NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Reinkarnasi / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:23.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

Noura mati dibunuh suaminya dan diberi kesempatan hidup kembali ke-3 tahun yang lalu. Dalam kehidupannya yang kedua, Noura bertekad untuk membalaskan dendam pada suaminya yang suka berselingkuh, kdrt, dan membunuhnya.

Dalam rencana balas dendamnya, bagaimana jika Noura menemukan sesuatu yang gila pada mertuanya sendiri?

"Aah.. Noura." Geraman pria itu menggema di kamarnya. Pria itu adalah Zayn, mertua Noura yang sering menyelesaikan kebutuhan diri sambil menyebut nama menantu wanitanya.

"Kenapa dia melakukan itu sambil menyebut namaku..?" Noura harus dihadapkan mertua gilanya yang sudah duda. "Anaknya gila.. ayahnya juga lebih gila, eh tapi.. besar juga ya kalau dilihat-lihat."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lingerie

Zayn awalnya bingung ketika menerima paket paket pesanannya. Kenapa kotaknya begitu ringan? Saat dibuka, ia semakin heran.

Isi paket itu bukan hanya benda bergetar 20 CM, tetapi juga berbagai pakaian minim, borgol, dan barang-barang lain yang membuat alisnya terangkat.

Dan saat melihat label paket itu, ternyata milik Noura. Entah untuk apa Noura membelinya, Zayn tidak bisa berpikir positif.

Di sisi lain, Noura merasa wajahnya semakin panas. Dengan rasa malu yang amat sangat, ia menundukkan kepala saat turun sambil membawa box piring dengan hati-hati.

Setelah meletakkannya di depan kamar Zayn, ia menarik nafas panjang.

Tok. Tok. 

Tangan Noura sedikit gemetar saat mengetuk pintu dengan perlahan.

Begitu pintu dibuka, Noura langsung gugup melihat Zayn berdiri di ambang pintu.

“Daddy, paket kita tertukar. Ini aku sudah bawa piringnya,” katanya buru-buru, berusaha menghindari kontak mata.

Zayn tersenyum kecil, lalu menyilangkan tangan di depan dada. Matanya berkilat nakal saat berkata, “Jadi, kamu benar-benar puas dengan suamimu, ya?”

Wajah Noura semakin merah. Dia sadar kalau Zayn sudah membuka paketnya.

“Itu urusanku, Daddy,” jawabnya ketus sambil membuang muka. “Sekarang, kembalikan paketku.”

Namun, Zayn justru mendapat ide nakal. Dia mengambil salah satu pakaian minim itu dan mengangkatnya ke depan Noura.

“Pakai dulu,” katanya dengan nada menggoda. “Dan memohonlah dengan benar padaku.”

“Apa?!” Noura melotot, tak percaya dengan permintaan Zayn. “Daddy gila! Aku tidak—”

“Kalau tidak mau, aku tidak akan mengembalikan paketmu,” potong Zayn cepat.

Noura mengepalkan tangan, mendengus kesal. Dia tau Zayn serius. Dengan wajah merengut, Noura merebut pakaian itu dengan kasar.

“Baiklah,” gerutunya, lalu berbalik menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.

Zayn hanya tersenyum puas, menikmati ekspresi kesal dan malu di wajah Noura.

Setelah beberapa saat, Noura keluar dari kamar mandi dengan langkah ragu. Pakaian minim yang dipakainya begitu ke-tat, membentuk setiap lekuk tubuhnya dengan sempurna.

Bahannya tipis, hampir transparan, membuatnya semakin malu.

Noura menggigit bibir, mencoba mengabaikan rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Namun, begitu ia kembali ke kamar Zayn, pria itu sedang berdiri di ambang pintu, dan sorot matanya langsung berubah.

Zayn menatapnya tanpa berkedip. Matanya gelap, penuh sesuatu yang membuat Noura semakin gugup.

