Seraphina di culik dari keluarganya karena suatu alasan. Lucunya ... Penculik Seraphina malah kehilangan Seraphina.
Seraphina di temukan oleh seorang perempuan yang sedang histeris sedih karena suaminya selingkuh, sampai mempunyai anak dari hasil selingkuhan. Perempuan yang menemukan Seraphina tidak mempunyai anak. Karena itulah dia memungut Seraphina. Jika suaminya punya anak tanpa sepengetahuannya jadi ... Mengapa tidak untuknya?
Kehidupan Seraphina nyaman meski dia tahu dia bukan anak kandung dari keluarganya saat ini. Kenyamanan kehidupannya berubah saat orang tuanya mati karena ledakkan.
Saat dirinya sedang terkapar tak berdaya dalam kobaran api. adiknya Ken, berbisik kepada dirinya untuk lari sejauh mungkin. Dengan sekuat tenaga ia melarikan diri dari seorang yang memburunya, karena ia penyintas yang sangat tak diharapkan.
Inilah perjalanannya. Perjalan yang penuh suka dan duka. Perjalanan kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miao moi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1 malam dengan 2 tempat yang berbeda.
Angin malam semakin dingin, tapi aletta masih betah berada diluar, menunggu suaminya, dengan cemas ia berharap dan juga yakin Arkan pulang membawa seraphina. Sedari tadi pelayan maupun anak-anaknya sudah menyuruhnya untuk istirahat.
Tadi, meskipun enggan, ia pun mencoba untuk tidur, tapi tidurnya tak lama, karena begitu ia lelap sedikit saja, ia langsung mimpi buruk, ia bangun dengan nafas memburu. kemudian terbangun lagi dengan perasaan khawatir yang membuat tengkuknya berkeringat dingin. Firasatnya amat sangat tidak nyaman.
Bau seraphina di kasurnya, membuatnya makin tidak bisa tidur karena rindu. air matanya mengalir begitu saja. Tiba-tiba saja ia seperti mendengar suara tangisan seraphina, membuatnya dengan cepat membuka mata, ia kalang kabut mencari-cari, tapi ternyata sosoknya tidak ada. Sebenarnya kamu ada dimana bayiku? dengan lingkung ia keluar untuk menanti kedatangan mereka.
Angin meniup rambutnya dengan lembut, samar-samar matanya menangkap siluet yang sangat dikenalnya, sejenak ia terpaku lalu berlari kecil mendekatinya, mengabaikan dirinya tengah telanjang kaki, makin ia mendekat, kakinya makin lemas saat melihat raut wajah suaminya.
Sebenarnya ia sudah tahu meskipun ia tidak mau mengetahuinya. Saat melihat dari jauh, ia terpaku karena arkan tidak menggendong bayinya, membuatnya lemas tidak berdaya. Apalagi saat melihat raut suaminya dari dekat, ia merasa tangan dan kakinya seakan lenyap dari tubuhnya.
Aletta jatuh terduduk ia menatap nanar kepada suaminya, Arkan dengan cepat menghampiri aletta.
"Tidak," bisik aletta lemah. Wajah Arkan mendekati aletta, lalu berbisik dengan lemah. "Maafkan aku."
"Tidak!" Teriak aletta histeris, Arkan mencoba mendekap aletta, memeluknya.
Tapi aletta memberontak, "tidak, bagaimana? Bagaimana bisa ... kau tidak bisa membawanya kembali?"
Arkan menatap dengan pilu, air matanya mengalir, matanya memerah. Perasaannya makin kalut melihat aletta yang merosot jatuh tak berdaya. Arkan takut membuka mulutnya lagi.
Air mata aletta mengalir makin deras. Lalu ia merasa penglihatannya tiba-tiba mengabur tidak jelas lalu menggelap, aletta kemudian terjatuh pingsan, dengan sigap Arkan menangkapnya.
Arkan marah terhadap dirinya sendiri juga terhadap orang yang menculiknya.
Arkan mengangkat istrinya, menggendongnya. Sejenak ia membalikkan badannya, ia mendongak menatap langit hitam. udara yang amat dingin menemani mereka. dengan hati nyeri ia berkata, "ada dimana sebenarnya kamu nak?"
°°°°°°°°°
Di lain tempat. Kana sedang asyik menciumi pipi Seraphina, baunya yang harum membuatnya makin nagih menciuminya.
Ia berbisik, "selamat datang dirumah ini Seraphina!" Kepada Seraphina yang sedang tidur lelap. Kana tersenyum lembut memandangi wajah imut Seraphina. Dengan lembut ia mengelus rambut merah terang Seraphina.
"Kau sangat cantik nak." Nak? Ia menunduk dengan geli, nak? Dia sudah menjadi ibu? Tiba-tiba saja? Bisakah? Kana merasa malu juga merasa semangat.
"Aku berjanji akan menjadi ibu yang terbaik untukmu." Ucapnya menggebu-gebu sendiri. Lalu kemudian tersipu-sipu sendiri karena sudah menjadi ibu.
Kana menari-nari sendiri di dekat tempat tidur, sebisa mungkin tidak menggangu si mungil yang sedang tertidur. Ia terkadang terkekeh sendiri saat melihat Seraphina.
