BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~

Nico tak bisa memejamkan matanya, sebentar-sebentar laki-laki duduk lalu mencoba tidur, lalu duduk lagi, lalu mencoba untuk tidur lagi. Tapi tetap saja matanya tak bisa terpejam.

Setiap kali mengingat Reana sendirian di rumah sakit. Dia langsung membuka matanya dan terduduk. Akhirnya dia memilih duduk sendiri di balkon apartemennya. Memandang langit berbintang.

Apa Reana akan mengusirku lagi, aku sungguh ingin melihat keadaannya, bisik Nico dalam hati.

Ini adalah malam kedua Reana menginap di rumah sakit. Sebelum dan sesudah kuliah Nico pasti mengunjungi rumah sakit, namun tak pernah berani menemui gadis itu, dia hanya duduk di bangku taman rumah sakit.

Meskipun mengarah kesamping namun dari situ Nico bisa memandang jendela ruangan rawat inap Reana.

Nico menoleh ke jam dinding apartemennya, jam 20.10.

Pantas saja aku tidak bisa tidur, biasanya jam sebelas atau tengah malam baru mulai tertidur, pikir Nico.

Tapi karena pikirannya yang tak lepas dari Reana membuat otaknya buntu. Teman-teman yang mengajak nongkrong pun di tolak begitu saja, apa pun tugas kuliah yang dikerjakannya tak ada yang selesai.

Suasana hatinya begitu buruk, sehingga akhirnya memilih untuk tidur, tapi tetap saja tak bisa membuatnya terlelap.

Hasilnya Nico sudah berada di atas motornya, memasuki parkiran rumah sakit besar yang buka 24 jam. Seperti sebelumnya, Nico kembali duduk dibangku taman langganannya.

Ini adalah jarak terdekat antara aku dan Reana, pikir Nico sambil memandang kearah jendela itu.

Apa kabarnya, apa sekarang dia sudah lebih baik ?

Apa aku boleh menemuinya ?

Apa dia masih membenciku ?

tanya Nico dalam hati.

Nico menghembuskan nafas berat, semua jawaban itu tak bisa di jawabnya. Laki-laki itu sungguh-sungguh ingin menemui Reana, namun takut membayangkan gadis itu akan menolak kehadirannya.

Reana yang sejak kemarin sore tak melihat Nico, merasa kalau Nico benar-benar tersinggung oleh ucapannya. Seharian Reana hanya termenung diatas hospital bed, setiap kali ada kunjungan dokter dia akan bertanya kapan dia bisa pulang.

Namun dokter selalu berkata kondisi Reana belum begitu stabil. Setiap saat bisa kembali lemah, ditambah Reana seperti tidak nafsu makan. Dokter memberikan resep penambah nafsu makan agar nafsu makan gadis itu kembali normal dan nutrisi gadis itu bisa tercukupi.

Karena petugas pengantar makanan rumah sakit sering mendapati nampan makanan Reana selalu bersisa banyak. Bahkan petugas itu pernah menanyakan pada Reana alasan gadis itu tidak pernah menghabiskan makanannya.

Gadis itu hanya bisa menjawab bahwa dia tidak bernafsu untuk makan. Gadis itu meminta maaf karena tak bisa menghabiskan makanan yang disediakan petugas itu.

Petugas itu tertawa lalu bertanya apakah Reana menginginkan menu tertentu yang ingin dimakannya, tapi gadis itu merasa tidak menginginkan apapun sehingga akhirnya petugas itu memutuskan untuk menyampaikan kesulitan gadis itu pada dokter yang bertanggungjawab menangani pasiennya ini.

Selain memberi resep penambah nafsu makan, dokter menyarankan Reana untuk memaksakan diri untuk makan, karena makanan yang disediakan rumah sakit adalah makanan yang telah disarankan oleh ahli gizi karena mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien.

Namun suasana hati Reana yang buruk lah yang membuat gadis itu kehilangan nafsu makan. Sulit baginya untuk memaksakan.

Sejak menolak disuapi Nico, gadis itu merasa menyesal, bukan karena menolak makanannya tapi karena gadis itu menyesal mengucapkan kata-kata yang membuat hati laki-laki itu terluka dan pergi tanpa mengucapkan kata-kata. Dan makan malam hari inipun masih belum disentuhnya.

