COVER FROM PINTEREST
Cerita pernah dipublishkan di Wattpad dan republish serta kontrak dengan MangaTonn setelah melakukan beberapa revisi
Namanya Lolita, otaknya LOLA! Dia terlalu lamban dan tidak pantas jadi istriku. Seandainya bukan karena pernikahan bisnis. Aku tidak sudi menikahinya! Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku ke depannya harus tinggal satu atap dengan wanita ini! Dia hanya merepotkan hidupku saja dan sangat memalukan saat bersamanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzieraHill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9: Meet Again
***NOTED: Sebelumnya mau ngasih tahu IDIOT di sini sesuai dengan judul punyaku yang pakai bahasa inggris ya. Jadi jangan tanya\, kok LOLI-nya kayak gak idiot? hihiihihi. Idiot dalam bahasa inggris itu artinya orang bodoh. Di sini penulis menggambarkan LOLI sebagai sosok yang agak LOLA (loading lama) dan polos. Jadi jangan dipatokkan idiot yang kalian pikirkan^^ ***
SELAMAT MEMBACA^^
LOLITA POV
Setelah Axel pulang dari kantornya. Bi Tikah pun segera memasukkan keperluan kami ke dalam mobil.
“Den, Bibi titip Nona ya,” kata Bi Tikah seraya mengusap pelan rambutku. Sementara Axel tersenyum kea rah Bi Tikah seraya mengangguk. Aku senang bisa melihat senyum Axel yang lebar seperti itu.
“Semua keperluan kita sudah masuk semua?” tanya Axel pada Bi Tikah.
“Sudah Den, pesananan Aden juga sudah Bibi masukan ke dalam tas,” kata Bi Tikah seraya mengedipkan matanya membuatku menolehkan kepala ke arah Axel.
“Memangnya kamu pesan apa?” tanyaku tak mengerti.
Axel pun nampak gagap. Aku tidak tahu rahasia apa yang Axel dan Bi Tikah sembunyikan dariku, tapi Bi Tikah tertawa.
“Bibi cuma becanda, Non,” katanya dan aku pun tertawa semakin tak mengerti apa yang sedang Bi Tikah bicarakan, tapi aku hanya bisa tertawa bodoh.
“Yasudah, ayo Pak. Kita bisa telat ke bandara,” kata Axel pada Pak Jani.
“Iya Den.” Ucap Pak Jani dan Bi Tikah pun menutup pintu mobil dan melambaikan tangannya.
“Pak Jani, nyetirnya hati-hati ya, Pak,” ingatnya pada Pak Jani. Sementara aku membuka kaca mobil seraya melambaikan tanganku keluar.
“Dahh Bibi, nanti Loli bawain oleh-oleh buat Bibi.”
“Iya Non, Non hati-hati ya dan jaga kesehatan,” teruaknya setelah mobil ini perlahan berjalan keluar dari perkarangan rumah dan sebuah tangan kekar menarik tubuhku.
“Jangan dikeluarin kepalanya, dong,” ucap Axel mengingatkan padaku.
Aku pun menyengir kuda dan Axel memberantaki rambutku. “Ihhhh, rambutku jadi berantakan,” aku mencemberutkan bibirku seraya merapikan rambutku. Aku dengar Axel terkekehd an mencubit pipiku dengan ke dua tangannya.
“Maaf deh maaf,” ucapnya membuatku malah tersenyum dan aku mengingat sesuatu yang Bi Tikah berikan tadi pagi padaku di dapur.
Aku pun mengeluarkan HP-ku dari saku. Lalu membuka galeri yang isinya Axel sedang memeluk tubuhku. “Axel lihat deh! Bi Tikah yang memfotonya.” Kataku seraya tersenyum-senyum melihat fotonya.
Axel menarik HP-ku. “I-ini kenapa bisa?”
“Hehehe Bibi terbangun dini hari untuk memeriksa aku dan dia tidak sengaja mendapatkan foto ini.”
“Ini bukan aku! Ngapain juga aku meluk kamu.” Kata Axel seraya memberikan HP-ku dengan kasar membuatku bingung
“Masa sih ini bukan kamu,” kataku seraya kembali memperhatikannya dan bahkan memperbesarnya.
“Iyaaa! Lihat saja dengan jelas ini bukan aku.” Axel menunjuk-nunjuk layar HP-ku dan aku menyipitkan mataku untuk melihatnya ulang. Aku semakin memperbesarnya dan melihat bahwa itu benar Axel kok, tapi Axel bilang itu bukan dirinya.
Lama aku memperhatikan foto itu. Bahkan aku membolak-balikkan arah HP-ku ke segala sisi supaya bisa melihatnya lebih jelas. Setelah aku lelah memperhatikannya dari segala sisi. Aku pun menolehkan kepalaku ke arah Axel yang ternyata sejak tadi memperhatikanku. Aku tidak tahu ekspresi apa yang Axel tunjukan padaku, tapi aku tetap kepikiran apa benar yang Axel katakan?
“Axel masa sih ini bukan kamu. Aku jadi takut ihhh. Kalau bukan Axel berarti hantu dong,” ucapku sungguh merasa takut karena Axel bilang ini bukan dirinya.