Noura bisa melihat dengan jelas bagaimana pria itu menelan ludah, jemarinya mengepal di sisi tubuh, seolah berusaha menahan diri.

Keheningan itu begitu pekat.

"Noura..." Suara Zayn serak, hampir seperti bisikan. Nafasnya terdengar berat.

Noura menundukkan kepala, menggigit bibir bawahnya, merasa tubuhnya semakin panas di bawah tatapan pria itu.

"Sekarang... bisa kembalikan paketku? Aku mohon Daddy.." Suaranya lirih, hampir gemetar.

Zayn tidak menjawab. Sebaliknya, ia melangkah mendekat, tubuhnya menjulang di hadapan Noura.

Tangannya terangkat, jemarinya menyentuh bahu wanita itu, kemudian perlahan turun, mengikuti garis lengannya.

Sentuhan itu begitu ringan, namun cukup untuk membuat Noura menahan napas.

"Kamu tau..." Zayn berbisik di dekat telinganya, suaranya penuh godaan. "Kamu benar-benar membuatku tidak bisa berkata-kata."

Noura menutup matanya erat. "Jangan melakukan yang aneh-aneh, Daddy..."

Zayn terkekeh pelan. Namun, tatapannya semakin dalam. Tubuhnya menegang, menahan dorongan kuat yang mulai mendominasi dirinya.

"Tapi bagaimana kalau aku tidak bisa menahan diri?" Bisiknya, jemarinya menyelusuri sisi pinggang Noura, mengguratkan panas yang menjalar di kulitnya.

Noura menggigit bibir lebih keras, tapi tubuhnya justru merespons sentuhan itu.

Jantungnya berdetak begitu cepat, sementara Zayn mendekat, mengurungnya di antara tubuhnya dan dinding.

Udara di antara mereka terasa begitu tipis.

Zayn menunduk, membiarkan bibirnya hampir menyentuh leher Noura. "Sebenarnya aku tidak tahan melihatmu seperti ini..."

Tapi selanjutnya, Zayn terkekeh kecil, menatap Noura yang masih berdiri kaku di dekatnya.

Wajah Noura merah padam, sorot matanya penuh dengan amarah yang bercampur rasa malu.

“Tapi karna kamu belum siap, biarkan aku memotretnya saja.” Ucap Zayn dengan santai.

“Apa?!” Noura semakin kesal. “Daddy benar-benar m*sum ya?!”

Zayn hanya menyeringai, mendekat dengan langkah santai, menikmati ekspresi gusar di wajah istrinya.

“Lalu, bagaimana? Daripada aku menerkammu sekarang?” Gumamnya pelan, suaranya terdengar semakin rendah dan menggoda.

Noura menghela nafas dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Agar hal ini cepat berakhir, dengan kesal, akhirnya Noura menyerah.

“Sekali foto saja,” gumamnya, meski wajahnya masih dipenuhi keraguan.

Begitu mendengar persetujuan itu, Zayn segera menarik Noura ke dalam kamar.

Pria itu mengambil ponselnya, bersiap untuk memotret. Namun, begitu melihat Noura berdiri terlalu kaku, dia menghela nafas.

“Ini tidak akan bagus kalau kamu begitu tegang,” kata Zayn sambil mengamati Noura dari layar ponselnya.

Lalu, tanpa peringatan, Zayn mendorong Noura hingga terbaring di atas kasur.

“D-Daddy! Apa yang—”

“Diamlah, Noura.” Zayn menatapnya serius. “Aku sedang mencari pose yang bagus.”

Noura menggigit bibirnya, matanya membelalak karena gugup. Tapi sebelum dia bisa protes lebih lanjut, Zayn mendekat.

Bibirnya menelusuri kulitnya dengan perlahan, napasnya hangat di sekitar lehernya.

Jantung Noura berdegup begitu kencang.

Zayn berbisik di telinganya, suaranya dalam dan menggoda, “Untuk apa kamu membeli ini? Apa kamu ingin menggodaku?”