Yang dilakukan gadis itu sehari-hari hanya termenung atau menangis diatas ranjang rumah sakit sambil bertumpu kedua lututnya. Kadang gadis itu berharap Nico akan muncul dihadapannya hingga dia mendapat kesempatan untuk meminta maaf.

Jam 20.37 Nico masih menatap lurus ke jendela ruangan rawat inap Reana.

Aku sangat ingin melihatnya, aku sangat ingin melihat wajahnya, Tuhan biarkan aku melihatnya malam ini, do'a Nico dalam hati.

Reana yang masih duduk termenung di hospital bed, melirik kearah makanan disampingnya. Entah kenapa aroma makanan itu justru membuatnya hilang nafsu makan. Padahal jika dalam keadaan sehat, Reana sudah pasti menyukai aroma itu dan langsung memakannya dengan lahap.

Aroma makanan itu kembali tercium, Reana memalingkan wajahnya ke jendela, perlahan gadis itu melangkah menuju jendela dan membukanya, menghirup udara malam yang terasa lebih menyegarkan.

Nico yang masih menatap ke jendela ruangan Reana terkejut, hingga tak sadar berdiri dari bangkunya.

Tersenyum senang, saking senangnya dia berjalan kearah dimana dia bisa melihat Reana dengan lebih jelas.

Dibalik sebuah pohon Nico memperhatikan Reana yang sedang menghirup udara segar sambil memandangi bintang-bintang.

Tuhan telah mengabulkan do'aku. Terimakasih ya Tuhan, terimakasih, bisik Nico dalam hati sambil tersenyum riang.

Ponsel Nico bergetar, segera laki-laki itu melihat pesan yang masuk. Ternyata Rommy mengirimnya sebuah alamat, alamat restoran tempat Reana bekerja. Nico tersenyum girang, akhirnya dia mengetahui dimana Reana bekerja.

Masuklah Reana, jangan kelamaan terkena angin malam, ucap Nico pelan.

Seperti mendengar ucapan Nico, Reana mundur dan menutup kembali jendelanya. Nico tersenyum senang, bergegas dia pergi menuju parkiran motornya. Dan melaju dengan kencang ke alamat yang baru diterimanya.

Nico melongok kedalam restoran, tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah cukup malam, seorang pelayan menanyakan apakah dia sudah reservasi atau belum.

"Saya mau tanya apakah disini ada pelayan yang bernama Reana?" tanya Nico untuk meyakinkan kebenaran informasi dari Rommy.

"Kak Reana?" pelayan itu justru bertanya balik.

"Dia... dia...?" agak bingung gadis itu menjawab.

"Reana memang bekerja disini tapi dua hari ini tidak masuk kerja, kami tidak bisa menghubunginya, karena Reana tidak memiliki ponsel" jawab seorang bapak muda yang terlihat seperti seorang Manager Restoran.

"Reana masuk rumah sakit" ucap Nico cepat, setelah yakin dia tidak salah tempat.

Bapak dan gadis pelayan itu terkaget, si gadis pelayan langsung berlari kebelakang. Nico akhirnya dipersilahkan duduk oleh Manager Restoran, beliau ingin penjelasan lebih lanjut.

Setelah mengenalkan diri, Nico mulai menjelaskan situasi Reana, tak lama kemudian seorang ibu-ibu juga datang menanyainya. Pak manager memutuskan untuk menyuruh ibu itu dan gadis pelayan untuk menjenguk Reana keesokan harinya.

Nico sangat senang dengan respon orang-orang di restoran itu, hatinya tenang, sekarang Reana tidak akan kesepian lagi diruangan, ada orang yang peduli padanya akan datang menjenguk.

Nico kembali ke apartemennya, merebahkan badannya dengan senyum yang mengambang di bibirnya.

Hari ini benar-benar indah, bisa memandang Reana, dan menemukan teman kerjanya, ucap Nico bahagia sambil menendang-nendang selimutnya, setelah menunggu sesaat Nico pun akhirnya tertidur pulas.

Keesokan harinya, Bu Shinta dan Nella datang menjenguk, Reana yang masih termenung, kaget melihat kedatangan mereka. Nella langsung menceritakan tentang kedatangan Nico ke restoran.