Terdengar ketukan pintu pelan membuatnya berhenti bertingkah kesana kemari, lalu ia mendekati pintu kamarnya. Menyembulkan kepalanya keluar sedikit, ia melihat pelayanannya, riya sedang membawa sesuatu di tangannya.
Dengan senang hati ia membuka pintu lebih lebar agar si riya masuk kedalam kamar. Riya melihat Seraphina yang tertidur lelap lalu menoleh melihat sang nyonya yang pipinya merah mudah segar. Riya tersenyum tipis melihatnya. Sangat berbeda sebelum bertemu dengan seraphina.
Riya kemudian menghela nafasnya lalu berkata kepada Kana, "bagaimana anda akan mengatakannya kepada tuan tentang Seraphina nyonya?"
Mendengar ucapan riya membuatnya terdiam lalu mencibir dengki mengingat suaminya.
"Si sialan itu," desisnya. Lalu menghela nafasnya, "aku tidak tahu." Keluhnya.
"Rumor akan langsung terdengar di telinga tuan ... nyonya." Peringati riya.
"Untuk saat ini aku akan bersiap!" Kata Kana dengan santai.
"Untuk?" Tanya riya.
Mata kana tiba-tiba menajam, mulutnya menipis keji. "Untuk perang!"
Riya gemetar kecil melihatnya sekaligus bersemangat untuk melihatnya. Pria selingkuh tidak boleh diampuni.
"Semangat nyonya, agar suara anda lebih lantang dengan tubuh bugar untuk berperang, nanti akan saya buatkan minuman herbal!"
Kana balas mengangguk mantap, lalu kemudian ia tertunduk sedih. Ia menghela nafas dengan berat. Entah kapan suaminya itu akan pulang, ia tidak sabar dengan reaksinya sekaligus ketakutan. Dia selama ini selalu menjadi istri yang manis untuk suaminya. tapi saat ini?
Dengan gusar ia menggelengkan kepalanya, berharap bisa mengenyahkan pikiran yang membuat dirinya sakit. Ia menoleh kepada sang bayi yang tidur di tengah-tengah kasurnya lalu tersenyum sayang, mendekatinya.
"Ini barang-barang yang anda butuhkan saat menjahit sapu tangan itu nyonya." Kata riya.
"Oh ya, sapu tangan itu. Aku hampir melupakannya," Kana kembali menghampiri riya, melihat peralatan yang akan dia pakai.
"Sebaiknya anda lakukan besok saja, sekarang anda harus istirahat."
Kana melototi peralatan itu, "iya, kau benar sebaiknya aku lakukan besok saja." Kana mengangguk dengan mantap, ia kembali berlari kecil menuju Seraphina, kembali mengaguminya.
Riya yang melihatnya menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum.
Tanpa sepengetahuan mereka, ada seorang pelayan lelaki yang dengan cepat mengirim kabar tentang keadaan rumah nya.
°°°°°°°°°°°°
Pelayan laki-laki tergopoh-gopoh menuruni tangga saat melihat tuannya memasuki rumah, "dimana istriku?" Tanyanya langsung.
"Seharian ini nyonya tidak keluar tuan." Jawab si pelayan sambil mengikut Juan dari belakang.
"Sebenarnya apa sedang ada dipikirannya?" Katanya lagi, si pelayan memilih tidak menjawab.
Juan berjalan menuju ke kamarnya dan kamar istrinya.
Di dalam kamar Kana sedang menyusui Seraphina, sekarang ia sudah mempunyai susu untuk diberikan kepada bayi itu. Ia menyenandungkan nada ceria, membuat si bayi terkadang tersenyum menanggapi.
Terdengar suara pintu terbuka, saat kemudian ia mendengar suara suaminya.
"Kana! Bayi siapa ini? dari mana?" Rentetan pertanyaan Langsung keluar dari mulut Juan.
Dengan santai Kana berkata, "bayiku."
"Bayimu?" Juan melotot tak percaya mendengarnya. "Bagaimana mungkin itu bayimu?"
"Mengapa tidak mungkin?"
"Dia bukan bayimu!"
"Dia bayiku karena aku ingin mempunyai bayi!"
"Kana, sayangku, jika kau ingin mempunyai bayi, kau bisa mengandungnya sendiri."
"Aku ingin mengandung, tapi kau tidak bisa membuatku mengandung!"
Juan melotot tak percaya. "Bagaimana mungkin aku tak bisa membuatmu mengandung, kau lah yang tidak bisa mengandung."
"Mengapa kau percaya diri mengatakan aku tidak bisa mengandung? Apakah kau percaya diri karena sudah membuat perempuan lain mengandung?"
Juan terpaku diam, rautnya pias, ia tergagap mendengarnya.
Dengan usil tapi serius Kana berkata dengan santai, "apakah kau yakin ... kau lah yang membuatnya mengandung!"
Perkataan Kana makin membuatnya melotot.
"Mengapa kau melototi ku?" Tanya Kana cemberut, lalu ia tersenyum menatap Juan dengan sorot kasihan. "Malangnya kau ... suamiku."
"Maksudmu apa?"
"Aku tahu semuanya." Ucap Kana dengan tajam.