“Aku iseng saja,” jawab Noura cepat, suaranya hampir bergetar.

Zayn tidak puas dengan jawaban itu. Dia kembali menunduk, bibirnya menyapu bibir Noura dengan ciuman yang lebih dalam.

Tangan pria itu menelusuri punggungnya, menariknya semakin dekat.

Dalam beberapa menit, nafas Noura mulai tersengal. Matanya setengah tertutup, wajahnya memerah dalam kehangatan yang tak bisa ia hindari.

Ckrek!

Satu foto berhasil diambil.

Zayn tersenyum puas, tetapi Noura yang baru sadar langsung mendorongnya dengan wajah merah padam.

“Sudah! Biarkan aku mengambil barang-barangku,” ucapnya cepat, berusaha mengendalikan dirinya sendiri.

Noura buru-buru mengumpulkan barang-barangnya dan pergi keluar, meninggalkan Zayn yang hanya bisa terkekeh melihatnya kabur dengan panik.

...****************...

Zayn bersandar di kepala ranjang, ponselnya masih dalam genggaman, layar menampilkan foto Noura dalam pakaian tipis tadi.

Nafasnya terdengar berat, dadanya naik turun dengan ritme yang tidak stabil.

Bayangan Noura di hadapannya tadi begitu jelas di benaknya—mata sayunya, bibirnya yang sedikit terbuka saat ia kehabisan nafas, dan kulitnya yang tampak begitu lembut di bawah cahaya kamar.

Tenggorokannya terasa kering, tubuhnya panas, dan tidak ada satu pun hal yang bisa mengalihkan pikirannya dari wanita itu.

"Apa kamu sengaja menggodaku, Noura?" Gumamnya, suara serak dan penuh gejolak.

Tangannya bergerak, menyusuri dadanya sendiri, mengingat bagaimana tubuh Noura terasa di bawah sentuhannya tadi.

Gejolak yang ia tahan begitu kuat kini terasa seperti api yang membakar seluruh dirinya. Sekadar menatap foto itu tidak cukup. Ia butuh lebih.

"Fuck.. i'm hard again.."

Karna hal itu, Zayn membuka sabuknya dan harus menyelesaikan hal itu sendiri.

Sementara itu, di kamar lain, Noura terduduk di tepi ranjang, jantungnya masih berdebar tak karuan.

Noura menggigit bibirnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri, namun pikirannya terus berputar pada Zayn.

Dan yang lebih parah, tubuhnya pun mulai merespons.

Tatapan matanya jatuh ke meja di samping tempat tidur. Jarinya gemetar saat ia meraih benda 20 CM yang ia pesan.

Bayangan Zayn memenuhi pikirannya—suaranya yang berat, tatapannya yang dalam, cara dia mendekat saat mencium lehernya…

"Ngh..."

Tanpa sadar, Noura menarik nafas dan menyelesaikan urusannya.

Dan seperti Zayn di kamarnya, malam itu Noura pun tersesat dalam keinginannya sendiri.

...****************...

Pagi itu, suasana meja makan terasa canggung. Noura berdehem pelan sebelum akhirnya mengangkat wajah dan menatap Zayn penuh curiga.

“Daddy... apakah kau tidak melakukan hal aneh dengan fotoku?” Tanyanya dengan alis terangkat.

Zayn, yang sedang menyesap kopi, berhenti sejenak sebelum menatapnya balik.

Senyuman kecil terukir di bibirnya, "Apa kamu juga tidak melakukan hal aneh dengan benda itu?" Balasnya santai.

Noura tersedak. Cepat-cepat ia meraih gelas air dan meneguknya, wajahnya memerah seketika. "Itu urusanku," gumamnya kesal, berusaha menghindari tatapan pria itu.

"Dan itu juga urusanku," Zayn menambahkan, kali ini dengan nada lebih rendah, lebih dalam.

