hasbi mengulang instruksi dari Sekretariat kampus.

Reana menghembuskan nafas berat namun akhirnya menyetujui permintaan itu. Dukungan dari Hasbi dan Alika membuat Reana sedikit mendapatkan kekuatan.

Reana melangkah menuju perpustakaan, itulah yang biasa dilakukannya sehari-hari. Sambil menunggu jadwal kuliah selanjutnya atau menunggu jam masuk kerja di restoran. Reana tidak mau menyia-nyiakan ongkos bolak-balik kost-an dan kampus.

Berjam-jam menghabiskan waktu di perpustakaan akhirnya Reana beranjak meninggalkan kampus. Menuju restoran tempat dia bekerja paruh waktu. Perutnya yang sudah unjuk rasa mengajak untuk segera masuk ke dapur restoran.

Biasanya makanan yang tersisa diberikan kepada Reana untuk dibawa pulang. Manager restoran yang baik hati memberi kebijakan seperti itu, mengingat Reana adalah gadis miskin yang sedang menimba ilmu.

Tapi beberapa hari belakangan, jatah makanan tsb dialihkan ke mbak Nani, janda beranak dua yang baru bekerja di restoran itu. Kalau sisa makanannya banyak barulah Reana bisa kebagian.

Efeknya pagi ini Reana tidak sarapan. Reana memilih menahan lapar ketimbang menggunakan uang simpanannya untuk membeli sarapan.

Bukan pelit pada diri sendiri tapi semua terpaksa dilakukannya demi rasa sayangnya pada mamanya.

Reana tidak mau menyusahkan mamanya yang tinggal seorang diri karena ayahnya yang telah mendahului menghadap Yang Maha Kuasa.

Kehidupan yang sulit membuat Reana tertutup pada orang-orang disekitarnya. Hidupnya hanya terfokus untuk mencari biaya hidup dan kuliah. Beruntung karyawan restoran adalah orang-orang yang pengertian hingga mereka tetap bersikap baik dan sayang pada Reana.

Nico menambah laju kecepatan motornya. Seperti sedang shooting film action, tanpa ragu-ragu ia menyalip di tengah-tengah kepadatan lalu lintas.

Hari ini dia bertekad datang lebih cepat dari minggu lalu. Memikirkan mata kuliah satu ini membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kekuatan kursi keramat tidak cukup membuatnya tenang. Tapi niat Nico sepertinya tak direstui Tuhan. Kemacetan parah yang dialaminya tadi membuat Nico tak bisa berkutik.

Begitu terbebas dari jeratan macet, Nico langsung memacu motornya secepat mungkin, membuat jalan raya tak ubahnya sirkuit MotoGP.

Kenapa begitu sial setiap kali berurusan dengan mata kuliah ini, pikirnya sambil terus melaju memasuki gerbang kampus.

Telat lagi, bahkan lebih lambat dari minggu lalu, pikirnya sambil berlari menuju kelas pak Prapto.

Nico berhenti di pintu kelas, ingatan minggu lalu kembali terlintas.

Semoga saja cecunguk-cecunguk itu tidak lupa menyediakan bangku untukku di belakang, batin Nico.

Bersama-sama dengan sahabat di tengah pertempuran seperti ini akan membuat hatinya sedikit merasa lega.

"Hai..," sapa Dito santai saat melihat kepala Nico muncul di balik pintu.

Buru-buru Nico melihat jam tangannya.

Apa aku salah lihat jam? Atau jam ini rusak? Sebentar lagi jam kuliah di mulai tapi mahasiswa di kelas ini seperti tak berniat kuliah, batin Nico.

Ada yang bersandar di dinding sambil mengamati ponsel, ada yang cubit-cubitan, kejar-kejaran seperti anak SD. Bahkan Rebecca masih sibuk menatap cermin merapikan bulu matanya.

"Pak Prapto nggak masuk," ucap Dito melihat Nico yang berjalan ke arah mereka dengan wajah bingung.

Oow, pantas pada nyantai semua, pikir Nico.

Mana udah buru-buru, pikirnya lagi sambil tersenyum.

"Trus.. kita cabut nih?" ucap Nico pada teman-temannya seakan-akan mereka berkumpul hanya untuk menunggu Nico.

"Nggaklah, kuliah tetap jalan," ucap Ardi sambil memonyongkan mulutnya ke arah Reana.

Nico mengikuti arah Ardi, menatap gadis yang duduk sendirian di bangku deretan depan.

Apa hubungannya? pikir Nico.

"Dia yang ngajarin kita," lanjut Ardi

"Hah" ucap Nico kaget.

