NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tv baru

Sepulang sekolah, Rafa tepogoh-pogoh membawa kardus besar. Tadi, sekolahnya pulang lebih awal karena adik kelasnya tengah melakukan kegiatan pramuka. Jadi, anak kelas tiganya di persilahkan pulang.

Rafa mengingat ucapan ibunya kemarin, saat dirinya mengatar sang ibu berjualan jajanan tradisional di pasar. Ibunya curhat, soal Riri yang pengen nonton tv,namun di larang oleh mbak Ratna. Ibunya tidak berani cerita terlalu banyak, takut Rafa menjadi sedih.

“Alhamdulillah” ucap Rafa saat meletakan kotak besar berisi tv, dia baru saja membeli tv secara cash. Tidak ada seseorang pun di rumah, sang ayah tengah bekerja di rumah Om Herman, ibunya lagi nanen singkong di halaman samping rumah. Riri, dan Rara juga belum pulang sekolah.

Dengan lihai Rafa merakit meja kecil, dan menaruh tv di atasnya. Dia juga di bantu oleh sahabatnya untuk menyambung kabel dan antena tv. “Bima, lo disini dulu ya, gue ambilin minuman sama cemilan singkong, maaf di rumah gue cuma ada ginian saja.” Ucapnya.

“Santai lah, sama di rumah gue juga gitu.” Jawab Bima dengan santai. Rafa masuk ke dalam dapur sederhana, dia mengambil nampan dan membuat dua teh manis dan sepiring singkong rebus yang masih hangat, lalu membawanya kembali ke ruang tengah.

“Kayaknya, tinggal sambungin itu aja deh, habis itu beres dah. Bisa di nyalain tv lo.” Ucap Bima, dia mengerti dengan hal ini. “Oh. Minum aja dulu Bim, tar lanjutin lagi.” Ujarnya Rafa, Bima mengangguk lalu mengambil teh manis yang sudah rafa buat.

Tak berselang lama, suara ibunya datang dari pintu belakang. “Assalamualaikum…” ucap Ibunya saat sampai di dalam dapur. “Waalaikumsalam…” sahut mereka berdua serempak, Bu Lastri kaget melihat Rafa dan temannya sudah berada di ruang tengah.

“Rafa, nak Bima?” Sapa Bu Lastri dengan ramah, lalu matanya bergerak melihat sudut rumah dekat tembok. Sudah berdiri sebuah tv, dengan layar yang tipis. “Astaghfirullah,,,tv siapa itu nak, bagus sekali…” ucapnya kaget.

Bu Lastri langsung teringat dengan Riri anak bungsunya. “Alhamdulillah, ini tv kita bu. Aku baru saja membelinya tadi dengan Bima.” Ucap Rafa yang di timpali anggukan dari Bima.

“Apa itu tidak mahal nak? Tv itu sangat bagus sekali, Kamu punya uang sebanyak itu buat membelinya?…terimakasih ya nak,” ucap sang ibu, dari raut wajahnya menujukan rasa bangga sekaligus terharu.

“Enggak kok bu. Enggak mahal…tadi, aku sama Bima dapat diskon. Soalnya, tokonya lagi ada even gitu Bu. Jadi diskonya sampai lima puluh persen, Terus, buat pasang antena dan kabelnya sudah ada Bima yang bantu…” ucap Rafa, Bima cengengesan di sebelah Rafa, dia malu saat di puji oleh temannya.

“Iya bi, aku yang bantu Rafa, tenang saja bi…gratis asal di pulangnya aku di bungkusin daun singkong buat masak nanti malam.” Ucap Bima, Bima ini seberangnya anak berada, ibunya adalah pns dan ayahnya punya bengkel. Tetapi, keluarga Bima memang sederhana, dan tidak mau menyombongkan dirinya, mereka berbaur dengan siapa saja.

“Ah, nak Bima jangan berkata seperti itu, ambil saja daun pisang sebanyak-banyaknya. Terimakasih ya nak, sudah bantu Rafa…” ucap Bu Lastri, “kalau begitu, makan sianglah di sini nak Bima, biar ibu masakan juga…” lanjut Bu lastri.

“Ya…ya Bu mau… kebetulan saya juga tengah lapar.” Ucap Bima dengan sumringah. Rafa hanya terkekeh melihat teman kaya nya yang sederhana ini. “Ya, tunggu ya nak.” Ucap Bu Lastri.

