..."Merindukanmu adalah candu bagiku"...
...~Alveron Atlantik Alexander~...
...***...
Pagi hari ini, seperti biasa Lee Na-ra disibukkan dengan keperluan suami dan anak-anak nya. Seperti sekarang ia menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga tercinta nya ini.
Lee Na-ra sosok seorang istri sekaligus ibu yang baik buat keluarga nya, ia sangat bersyukur bisa memiliki keluarga makmur seperti ini. Punya tiga orang anak tidak merubah wajah cantik nya, ia tetap Lee Na-ra yang dulu perempuan yang selalu sederhana meskipun ia cantik dan kaya namun itu semua tidak membuatnya sombong. Dia baik, sangat baik malahan.
“Good morning istri ku.” Ucap Vando. Setelah sampai di ruang makan, lantas ia pun langsung duduk sambil memperhatikan istri nya yang sedang meletakan makanan di meja.
“Morning too.” Jawabnya.
“Anak-anak mana Bun?” Tanya Vando.
“Mungkin lagi dikamar nya yah.”
Setelah mengatakan itu, muncul Viona dan Varo yang sudah rapi dengan seragam sekolah menempel di tubuh nya.
“Pagi ayah, bunda.” Ucap Vion dan Varo barengan.
“Pagi juga anak-anak ayah.” Jawab Vando.
“Pagi juga.” Jawab Nara.
“Vero mana kak?” Tanya Nara.
“Tuh!”
Tunjuk Viona ke arah tangga, disana terdapat Vero menuruni tangga dengan gaya sok keren nya namun sayang nya Vero bener-bener keren, gimana dong.
“Vero sarapan sini nak.” Panggil Nara.
“Enggak deh Bun, udah setengah tujuh nih takutnya telat lagi.” Jawab Vero.
Lantas semuanya menatap bingung ke arah Vero, sejak kapan seorang Alveron peduli sama waktu? Selama ini aja dia selalu terlambat datang ke sekolah. Perlu di pertanyakan itu!
“Ver lo gak lagi sakit kan?”
Tanya Viona dengan wajah sulit percaya.
“Gak kok gue sehat banget malahan, apaan sih kak gak usah lebay deh.” Jengah Vero.
“Lagian kamu sejak kapan peduli sama waktu sayang!” Ujar Nara sepemikiran dengan Viona.
“Sejak sekarang, kenapa emang nya? Ada yang aneh?”
“Aneh banget bego.” Sahut Vion.
“Kak ngomong nya!” Tegur sang ayah.
Vando selalu melarang anak-anak nya untuk tidak bicara kasar apalagi di depan orang tua, namun yang namanya udah kebiasaan mah emang susah buat gak ngucapin kata-kata kasar. Seperti itu lah Viona dan Vero, Varo aja kadang sama hal nya dengan kedua kakak nya itu.
“Sorry ayah Vio kelepasan.” Ucap Vio sambil menunjukan jari tangan nya membentuk V.
“Jangan ulangi lagi, ingat kamu itu perempuan.” Tukas Vando.
“Nee”
“Dah lah Vero berangkat dulu ya semuanya.”
Ucap Vero seraya mencium tangan kedua orang tua nya, setelah itu ia pun langsung keluar menuju ke arah motor kesayangan nya. Siapa lagi kalau bukan MOGAN.
“Ok MOGAN, are you ready! Go!”
...***...
Seorang gadis dengan rambut di kuncir sudah beberapa kali ia menghela napasnya. Sudah beberapa kali ia kena timpukan dari Pak Bowo karena ia tidak memperhatikan materi yang di jelaskan Pak Bowo di depan.
Natasya mengetuk-ngentuk kan tangan nya di meja. Sesekali ia melirik tanpa minat ke arah depan, dimana Pak Bowo yang nyerocos panjang lebar.
“Bosen banget njir!” Ucap Natasya sedikit berbisik kepada Oliv atau biasa juga di panggil Olaf itu.
“Kalau bosan gak usah sekolah aja sekalian.” Jawab Oliv.
“Nyebelin lo.”
Natasya menolehkan kepalanya kebelakang dimana Clara dan Mira berada. “Girls, kalian bosen gak sih?”
“Banget!” Jawab Clara dan Mia serempak.
Clara meskipun di cap sebagai gadis yang good girls, namun ia sering juga kena hukuman hanya karena bosen. Clara mah bodo amat sih lagian jadi terlalu baik itu gak bagus juga, karena orang terlalu baik itu mudah sekali untuk manfaatkan orang-orang jahat di luaran sana.
“Keluar aja yuk!” Ajak Mira.
“Pak Botak itu mau di kemanain?” Sungut Natasya.