"Jangan hah, gua udah bela-belain bangun pagi buta biar dapat posisi aman. Eh taunya pak Prapto gak masuk," jelas Rommy.

Mereka bertiga ketawa serempak, si tampang cerdas ini terlihat cool saat kuliah minggu kemarin taunya keder juga.

Tawa mereka terhenti saat Ketua kelas maju ke depan. Meminta perhatian dari seluruh penghuni kelas. Menjelaskan keadaan sesungguhnya dan meminta Reana untuk memulai kuliah.

Reana berdiri ragu-ragu, melangkah pelan ke depan kelas, membalikkan badan ke arah mahasiswa dengan wajah yang masih tertunduk.

"Tolong ya," ucap Hasbi sambil menepuk bahu gadis itu.

Reana melirik kearah Alika, gadis kaya itu mengayunkan kepalan tangannya memberi semangat. Reana tersenyum dipaksakan, melirik Hasbi yang masih berdiri disebelahnya. Mengangguk pelan menunjukkan bahwa dia telah siap, setengah siap sebenarnya.

"Baiklah teman-teman dan kakak-kakak sekalian, kita mulai kuliah hari ini, ada yang ingin saya tekankan sebelumnya. Tolong tetap tertib, dan barang siapa yang dengan sengaja tidak mengikuti kuliah akan mendapat sangsi dari pak Prapto. Tetap semangat, kuliah ini akan terlihat hasilnya di quiz Analisa Numerik minggu depan, semoga kita bisa," ucap Hasbi lalu mengangguk sambil tersenyum pada Reana kemudian kembali ke tempat duduknya.

Reana mengambil alih perhatian kelas. Tenggorokannya mendadak kering, tapi dia mencoba untuk tetap tenang, menyembunyikan groginya.

"Teman-teman dan.. kakak-kakak sekalian.., pak Prapto.., menyediakan.., sepuluh soal.., untuk kita bahas," ucap Reana sambil mengacungkan lembaran kertas.

Suara gadis itu bergetar terbata-bata, tapi dia mencoba untuk tetap tenang. Di tempat duduknya, Hasbi memberi semangat seperti yang dilakukan Alika.

Mendengar banyaknya soal yang akan di bahas membuat kelas gaduh. Satu soal saja sudah membuat kepala pusing apalagi sebanyak itu.

"Tapi..., saya memutuskan..., untuk memilih tiga soal saja," ucap Reana ragu-ragu.

Harbi tercenung, Alika terbelalak.

Cuma tiga? Apa nggak terlalu sedikit? Apa yang Reana pikirkan? Nggak takut pak Prapto murka? batin mereka dalam hati.

"Satu soal untuk dibahas, satu soal untuk teman-teman kerjakan sendiri di sini dan satu soal lagi..., sebagai tugas di rumah," lanjut Reana mulai lancar.

"Tolong perhatikan dengan seksama, jika ada yang belum paham, jangan ragu untuk bertanya. Saya ingin, semua bisa mengerjakan soal ini saat pak Prapto mengadakan quiz nanti," ujar Reana memberi arahan.

Semua termangu membayangkan quiz minggu depan.

Reana menulis soal dan membahas dengan pelan dan jelas. Entah kenapa, para mahasiswa berangsur-angsur semangat bertanya.

Sebentar-sebentar mereka mengacungkan tangan, tak malu-malu lagi menanyakan darimana asal angka-angka yang ditulis Reana. Hasbi tersenyum melihat semangat kelas ini, Alika pun demikian.

Menaklukkan satu soal saja, berasa jadi ahli Matematika.

Wajah ceria para mahasiswa yang bertanya tanpa rasa takut dipermalukan atau takut ketahuan bego, membuat kelas ini memancarkan aura positif yang terpantul di wajah Reana.

Sesekali mahasiswa bercanda, Reana tersenyum, Reana tertawa. Semua tak lepas dari pandangan Nico.

Manis, senyumnya manis sekali, batinnya berbisik.

Wajahnya bening, matanya indah, lekukan wajahnya sempurna, batin Nico sambil menggelengkan kepala.

Kenapa aku berpikir aneh seperti ini. Apa ada yang salah dengan mataku? Kenapa hari ini Reana terlihat begitu cantik. Pasti ada yang salah dengan otak ini, pikir Nico.

Bukan, bukan otakku yang salah, Reana-lah yang salah, Reana-lah yang tak pernah tersenyum, Reana-lah yang selalu menunduk menyembunyikan kecantikannya, maki Nico dalam hati.

Nico mengusap wajahnya dengan kasar. Ardi heran memperhatikan sahabatnya.

"Napa loe, masih belum ngerti? Tanya aja," ucap Ardi, sahabatnya terlihat kusut, bukan wajahnya tapi pikirannya.