Rafa dan Bima kembali merakit kabel, mereka juga sempat keluar lagi untuk pergi ke rumah Bima. Karena, Bima menawarkan meja kecil untuk tempat tv, kebetulan itu sudah tidak di pakai di rumahnya, jadi lebih baik di gunakan sebagai tatakan tv saja, karena masih sangat bagus, di bawahnya juga ada laci, buat nyimpen buku atau pun alat lainnya.

“Gimana bim Udah bagus?” Teriak Rafa dari atas genteng. “Belum fa, masih semut!!” Sahut Bima yang berteriak dari ruang tengahnya.

Rafa memutar ke kiri lagi. “Putar lagi dikit fa…” teriak Bima, kini gambar mulai terlihat jernih, suaranya pun terdengar sampai arah dapur, ibu merasakan rasa lega. Air matanya menetes dari ujung matanya. “Terimakasih ya Allah, kau memberkati anak sebaik Rafa…hamba merasa malu karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuknya, namun…dirinya selalu mengusahakan apapun untuk orang tuanya dan adik-adiknya. Muluskan rencananya ya Allah, lancarkan rezekinya…Amin.” Gumamnya dalam hati.

“Udah fa, udah bagus banget!! Jernih-jernih!!” Teriak Bima. “Alhamdulillah…” gumamnya di atas genteng, lalu Rafa turun dengan hati-hati. Bima, menahan tangga di bawah sana.

Suara kecil-kecil mulai terdengar, saat Rafa turun dari tangga. “Eh, kok bisa si Rafa itu pasang antena? Duit dari mana si bu Lastri punya uang buat beli tv?” Ucap sinis salah satu Ibu-ibu.

“Mana aku tahu, aku juga heran..,” sahut ibu di sampingnya. Bima dan Rafa tidak memperdulikan itu, mereka berdua mengangkat tangga bersamaan. “Bawa ke belakang lagi fa?” Tanya Bima. Rafa mengangguk mengiyakan.

“Alhamdulillah… mbak Lastri punya tv juga, kadang saya kasihan kalau melihat Riri kesana kemari buat pengen nonton. Kadang, kalau saya di rumah saya panggil Riri buat dia ajak nonton bersama.” Ucap Bu Mira, dia janda anak satu yang dikenal sangat baik terhadap keluarga pak Adi.

“Alhamdulillah, tante makasi banyak ya… nanti saya ajak Vio buat nonton di sini juga ya, sama Riri. Sembari bermain.” Ucap Rafa dengan ramah, mereka sedikit bercerita sebentar tanpa tahu ada mata yang melihat Rafa tidak suka.

“Halahh…itu palingan tv bekas. Mana ada duit keluarga mereka buat beli tv baru. Kalau nggak batas bekas…ya barang curian.” Ucapnya cukup keras, hingga ibu-ibu di depannya mendengarnya.

“Astaghfirullah, Bu Ratna…jangan sembarangan bicara Bu…ngak baik.” Sahut Ibu di depannya. ”iya bu, siapa tau mereka dapat rezeki, ibu sebagai adik iparnya mbak Lastri harusnya ikut seneng dong,bukan malah menuduh ngak-ngak.” Lajut ibu lainya.

Ratna mendengus sebal, “Alahh…duit dari mana ibu-ibu. Si Lastri sama suaminya cuma kerja jadi babu di rumah saya, anak-anaknya juga ikut emak bapaknya. Jadi rezeki dari mana? Jatuh dari langit! Ibu jangan banyak halu kayak keluarga mereka deh bu!” Ucapnya dengan nada sinis.

“Duhh bu Ratna, saya nggak mau ya ikut nambah dosa kayak bu Ratna. Kita ngak tahu kehidupan orang bu, jadi jangan asal bicara. Saya nggak mau nambah dosa , mending saya pulang saja. Ayo bu!!” Kedua ibu-ibu itu lantas pergi.

Sementara Rafa tidak tahu tentang kehadiran tantenya yang menatap tidak suka kearahnya. “Pokonya, aku harus tanya ke mas Herman…darimana mereka dapat uang? Aku harus bisa lihat merek tv nya, paling nggak lebih bagus dari merek tv punya ku.” Gumamnya geram.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!