“Bilang aja mau ke toilet, lagian bentar lagi udah mau bel juga.” Kata Mira.
Setelah berpikir beberapa saat akhirnya mereka pun mengangguk setuju dengan apa yang Mira ucapkan termasuk Oliv juga.
“Pak!” Panggil Mira.
“Ada apa Mira?” Tanya Pak Bowo dengan galak.
“Buset dah, itu guru dipanggil doang udah ngegas aja.” Gumam Mira.
“Pak saya mau izin ke toilet sama temen saya boleh?”
“Boleh, asalkan jangan ramai-ramai.” Ujar Pak Bowo.
“Thank you pak, kita gak ramai kok cuman berlima doang.” Saut Mira dengan enteng.
Setelah mengatakan itu lantas, Mira dan ke empat teman nya langsung keluar dari kelas sebelum mendengar teriakan merdu dari guru botak itu.
“1,2,3!” Hitung Mira.
“ALMIRA, AWAS KAMU YA!” Suara bariton milik Pak Bowo menggelegar.
...***...
Barisan empat meja cowok di belakang kini tengah menggerutu kesal. Bu Rika selaku guru Bk tengah berdiri di depan papan tulis dengan sebuah penggaris kayu panjang di tangan nya.
Satu persatu murid di kelas XI IPS 5 diberi pertanyaan apa cita-cita sekarang.
“Punya guru kok kepo banget ya.” Gumam Gilang seraya menatap jengah guru di depan.
“Dia nanya cita-cita berasa lagi TK aja kita.” Ujar Derren.
“Gemes banget sama Burik, jadi pengen nyentil ginjal nya deh.” Ucap Devan menatap malas Bu Rika yang sekarang sudah mendekat ke arah meja empat pria tampan tersebut.
“Gilang, apa cita-cita kamu?” Gilang menoleh ke depan, mendapati wanita dewasa berbadan sedikit gemuk serta wajah badut milik Bu Rika.
“Cita-cita saya mah luar biasa buk.” Jawab Gilang.
“Apa cita-cita kamu?” Tanya Bu Rika lagi.
“Cita-cita saya mau jadi **** boy buk!” Jawab Gilang dengan enteng.
Bu Rika membulatkan matanya dengan spontan, teman-teman sekelasnya dengan kompak menolehkan kepalanya saat mendengar jawaban Gilang, detik berikut nya gelak tawa mengisi kelas mereka.
“Gila lo Gigi! Maki Derren pelan.
“Biasalah, anak nya Om Gavin emang gini nih!” Sahut Vino.
“Saya pusing liatin kamu bandel kayak gini Gilang.” Ucap Bu Rika, sembari memijat dahinya.
“Gak usah liatin saya bu. Takutnya ibu malah naksir lagi sama saya, saya gak mau tanggung jawab ya bu. Secara kan saya ganteng nya pake banget.” Ledek Gilang.
Gelak tawa yang tadinya sudah mereda, kini terdengar semakin keras.
Bu Ria menatap tajam Gilang. Tangan nya bergerak mengangkat penggaris kayu di tangan nya, bersiap mau melemparkan nya ke arah Gilang. Dengan cepat cowok itu menangkisnya dengan botol minum bergambar Hello kitty milik Vino.
Diam-diam ternyata Vino ini penggemar Hello kitty, ck ck ck.
“Astaga, Gilang. Ibu bener-bener gak habis pikir sama kamu ya. Bisa-bisa nya saya punya murid modelan kamu ini!” Ujar Bu Rika.
“Saya juga heran buk, kok bisa-bisa nya saya punya guru modelan kayak ibu!” Sahut Gilang.
Bu Rika menggeram menahan emosi, jangan sampai ia melemparkan Gilang dengan meja di depan nya ini. Punya murid seperti Gilang dan teman-teman nya ini harus punya kesabaran ekstra.
“Keluar kamu dari kelas saya Gilang! Saya muak melihat kamu disini!” Usir Bu Rika.
“Asyiiiap!” Gilang berdiri tegak dengan wajah songong nya, lalu mengode semua teman nya untuk pergi dari kelas Bu Rik ini.
“Ayo, woi! Kesempatan manis jangan pernah dilewatkan!” Ujar Gilang dengan suara lantang.
Setelah mengatakan itu mereka melenggang keluar dari kelas. Kecuali Mike yang masih stay disana, ia mencoba untuk mendekati Kyara yang duduk tidak jauh dari meja nya.
“Astagfirullah, Ya Allah tolong azab murid biadab itu Ya allah!” –Bu Rika capek guys.
...BERSAMBUNG........
Setelah baca jangan lupa tinggalkan jejak.
...Dengan cara:...
...Like, Komen, And Vote....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
rat
lanjut kak
2021-06-09
2