"Cowok itu siapa kak? ganteng banget, pacar kakak ya?" tanya Nella penuh semangat.

"Ah enggak kok, dia cuma kakak kelas" jawab Reana tersipu.

"Yu-hu.. ada kesempatan nih" teriak Nella sambil melompat.

"Jangan senang dulu, itu kan pendapat Reana, tapi kalau cowok itu merasa dirinya pacar Reana gimana?" ucap Bu Shinta, mengubur khayalan Nella.

"Aah.. ibu nggak cs nih" ujar Nella dengan wajah cemberut yang dibuat-buat.

"Bukannya nggak cs, tapi coba pikir, malam-malam dia belain datang ke restoran untuk mengabarkan Reana di rumah sakit. Apa kakak kelas biasa melakukan hal itu ? Ibu nggak mau dengar rengekan mu lagi, kalau udah patah hati" lanjut Bu Shinta sambil mencubit pipi gadis itu .

Reana tercenung mendengar cerita bu Shinta.

Kak Nico datang ke restoran ? benarkah ? apa dia tidak marah lagi padaku ? bisik hati Reana.

"Bu Shinta liat kak Reana, senyum-senyum sendiri" ucap Nella.

Bu Shinta tertawa, Reana langsung tertunduk malu, terbiasa sendiri di ruangan membuat Reana suka berpikir sendiri, sedih sendiri dan sekarang senyum sendiri.

"Huuu... dasar, ngakunya cuma kakak kelas, tapi dapat perhatian begitu langsung senyum-senyum sendiri" candaan Nella.

Reana langsung memplototi gadis itu, Nella tertawa sambil memandang seluruh ruangan.

"Tapi kak, kami benar-benar nggak nyangka, kak Reana ngambil ruangan kayak gini, kayak di hotel ya bu, kalau nggak liat papan bertuliskan nama kak Reana diluar, kami nggak mungkin percaya" ucap Nella sambil melongok kesana kemari, kamar mandi, lemari, jendela, kulkas, hingga akhirnya merebahkan diri di sofa mewah itu.

"Emang kamu pernah liat kamar hotel" pancing Bu Shinta.

"Nggak sih bu, tapi kan kita suka liat promo-promo wisata gitu" jawab Nella lagi.

"Ya, ruangan seperti ini biasanya dijadikan tempat istirahat orang-orang kaya yang sedang ada masalah kesehatan" cerita Bu Shinta.

"Kenapa kak ? apa ruangan lain udah penuh ?" tanya Nella lagi.

"Nell, Reana sedang pingsan saat itu, jadi mana sadar dia di tempatkan disini" jawab Bu Shinta.

"Apa Nico yang mengambil ruangan ini untukmu ? biayanya akan besar Reana" ucap Bu Shinta sambil melihat sekeliling ruangan.

Reana terdiam, Bu Shinta merasa tak enak hati sudah membuat risau gadis ini.

"Tapi tenang lah, ibu akan coba mengajukan bantuan biaya dari restoran" ucap Bu Shinta semangat lagi.

"Tapi saya kan cuma pekerja paruh waktu Bu?" tanya Reana sambil mengingatkan Bu Shinta.

"Yah... mungkin tidak full, dapat sedikit lumayanlah, dan lagi, kita-kita karyawan restoran juga bisa patungan kan" ide Bu Shinta.

"Nggak usah Bu, saya merasa nggak enak, restoran sepi, saya nggak mau membebani restoran lagi" ucap Reana.

"Sudah jangan dipikirin, ada anggaran untuk itu, tenang aja, tapi seperti yang ibu bilang, mungkin nggak bisa full jadi kamu terpaksa memakai tabunganmu juga" ujar Bu Shinta lagi.

Reana kembali tercenung, wajahnya kembali murung.

"Kenapa bisa sakit sih nak ? ibu selalu bilang jangan telat makan, jangan lupa istirahat, jangan terlalu banyak pikiran, bahkan pak Gunawan berpesan seperti itu padamu kan ?" ucap Bu Shinta menasehati.

Mata Reana langsung berkaca-kaca. Bu Shinta langsung mendekati Reana duduk disampingnya sambil merangkul gadis itu. Ada rasa menyesal mengucapkan nasehat itu di kala Reana sedang sakit.