Noura menggigit bibirnya, merasa semakin malu. Tapi sebelum ia bisa membalas, Zayn menepuk puncak kepalanya, sikapnya kembali tenang.

“Jangan khawatir, Noura. Aku sudah berjanji. Jika kamu belum siap, aku tidak akan macam-macam denganmu.”

Noura mengangguk kecil. "Baguslah kalau begitu."

Mereka pun melanjutkan sarapan dengan tenang, hingga tiba-tiba Zayn melirik ponselnya dan menyampaikan sesuatu.

“Oh ya, Noura. Bisa ikut ke kantor besok?”

Noura menatapnya dengan bingung. “Ada apa, Daddy?”

“John merasa terbantu dengan catatan rapatmu kemarin. Kalau bisa, kamu bisa membantu sebagai sekretarisnya. Nanti soal bayaran, pasti akan kuberi.”

Noura berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Wah... itu menarik."

Setidaknya Noura juga harus menabung agar bisa membeli rumahnya sendiri. Noura juga tidak ingin selamanya disini.

Zayn mengangkat alisnya. “Boleh saja. Siapkan seragammu, pakai dulu kartuku. Tidak apa-apa.”

“Terima kasih, Daddy.” Noura menerima tawaran itu dengan senang hati.

Setelah sarapan, Noura membuka ponselnya dan mulai mencari informasi tentang kelas bela diri. Ia mengernyit bingung.

"Hm... Daddy, apa kau tau ada kelas bela diri yang bagus?" Tanyanya sambil menatap layar.

Zayn meletakkan cangkir kopinya, ekspresinya berubah sedikit waspada.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?"

"Aku hanya ingin berjaga-jaga saja. Darrel kan begitu..."

Zayn terdiam sejenak, lalu menghela nafas. "Kalau begitu, pergilah ke gym belakang rumah ini. Itu sangat dekat dan pelatihnya bagus."

"Oh, baiklah. Apa Daddy pernah ke sana?"

"Ya, aku sering ke sana. Datanglah saat Sabtu sore."

"Oke, Daddy. Terima kasih."

Setelah beberapa saat, Noura menyelesaikan sarapannya dan bersiap pergi. “Kalau begitu, aku mau pergi membeli seragam kantor dulu.”

“Mau kuantar?” Tawar Zayn.

“Tidak perlu. Daddy kan harus ke kantor. Aku pergi dulu.”

Zayn hanya mengangguk, sementara Noura melambaikan tangan sebelum keluar dari rumah.

Di luar, Noura segera mencari taksi. Sambil berjalan, ia membuka ponselnya, mencari rekomendasi toko seragam terbaik di sekitar kota.

Noura terlalu fokus pada layar hingga tidak menyadari langkah kaki di belakangnya.

Tiba-tiba—

GMPHH!

Mulutnya dibekap oleh tangan besar yang kasar. Mata Noura membelalak, tubuhnya menegang saat ia merasakan cengkeraman kuat pada pinggangnya.

“Diamlah, sialan! Istri tidak berguna!”

Suara dingin dan penuh amarah itu langsung dikenalnya, dia Darrel, suaminya yang brengs*k.

Jantung Noura berdegup kencang. Ia mencoba meronta, berusaha melepaskan diri, tapi tubuhnya terlalu kecil dibanding pria itu.

Cengkeraman di pinggangnya semakin erat, menyeretnya ke gang sempit di antara gedung-gedung tinggi.

'Sial! Apa yang harus kulakukan?!'

Kepanikannya semakin menjadi saat ia menyadari betapa terpojoknya ia saat ini. Nafas Darrel terasa di telinganya, tubuh pria itu begitu dekat hingga Noura bisa merasakan hawa panasnya.

"Akan kubuat kau menyesal, kamu selalu membuatku dalam kesulitan!" Bisik Darrel tajam.

Apakah Noura bisa selamat?

1
nur adam
ljut
nur adam
lnjut
nur adam
lnjut.. crita bgs thoor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!