Nico menyipitkan matanya, bukan kuliah ini masalahnya, tapi Reana. Nico tidak bisa mengungkapkan itu pada Ardi, dia sendiri tidak tau bagaimana menjelaskannya.

Pembahasan soal telah selesai, tak ada lagi yang bertanya. Reana menulis satu soal lagi di papan tulis.

"Untuk soal ini, tolong dikerjakan sekarang juga, nanti akan saya beri nilai. Saya ingin tahu seberapa banyak mahasiswa yang paham pembahasan hari ini," ucapnya sambil tersenyum.

Reana benar-benar sudah bisa menguasai dirinya dan kelas ini. Walau kadang muncul rasa malu saat ada mahasiswa yang mencoba menggodanya.

Alika adalah orang pertama yang menyerahkan tugasnya. Reana yang duduk di meja dosen langsung mengoreksi saat itu juga. Reana tersenyum, Alika mendapat nilai sempurna, Alika berterima kasih dan kembali ke tempat duduknya.

Tentu saja Alika orang pertama, Alika yang juara kelas berturut-turut. Dia juga tak mau kalah dengan mata kuliah yang satu ini.

Satu per satu mahasiswa menyerahkan tugasnya, Reana mengoreksi dan menjelaskan secara langsung dimana letak kesalahannya. Kebanyakan dari mereka mengangguk mengerti.

Tak lupa Reana mencatat nama dan nilai yang mereka peroleh di secarik kertas. Sebagai bahan evaluasi baginya, dia juga ingin tahu seberapa berhasil dia menjalankan tugas dari pak Prapto.

Di menit-menit terakhir jam kuliah habis, Reana menulis soal untuk dikerjakan di rumah. Semua semangat mencatat di buku tugas. Reana berpesan untuk selalu mengulang pelajaran di rumah.

Tak lupa dia berterima kasih pada seluruh mahasiswa yang telah mendukungnya. Berterima kasih karena selama kuliah berlangsung, tak ada masalah yang berarti. Seperti yang ditakutkannya selama ini.

Satu persatu mahasiswa bergerak pulang. Reana masih duduk di meja dosen mengamati daftar nama dan nilainya. Hasbi menghampiri.

"Makasih ya,"ucap Hasbi sambil tersenyum.

"Kenapa harus berterimakasih?" tanya Reana meski pelan, sekarang gadis itu sudah mulai rajin bicara, biasanya pertanyaan apapun hanya tenggelam di otaknya.

"Ya haruslah, karena sudah membantuku menjalankan amanah pak Prapto," ucap Hasbi sambil meraih kertas di tangan Reana.

"Berapa orang yang berhasil?" tanyanya lagi.

"Lebih dari setengah yang mendapat nilai seratus," balas Reana.

"Wow, benarkah? Hebat, kamu berhasil membuat mereka paham," sahut Hasbi kagum.

"Mudahan-mudahan minggu depan mereka tidak lupa lagi," ucap Reana khawatir.

"Makanya kamu memberi tugas rumah?" tanya Hasbi.

Reana mengangguk.

"Gimana?" tanya Alika tiba-tiba.

"Lebih dari setengah yang mendapat nilai seratus," jawab Hasbi

"Wow, kalau gitu, harus dirayain nih," ucap Alika penuh semangat.

Hasbi mengangguk, minta persetujuan Reana.

"Nggak ah, kalian berdua aja yang rayain," jawab Reana.

"Saya harus segera pulang," sambungnya sambil bergerak mengambil ransel dan beranjak pergi.

Di depan pintu dia berbalik.

"Trimakasih, Trimakasih untuk segalanya," ucap Reana, sambil melambaikan tangan dan menghilang di balik pintu.

"Anak yang aneh," ucap Alika

"Tapi baik," sambung Hasbi.

"Menurutmu kenapa pak Prapto memilih Reana? Apa nggak ada mahasiswa lain yang bisa?" tanya Alika.

"Emang siapa lagi yang bisa? Apa kemaren jawabanmu sama dengan jawaban Reana?" tanya Hasbi penasaran.

"Nggak," sahut Alika.

"Huuu, untung aja namamu nggak dipanggil, kalau nggak, kemaren udah jadi model di pojok sana," olok Hasbi sambil mengusap kepala Alika.

Mereka saling pandang lalu tertawa.

...~ Bersambung ~...

Terpopuler

Comments

Kinky Can

Kinky Can

👍

2024-02-12

2

TDT Angreni

TDT Angreni

awalan cerita yang bagus.

2023-08-29

0

Nila

Nila

seru juga

2022-06-04

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!