"Makanya kak jangan lama-lama sakitnya" usul Nella.

"Kalau bisa saya juga ingin cepat keluar Nell" jawab Reana pelan suaranya terdengar serak.

"Makanya makan yang banyak, habiskan semua sampai bersih, jadi mereka akan menilai bahwa kak Reana udah sehat" cerita Nella.

"Kok bisa begitu?" tanya Bu Shinta.

"Ya Bu, pengalaman pribadi ini, waktu adek Nella sakit, gara-gara Nella ngabisin makanannya terus jadi dibilang udah sehat. Makan yang tersisa itu jadi bahan laporan juga bu. Salah satu tanda orang masih sakit kan nggak nafsu makan" jelas Nella panjang lebar.

"Masuk akal juga" ujar Bu Shinta.

"Kalau begitu saya akan makan yang banyak Bu, Nell, biar cepat sehat" jawab Reana masih berkaca-kaca.

"Kamu udah merasa sehat belum ? jangan memaksakan diri, makan ya boleh, tapi jangan menipu dokter dan berpura-pura sehat" tanya Bu Shinta.

"Udah bu, saya merasa udah baikan kok" jawab Reana.

"Kalau memang nanti kamu dibolehkan pulang, telepon restoran atau ibu, biar kami jemput, ya" ujar Bu Shinta.

"Baik bu terima kasih" ucap Reana, sambil melirik barang-barang nya yang ada di ruangan ini, ransel kuliah, serta baju terakhir nya, karena selama dirumah sakit Reana hanya mengenakan baju rumah sakit.

...*****...

Terpopuler

Comments

Sri Hartini

Sri Hartini

niko semangat kai pasti bisa

2022-01-19

1

dewi putriyanti

dewi putriyanti

ayo nicho, jgn patah semangat.

2021-08-08

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2 BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3 BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4 BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5 BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6 BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7 BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8 BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9 BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10 BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11 BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12 BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13 BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14 BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15 BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16 BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17 BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18 BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19 BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20 BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21 BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22 BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23 BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24 BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25 BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26 BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27 BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28 BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29 BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30 BAB 30 ~ Cemburu ~
31 BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32 BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33 BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34 BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35 BAB 35 ~ Keputusan ~
36 BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37 BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38 BAB 38 ~ Perpisahan ~
39 BAB 39 ~ Persiapan ~
40 BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41 BAB 41 ~ Melepasmu ~
42 BAB 42 ~ Kesepian ~
43 BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44 BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45 BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46 BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47 BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48 BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49 BAB 49 S2 ~ Putus ~
50 BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51 BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52 BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53 BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54 BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55 BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56 BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57 BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58 BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59 BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60 BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61 BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62 BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63 BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64 BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65 BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66 BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67 BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68 BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69 BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70 BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71 BAB 71 S2 ~ Datang ~
72 BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73 BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74 BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75 BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76 BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77 BAB 77 S2 ~ Membela ~
78 BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79 BAB 79 ~ Berunding ~
80 BAB 80 ~ Berhasil ~
81 BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82 BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83 BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84 BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85 BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86 BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87 BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88 BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89 BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90 BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91 BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92 BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93 BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94 BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95 BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96 BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97 BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98 BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99 BAB 99 S2 ~ Calon ~
100 BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101 BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102 BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103 BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104 BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105 BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106 BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107 BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108 BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109 BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110 BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111 BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112 BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113 BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114 BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115 BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116 BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117 BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118 BAB 118 ~ Sepakat ~
119 BAB 119 ~ Diam ~
120 BAB 120 ~ Angela Baru ~
121 BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122 BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123 BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124 BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125 BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126 BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127 BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128 BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129 BAB 129 ~ Datang ~
130 BAB 130 ~ Kembali ~
131 BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132 BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133 BAB 133 ~ Persaingan ~
134 BAB 134 ~ Berakhir ~
135 BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136 BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137 BAB 137 ~ Balas Budi ~
138 BAB 138 ~ Menyesal ~
139 BAB 139 ~ Reana Forever ~
140 BAB 140 ~ Nostalgia ~
141 BAB 141 ~ Hampir ~
142 BAB 142 ~ Psycho ~
143 BAB 143 ~ Menjaga ~
144 BAB 144 ~ Pilihan ~
145 BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146 BAB 146 ~ Selamat ~
147 BAB 147 ~ Pergi ~
148 BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149 BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150 BAB 150 ~ Menyusul ~
151 BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152 BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153 BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154 BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155 BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156 BAB 156 ~ Demi Reana ~
157 BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158 BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159 BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160 BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161 BAB 161 ~ Terbongkar ~
162 BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163 BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164 BAB 164 ~ Beristirahat ~
165 BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166 BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167 BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168 BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169 BAB 169 ~ Nostalgia ~
170 BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171 BAB 171 ~ Iri ~
172 BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173 BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174 BAB 174 ~ Berpisah ~
175 BAB 175 ~ Putus ~
176 BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177 BAB 177 ~ Melindungi ~
178 BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179 BAB 179 ~ Batal ~
180 BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181 BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182 BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183 BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184 BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185 BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186 BAB 186 ~ Sadar ~
187 BAB 187 ~ Berpisah ~
188 BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189 BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190 BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191 BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192 BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193 BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194 BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195 BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196 BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197 BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198 BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199 BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~
Episodes