Axel pun tertawa membuatku menolehkan kepala ke arahnya. “Kok kamu ketawa. Aku takut tahu! Kalau bukan kamu ini siapa?”
“Kamu tuh ya benar-benar polos banget deh! Aku jadi makin gemas sama kamu, cup!” dia mengecup bibirku membuatku langsung menjatuhakn HP yang ku genggam. Baru pertama kalinya aku dicium oleh seorang pria.
“Axel!” aku menutup bibirku lalu melihat ke arah spion di depan. Pak Jani senyum-senyum dalam kemudinya. “Axel aku malu sama Pak Jani,” kataku menutup wajahku dan Axel pun terkekeh.
“Hahaha abisnya aku gemas sama kamu,” kata Axel menarik tanganku dan menggenggamnya.
“Tapi, itu benar bukan kamu?”
“Iyah deh aku ngaku. Itu aku yang meluk kamu. Udah jangan dilihatin terus!” katanya seraya menarikku lebih dekat dengannya.
……………………………………………………………………………
Aku terbangun dari tidurku. Beberapa jam yang lalu kami sudah di dalam penerbangan menuju Bali dan sekarang Axel membangunkanku karena Axel bilang kami akan sampai sebentar lagi, tapi aku ingin buang air kecil.
“Axel temani aku pipis,” bisikku.
Axel mengangguk dan meraih tanganku. Lalu kami berjalan menuju toilet kecil di dalam pesawat.
“Tungguin ya,” kataku padanya.
“Iya, Sayang, tapi jangan terlalu lama. Kita harus kembali ke tempat duduk karena sebentar lagi akan mendarat.”
“Ohh aku tidak boleh lama-lama ya. Yasudah aku cepat deh pipisnya,” kataku segera masuk ke dalam toilet dan Axel menunggu di depan.
Namun baru saja aku ingin membuka celanaku. Aku mendengar Axel sedang berbicara dengan seseorang. Dia bicara dengan siapa?
Cepat aku segera menyelesaikan urusanku. Lalu setelah selesai, aku membuka pintu toilet dan menemukan wajah wanita yang kemarin aku temui di kantor.
“Sudah?” tanya Axel padaku sementara aku memperhatikan wanita itu.
“Haiii, Lolita. Kau ingat denganku?” tanyanya. Aku mengangguk pelan ketika dia mengulurkan tangannya ke arahku. “Kita belum berkenalan secara resmi bukan? Namaku Irene, teman lama sekaligus rekan kerja Axel.”
Aku tidak tahu harus mengatakan apa, tapi aku menolehkan kepalaku ke arah Axel karena sebodoh apapun aku, perasaanku justru mengatakan hal yang membuatku sedih.
Sebenarnya saat ini aku ada di situasi apa? Axel bilang, pagi tadi dia bertemu dengan wanita ini untuk mengatur kembali pertemuan mereka. Meski terkadang aku terlihat bodoh, tapi aku selalu mengingat kata-kata yang orang ucapkan padaku. Apalagi jika orang itu sudah berhasil menyentuh hatiku seperti Ayah dan Bi Tikah. Tentu aku tak akan pernah melupakan kata-kata mereka.
“Dia Irene, Lolita. Kau juga belum meminta maaf padanya,” kata Axel padaku.
Aku pun menatap tangan Irene yang masih belum ku salami. Lalu menatap wajahnya seraya membalas uluran tangannya.
“A-aku Lolita. A-aku minta maaf soal kemarin,” kataku menundukkan kepalaku entah merasa bersalah atau perasaan lain yang tak bisa kujelaskan. Hanya saja, hatiku seperti merasa sedih.
“Tidak apa-apa. Senang bertemu denganmu lagi,” katanya dengan suara sedikit terendam dengan suara pemberitahuan seorang pramugari.
“Ayo, mereka meminta kita untuk kembali ke tempat duduk. Pesawat akan segera turun,” kata Axel menggenggam tanganku membuatku menatap genggaman kami.
Axel, sebenarnya apa yang dia pikirkan tentang aku dan wanita itu? Aku tidak tahu apa yang orang dewasa lakukan di saat memiliki perasaan sedih seperti ini karena menarik rambut wanita itu tidak Axel izinkan. Lalu, aku boleh melakukan apa untuk membuat diriku merasa lebih baik?
......................................................
THX FOR READING ^^
udh bbrpa kali ku baca msih ttp seru
btw ada yg tau judul novel
kalo gak salah namanya Amera
dia juga lola, menceritakan tentang anak perempuan suka sama most wanted di sekolah nya tapi otaknya agak lemot juga
kalo gak salah ibu nya jualan gorengan.
gitu deh
kalo ada yg tau tolong info in yah
benar yg di katakan oleh ibu nya axel seorang ibu yg baik akan selalu menyayangi dan mencintai anak nya seperti apa pun anak. .. bahkan meski bandel, ,, nakal, ,, dan sulit di atur pun karena rasa sayang ibu ke anak nya lebih dari apa pun. ..