Neil sudah meninggal, suami yang terobsesi padaku, meninggal dalam senyuman... menyatakan perasaannya.
"Jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu mati..." janjiku dalam tangis.
Bagaikan sebuah doa yang terdengar, kala tubuh kami terbakar bersama. Tiba-tiba aku kembali ke masa itu, masa SMU, 11 tahun lalu, dimana aku dan Neil tidak saling mengenal.
Tapi...ada yang aneh. Suamiku yang lembut entah berada dimana. Yang ada hanya remaja liar dan mengerikan.
"Kamu lumayan cantik...tapi sayangnya terlalu membosankan." Sebuah penolakan dari suamiku yang seharusnya lembut dan paling mencintaiku. Membuatku tertantang untuk menaklukkannya.
"Setan! Aku tau di bagian bawah perutmu, tepat sebelum benda pusakamu, ada tahilalat yang besar!" Teriakku padanya. Membuat dia merinding hingga, menghentikan langkahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit
Mengapa sinar matahari harus menghapus embun, jika aku lebih nyaman dengan embun?
Derai hujan masih mengguyur di luar sana. Seragam sekolah berlabel SMU ternama basah kuyup. Menebarkan hawa dingin yang menusuk kulit.
Embun terasa begitu lembut, kala lapisan airnya membasahi kaca. Samar terlihat bagaimana kedua remaja itu menikmati segalanya.
Neil ingin menghentikan Cheisia sejatinya. Tapi bagaikan tidak bisa, darahnya mengalir lebih cepat, bagaikan sensasi ini dikenali olehnya.
"Aku mencintaimu..." Lengkaplah sudah dua kata dari mulut gadis ini, di sela ciuman pertama mereka, menbuat Neil melanjutkan segalanya.
Lidah yang terbelit, bagaikan rasa serakah menyebar. Bagaimana gelisah Neil saat ini.
"Ups! Maaf!" Yulia menutup matanya menggunakan kedua tangannya. Tapi tetap mengintip dari selah jemarinya.
Neil dengan cepat mendorong Cheisia."I...ini tidak seperti yang ibu fikirkan!" Ucap sang anak gelagapan.
Sedangkan Cheisia menghela napas, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aktingnya, sebagai penerima gelar artis terbaik dimulai."Neil sudah melecehkanku..."
Suara tangisan memilukan seperti korban pelecehan. Yang seketika membuat Yulia tertawa, seorang wanita dengan wajah pucat, masih duduk di atas kursi rodanya.
Kakinya terlalu lemah untuk melangkah. Bagaikan seseorang yang benar-benar menyerah dengan hidupnya.
"Dasar wanita ular! Bukannya tadi kamu yang menciumku!?" Bentak Neil.
"Itu kan ciuman season pertama. Tapi season kedua kan kamu yang menciumku duluan. Itu artinya season pertama kita sama-sama suka, season kedua merupakan tindakan pelecehan." Cheisia tidak mau kalah, untuk berdebat melawan remaja nakal ini.
Sedangkan gelak tawa kembali terdengar lebih kencang dari Yulia. Bagaimana ciuman bisa ada seasonnya? Bahkan season kedua Neil yang memulai lebih dulu?
"Lagipula jika dihitung-hitung tadi season ketiga bukan kedua..." Cheisia bergumam dengan suara kecil. Mengingat kecupan di sekolah.
Membuat Neil mencubit bibir gadis itu, gemas."Dasar bebek cerewet! Jangan bicara lagi di depan ibuku."
Seketika wajah Cheisia pucat pasi."I... ibu?" gumamnya, menelan ludah kasar.
Sebelum waktu terulang, dirinya tidak pernah mengetahui tentang keberadaan ibu kandung Neil. Yang dirinya kenal hanya istri kedua Albert (ayah Neil), seseorang yang ikut serta merencanakan pembunuhan dirinya dan Neil.
Tapi ibu mertua? Orang ini adalah ibu mertuanya? Tubuh wanita yang terlihat kurus, bahkan tidak dapat berdiri hanya duduk di kursi roda. Apa mungkin sebelum waktu terulang orang ini sudah meninggal?
Tidak! Dirinya harus mendapatkan perhatian ibu mertua, agar dapat menaklukkan suaminya yang begitu liar.
"Minggir;" Cheisia mendorong Neil kali ini, agar tidak menghalangi jalannya. Mendekati Yulia, menggenggam jemari tangannya."Tan... perkenalkan aku Cheisia, bersekolah di SMU yang sama dengan Neil. Boleh aku berteman dengan Tante? Nanti kita bisa ke salon bersama, join bisnis, cari supplier ke Singapore dan Bangkok liburan semester ini."
"Neil, ini pacarmu?" Tanya Yulia, berusaha keras untuk tidak tersenyum.
"Iya!" Jawab Cheisia.
"Tidak!" Bantah Neil.
"Neil, suruh pelayan menyiapkan pakaian. Bagaimana bisa kamu membawa masuk anak perempuan dalam keadaan basah kuyup." Sang ibu menatap tajam pada putranya, mengangkat salah satu alisnya."Apa kamu bermaksud menghamilinya dengan memanfaatkan cuaca dingin?"
"Mana mungkin!" Dengan cepat remaja itu berlari memasuki salah satu ruangan.
Sementara Yulia tersenyum."Neil, dia memang pembangkang dan egois. Tapi percayalah dia yang memiliki hati paling tulus."
Cheisia mengangguk."Memang hanya dia yang tulus padaku."
*
Pertama kali bertemu ibu mertua tidak begitu buruk bagi Cheisia. Kini dirinya tengah membersihkan diri, mengenakan pakaian ganti. Apa mungkin pakaian Yulia? Selera berpakaian yang benar-benar berkelas.