Updated 199 Episodes

1
BAB 1 ~ Gadis Biasa ~
2
BAB 2 ~ Bukan Dosen Biasa ~
3
BAB 3 ~ Momen Bersama ~
4
BAB 4 ~ Kenapa Reana ~
5
BAB 5 ~ Sendiri Lagi ~
6
BAB 6 ~ Biarkan Kusendiri ~
7
BAB 7 ~ Bahagia Bersamamu ~
8
BAB 8 ~ Dalam Dekapanmu ~
9
BAB 9 ~ Kenangan yang Terlupakan ~
10
BAB 10 ~ Masalah yang Melelahkan ~
11
BAB 11 ~ Penjaga Hati ~
12
BAB 12 ~ Tamu Istimewa ~
13
BAB 13 ~ Hilang Kesadaran ~
14
BAB 14 ~ Selamanya Menjagamu ~
15
BAB 15 ~ Selalu Merindukanmu ~
16
BAB 16 ~ Tak Ada yang Ketiga ~
17
BAB 17 ~ Bukan Siapa Siapa ~
18
BAB 18 ~ Tolonglah... Aku ~
19
BAB 19 ~ Hanya Ingin Memanjakanmu ~
20
BAB 20 ~ Glass Shoes ~
21
BAB 21 ~ Mengejarmu ~
22
BAB 22 ~ Percaya Padamu ~
23
BAB 23 ~ Membawamu Bersamaku ~
24
BAB 24 ~ Cinta Pertama ~
25
BAB 25 ~ Memelukmu Erat ~
26
BAB 26 ~ Tak Ingin Mengalah Lagi ~
27
BAB 27 ~ Kembali Seperti Dulu ~
28
BAB 28 ~ Penyerahan Diri ~
29
BAB 29 ~ Kepergianmu ~
30
BAB 30 ~ Cemburu ~
31
BAB 31 ~ Godaan Kedua ~
32
BAB 32 ~ Beri Aku Kesempatan ~
33
BAB 33 ~ Aku harus Pergi ~
34
BAB 34 ~ Jauh Darimu ~
35
BAB 35 ~ Keputusan ~
36
BAB 36 ~ Kembali Bersamamu ~
37
BAB 37 ~ Memberi Untuk Memiliki ~
38
BAB 38 ~ Perpisahan ~
39
BAB 39 ~ Persiapan ~
40
BAB 40 ~ Menjelang Konferensi Pers ~
41
BAB 41 ~ Melepasmu ~
42
BAB 42 ~ Kesepian ~
43
BAB 43 ~ Menjelang Pernikahan ~
44
BAB 44 ~ Hari Pernikahan ~
45
BAB 45 ~ Peristiwa di Hari H ~
46
BAB 46 ~ Menentukan Arah ~
47
BAB 47 ~ Kesempatan Baru ~
48
BAB 48 ~ Aku, Apa Adanya ~
49
BAB 49 S2 ~ Putus ~
50
BAB 50 S2 ~ Melamar ~
51
BAB 51 S2 ~ Di Hotel ~
52
BAB 52 S2 ~ Minta Izin ~
53
BAB 53 S2 ~ Di Apartemen ~
54
BAB 54 S2 ~ Menerkam ~
55
BAB 55 S2 ~ Telah Lepas ~
56
BAB 56 S2 ~ Ikatan Cinta Sebenarnya ~
57
BAB 57 S2 ~ Persiapan ~
58
BAB 58 S2 ~ Serasi ~
59
BAB 59 S2 ~ Perjalanan ~
60
BAB 60 S2 ~ Mengalah ~
61
BAB 61 S2 ~ Mendengar ~
62
BAB 62 S2 ~ Berhadapan ~
63
BAB 63 S2 ~ Ganjalan ~
64
BAB 64 S2 ~ Ditetapkan ~
65
BAB 65 S2 ~ Setuju ~
66
BAB 66 S2 ~ Di New York ~
67
BAB 67 S2 ~ Ingin Bertemu ~
68
BAB 68 S2 ~ The Wedding ~
69
BAB 69 S2 ~ Bukan Mimpi ~