Mencoba mengingat-ingat segalanya sebelum waktu terulang. Neil tidak pernah menemui atau bicara sedikit pun tentang ibu kandungnya. Apa dirinya melewatkan sesuatu?
Hingga Cheisia tertegun, terdiam sejenak. Kala keluar dari kamar dirinya mengingat satu hal. Neil pernah pergi membeli bunga Krisan putih, untuk mengunjungi makam seseorang. Apa itu Yulia? Apa Yulia meninggal karena sakit?
"Aku akan mengantarmu pulang." Neil menghela napas kasar, telah menunggu Cheisia di lorong rumahnya. Tangannya memegang kunci mobil.
"Aku belum ingin pulang." Cheisia mengangkat salah satu alisnya.
"Pulang, atau aku akan melecehkanmu." Ancaman dari Neil, dengan aura membunuh yang tidak main-main.
"Ayo!" Cheisia malah menantang.
"Kalian masih di bawah umur." Tiba-tiba Yulia datang lagi. Kali ini dengan kursi roda yang didorong oleh seorang perawat."Jika ingin melakukannya, minimal tunggu dua tahun lagi. Agar cukup umur untuk melahirkan."
"Ibu! Sudah aku bilang, dia itu stalker! Ibu tau penguntit yang obsesi? Tidak mungkin aku akan menyukainya!" Tegas Neil.
"Tidak suka tapi bibirnya dikunyah juga." Sindiran telak dari sang ibu membuat putranya tidak dapat berkata-kata.
"Cheisia, hubungi orang tuamu. Katakan kamu akan pulang malam. Hujan masih deras di luar, bagaimana jika kita minum teh bersama?" Ucap Yulia pelan, penuh senyuman pada gadis ini. Sejenak pandangan matanya beralih pada Neil."Dan kamu! Pergi sana!" ucapnya mengusir putranya.
"Tante tidak boleh mengusir Neil. Aku tidak dilecehkan, ciuman tadi suka sama suka." Ucap Cheisia cepat tidak ingin situasi menjadi sulit.
"Neil memang akan sibuk sampai malam. Dia yang mewakili Tante mengurus usaha sampingan. Karena ini temani Tante sampai malam ya? Nanti setelah urusannya selesai Neil akan mengantarmu pulang." Wanita yang begitu kurus, tersenyum padanya.
Sejenak Cheisia menatap ke arah Neil, yang melihat penuh kasih pada sang ibu. Hanya bagian luarnya saja yang terlihat begitu dingin. Itulah, Willem Alexander Niel Andreas, suaminya sebelum waktu terulang.
"Pergi sana!" Cheisia ikut-ikutan mengusir Neil.
Menghela napas melihat kelakuan kedua wanita ini. Pemuda yang kini mengenakan pakaian cassual itu melangkah pergi, namun sedikit melirik ke belakang."Jangan mengatakan hal buruk pada ibuku." Pesan Neil pada Cheisia, sebelum melangkah pergi menuju beberapa restauran dan hotel milik ibunya. Mengingat kondisi psikologis Yulia yang bahkan kesulitan untuk makan.
"Baik kakanda! Adinda akan menjaga ibu mertua dengan baik." Kalimat dari Cheisia seketika membuat Yulia dan Neil merinding.
*
Uueek!
Sempat muntah, Cheisia membantu seorang perawat dan dokter untuk mengurus Yulia. Hingga Yulia kembali dibersihkan seorang perawat wanita.
"Tante sakit apa?" tanya Cheisia pada sang dokter, kala mereka tengah menunggu suster yang tengah membersihkan tubuh Yulia.
"Lebih ke penyakit psikologis dibandingkan penyakit fisik." Enric (sang dokter) menghela napas kasar.
"Penyakit psikologis?" Cheisia terlihat tidak mengerti sama sekali.
"Aku berteman dengannya dari kecil. Jadi sedikit tidaknya aku mengerti bagaimana kondisi Yulia saat ini. Dulu dia berkata saat baru saja pulang kuliah di luar negeri, sudah jatuh cinta pada seseorang. Dua tahun kemudian mereka menikah, Yulia menikah dengan Albert." Enric menghela napas, menatap pintu kamar mandi yang masih tertutup.
"Setiap bertemu denganku dia selalu mengatakan betapa sempurnanya Albert sebagai seorang suami. Hingga dua tahun lalu, Albert datang bersama istri muda simpanannya dan anak mereka yang hanya berselisih usia satu tahun dengan Willy." Lanjutnya.
"17 tahun berselingkuh, bahkan diam-diam menikahi selingkuhannya? Gila!" Cheisia kini mengerti mengapa Neil tidak begitu dekat dengan keluarganya.
"Benar! Albert keterlaluan. Yulia begitu mencintainya, hingga 2 tahun ini kondisi fisiknya menurun. Hanya sedikit makanan yang dikonsumsi Yulia per harinya. Aku sudah mengusahakan berbagai cara, tapi---" Kalimat Enric disela.
"Pasti sulit menjalani cinta bertepuk sebelah tangan ya paman? Aku mengerti perasaan paman." Ucap Cheisia berurai air mata.
"Aku tidak menyukai Yulia!" Tegas Enric.
"Oh ya? Apa paman sudah menikah sekarang?" Tanya Cheisia usil.
"Tidak menikah itu pilihan. Bukan karena aku menyukai---" Kalimat Enric terhenti, kala menatap pintu yang terbuka.
Yulia berada di sana dengan senyuman secerah mentari.
"Maaf, Tante membuatmu menunggu lama." Ucapnya pada Cheisia.
"Om yakin tidak menyukainya?" Tanya Cheisia dengan suara kecil.
"Sedikit..." Jawab Enric.
gedeq sm enric dan nail..