70
BAB 70 S2 ~ Pulang ~
71
BAB 71 S2 ~ Datang ~
72
BAB 72 S2 ~ Pesta ~
73
BAB 73 S2 ~ Kehilangan ~
74
BAB 74 S2 ~ Sleeping Beauty ~
75
BAB 75 S2 ~ Tergila-gila ~
76
BAB 76 S2 ~ Ingin Melarikan Diri ~
77
BAB 77 S2 ~ Membela ~
78
BAB 78 S2 ~ Tak Ingin Kehilangan ~
79
BAB 79 ~ Berunding ~
80
BAB 80 ~ Berhasil ~
81
BAB 81 ~ Pengawal Pribadi ~
82
BAB 82 S2 ~ Terbang ~
83
BAB 83 S2 ~ Cemburu Lagi ~
84
BAB 84 S2 ~ Kembali ke Hotel ~
85
BAB 85 S2 ~ Rencana Tak Berguna ~
86
BAB 86 S2 ~ Rencana Sebenarnya ~
87
BAB 87 S2 ~ Gadis Setia ~
88
BAB 88 S2 ~ Selingkuh ~
89
BAB 89 S2 ~ Di Apartemen ~
90
BAB 90 S2 ~ Hampa ~
91
BAB 91 S2 ~ Pulang ~
92
BAB 92 S2 ~ Pulang ke Apartemen ~
93
BAB 93 S2 ~ Mengejar Lagi ~
94
BAB 94 S2 ~ Takut Kehilangan ~
95
BAB 95 S2 ~ Mencoba Normal ~
96
BAB 96 S2 ~ Kembali Cinta ~
97
BAB 97 S2 ~ Malam Pertama ~
98
BAB 98 S2 ~ Resmi ~
99
BAB 99 S2 ~ Calon ~
100
BAB 100 S2 ~ Menjenguk ~
101
BAB 101 S2 ~ Tanpa Dendam ~
102
BAB 102 S2 ~ Izin Bertemu ~
103
BAB 103 S2 ~ Cemburu ~
104
BAB 104 S2 ~ Posesif ~
105
BAB 105 S2 ~ Karena Kebohongan ~
106
BAB 106 S2 ~ Permintaan yang Tak Mungkin ~
107
BAB 107 S2 ~ Memaafkan ~
108
BAB 108 S2 ~ Berbaikan ~
109
BAB 109 S2 ~ Ingin Bertemu ~
110
BAB 110 S2 ~ Perjanjian Tak Langsung ~
111
BAB 111 S2 ~ Permintaan ~
112
BAB 112 S2 ~ Keputusan ~
113
BAB 113 S2 ~ Pindah ~
114
BAB 114 S2 ~ Cemburu ~
115
BAB 115 ~ S2 ~ Surprise ~
116
BAB 116 ~ Surprise yang Tak Diinginkan ~
117
BAB 117 ~ Tak Ingin Membalas ~
118
BAB 118 ~ Sepakat ~
119
BAB 119 ~ Diam ~
120
BAB 120 ~ Angela Baru ~
121
BAB 121 ~ Sempurna Untukmu ~
122
BAB 122 S2 ~ Pergi ~
123
BAB 123 S2 ~ Terlambat ~
124
BAB 124 S2 ~ Demi Nico ~
125
BAB 125 S2 ~ Godaan ~
126
BAB 126 S2 ~ Siapa Dia ~
127
BAB 127 S2 ~ Kisah Lalu dan Imbalan ~
128
BAB 128 S2 ~ Harus Bangkit ~
129
BAB 129 ~ Datang ~
130
BAB 130 ~ Kembali ~
131
BAB 131 ~ Kembali ke Apartemen ~
132
BAB 132 ~ Cinta Mati ~
133
BAB 133 ~ Persaingan ~
134
BAB 134 ~ Berakhir ~
135
BAB 135 ~ Tak Berubah ~
136
BAB 136 ~ Jangan Diam, Jangan Pergi ~
137
BAB 137 ~ Balas Budi ~
138
BAB 138 ~ Menyesal ~
139
BAB 139 ~ Reana Forever ~
140
BAB 140 ~ Nostalgia ~
141
BAB 141 ~ Hampir ~
142
BAB 142 ~ Psycho ~
143
BAB 143 ~ Menjaga ~
144
BAB 144 ~ Pilihan ~
145
BAB 145 ~ Demi Kehormatan ~
146
BAB 146 ~ Selamat ~
147
BAB 147 ~ Pergi ~
148
BAB 148 ~ Kembali ke Kampung ~
149
BAB 149 ~ Cinta itu Memaafkan ~
150
BAB 150 ~ Menyusul ~
151
BAB 151 ~ Gadis Beruntung ~
152
BAB 152 ~ Masih Tak Percaya ~
153
BAB 153 ~ Bertahan Demi Cinta ~
154
BAB 154 ~ Memaafkan Lagi ~
155
BAB 155 ~ Menerima Kembali ~
156
BAB 156 ~ Demi Reana ~
157
BAB 157 ~ Memutuskan Pulang ~
158
BAB 158 ~ Kembali Seperti Semula ~
159
BAB 159 ~ Kabar Mengejutkan ~
160
BAB 160 ~ Berita Gembira atau Sedih ~
161
BAB 161 ~ Terbongkar ~
162
BAB 162 ~ Kenyataan Bahagia yang Pahit ~
163
BAB 163 ~ Meninggalkan Rumah ~
164
BAB 164 ~ Beristirahat ~
165
BAB 165 ~ Lepaskan atau Terima ~
166
BAB 166 ~ Kenyataan yang Sebenarnya ~
167
BAB 167 ~ Ingin Bersama Lagi ~
168
BAB 168 ~ Kembali karena Kenangan ~
169
BAB 169 ~ Nostalgia ~
170
BAB 170 ~ Tamu Tak Diundang
171
BAB 171 ~ Iri ~
172
BAB 172 ~ Enggan Bergabung ~
173
BAB 173 ~ Terancam Batal ~
174
BAB 174 ~ Berpisah ~
175
BAB 175 ~ Putus ~
176
BAB 176 ~ Menikmati Sunset ~
177
BAB 177 ~ Melindungi ~
178
BAB 178 ~ Ingin Mengakhiri ~
179
BAB 179 ~ Batal ~
180
BAB 180 ~ Ingin Berubah ~
181
BAB 181 ~ Merasa Heran ~
182
BAB 182 ~ Menyesali Keputusan ~
183
BAB 183 ~ Mengenang Masa Lalu ~
184
BAB 184 ~ Kejadian Sebenarnya ~
185
BAB 185 ~ Murka Ardy ~
186
BAB 186 ~ Sadar ~
187
BAB 187 ~ Berpisah ~
188
BAB 188 ~ Bantu Cari ~
189
BAB 189 ~ Office Boy Saja ~
190
BAB 190 ~ Nyaris Batal ~
191
BAB 191 ~ Persiapan Pesta Reuni ~
192
BAB 192 ~ Pasangan Impian ~
193
BAB 193 ~ Terima kasih untuk Melakukan Itu ~
194
BAB 194 ~ Pendamping untuk Nella ~
195
BAB 195 ~ Tak Percaya Diri ~
196
BAB 196 ~ Penampilan Sempurna untuk Pesta Reuni ~
197
BAB 197 ~ Pasangan Impian Nella ~
198
BAB 198 ~ Karena Waktu Itu ~
199
BAB 199 ~ Cinta Sejak Dulu ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!