Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~10
"Ayah, tolong maafkan aku." Sofia langsung menangis histeris setelah mengetahui jika ayahnya telah tahu jika ia di keluarkan dari kampusnya.
"Aku tidak bersalah ayah, mereka semua membenciku dan merundungku setiap hari." imbuhnya menjelaskan dan itu membuat seorang Marco nampak merasa bersalah, ia tidak tahu jika putrinya telah mengalami hal menyedihkan di sana.
Ingin rasanya ia berlari dan mengatakan pada seorang James Scott jika gadis di hadapannya kini adalah putri kandung pria itu, namun tubuhnya yang semakin lemah membuat pria itu tak berdaya untuk melakukannya.
"Kamu tahu kenapa ayah memintamu untuk masuk ke kampus itu ?" ucap Marco kemudian dengan lirih, wajahnya sedikit meringis saat merasakan dadanya begitu sesak menahan sakit.
Jika ini memang saat terakhir baginya, ia ingin mengatakan kebenaran yang telah ia rahasiakan selama bertahun-tahun dari putrinya itu.
"Aku tahu ayah ingin aku menjadi sukses suatu hari nanti." sahut Sofia menimpali.
"Tidak hanya itu, Nak." ucap Marco kemudian.
"Tolong maafkan ayah jika yang ayah katakan mungkin akan menyakiti hatimu." imbuhnya lagi dan itu membuat Sofia langsung mengernyit tak mengerti.
"Sebenarnya kamu bukan putri kandung ayah." ucap Marco lagi dan terdengar seperti petir di siang bolong di telinga Sofia.
Gadis itu langsung melebarkan matanya. "Tidak, ayah pasti becandakan? itu tidak lucu ayah. Baiklah apa ayah sudah minum obat? aku akan mengambilnya untukmu." ucapnya seraya beranjak dari tepi ranjang ayahnya itu.
"Tapi itu benar, Nak. Kau bukan putriku." ucap Marco lagi hingga menghentikan langkah Sofia, gadis itu nampak memejamkan matanya sejenak merasakan sesak di dadanya yang tiba-tiba hadir.
Kemudian gadis itu segera berbalik badan. "Lantas aku anak siapa, ayah ?" ucapnya dengan wajah pias dan Marco yang menatapnya nampak semakin bersalah hingga membuat dadanya semakin terasa sesak dan pria itu langsung terbatuk dengan mengeluarkan sedikit darah di telapak tangannya.
Melihat itu Sofia nampak panik. "Ayah, kamu baik-baik saja? ayo kita ke dokter sekarang." ajaknya kemudian namun Marco langsung menahan tangannya saat gadis itu akan membantunya bangun.
"Dengarkan ayah baik-baik Nak, ayah dan ibu kandungmu ada di universitas itu.Tolong maafkan ayah yang sudah membuatmu menderita selama ini, karena rasa kecewaku pada ayahmu dan rasa cinta ayah yang terlalu besar pada ibumu hingga membuat ayah tega memisahkan kalian." ucap Marco dengan nafas mulai tersengal lalu kembali memuntahkan darah yang sangat banyak hingga membuat Sofia semakin panik sekaligus bingung dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui itu.
"Tolong sampaikan permintaan maaf ayah pada ibumu, Nak. Sampai kapanpun ayah akan selalu mencintainya." imbuh Marco lagi sebelum pria itu tak sadarkan dirinya.
"Ayah, ku mohon jangan tinggalkan aku." teriak Sofia, kemudian ia segera menghubungi tenaga medis.
Beberapa saat kemudian Sofia yang di jemput oleh tenaga medis langsung membawa ayahnya itu ke rumah sakit.
"Bertahanlah ayah ku mohon, aku cuma menginginkan mu bukan yang lain." ucapnya sebelum ayahnya itu di bawa oleh dokter ke ruangan pemeriksaan.
Kini Sofia yang sedang menunggu di luar nampak berjalan kesana kemari tak tenang, pikirannya sangat kacau dan ia berharap ini semua hanyalah mimpi.
"Nona Sofia, ayah anda membutuhkan donor darah sekarang juga." lapor seorang perawat setelah keluar dari ruangan pemeriksaan.
"Aku putrinya dan aku sangat sehat, tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Tolong ambil saja darahku sebanyak yang kalian butuhkan." timpal Sofia kemudian.
"Tentu saja tapi kami akan mengambilnya sesuai prosedur yang berlaku nona, ayo mari ikut kami." perawatan tersebut segera membawa Sofia ke ruangan khusus.
Beberapa saat kemudian setelah mengambil sampel darah gadis itu, perawatan tersebut kembali dengan wajah yang nampak pias.
"Katakan, aku sangat sehatkan ?" ucap Sofia tak sabar.
"Tentu saja kamu sangat sehat tapi rupanya darahmu tidak cocok dengan milik ayahmu, apa kalian benar-benar memiliki hubungan darah ?" terang perawatan tersebut dan sontak membuat Sofia nampak tercengang, jadi benar apa yang di katakan oleh ayahnya tadi jika ia bukan putri kandungnya?
Sofia yang sedang berjibagu dengan pikirannya tiba-tiba seorang dokter datang dengan wajah gusar. "Tuan Marco mengalami kejang hebat lalu menghembuskan napas terakhirnya." terangnya kemudian dan itu membuat Sofia langsung histeris.
"Tidak, itu tidak mungkin." gadis itu segera berlari dari sana lalu menuju ruangan sang ayah.
Di ruangan dengan peralatan medis yang sangat lengkap itu nampak seorang pria terbujur kaku di atas brankar.
"Ayah, ku mohon bangunlah. Tolong jangan tinggalkan aku, aku tidak ingin sendirian ayah." teriaknya seraya mengguncang tubuh ayahnya tersebut.
"Aku cuma mau kamu bukan yang lainnya ayah, kau ayahku dan akan tetap menjadi ayahku." teriaknya lagi dan seorang perawat langsung menenangkannya.
"Nona, ku mohon tenanglah."
Keesokan harinya....
Siang itu Sofia nampak duduk termenung di atas pusara sang ayah yang di penuhi oleh berbagai jenis bunga, rasanya masih tak percaya jika ayahnya telah tiada.
Meski sebelumnya dokter telah memvonisnya jika ayahnya takkan bertahan lama dan untuk itulah ia selalu menuruti permintaan pria itu bahkan saat dirinya di minta untuk kuliah di universitas SG.
"Maafkan aku ayah." ucapnya dengan penuh penyesalan.
Kemudian Sofia segera beranjak dari sana saat menatap langit yang mulai gelap, sepertinya akan turun hujan lebat dan ia segera melangkah pergi dari sana.
"Aku janji akan mengunjungimu setiap hari, ayah." ucapnya sebelum berlalu pergi dari sana.
Kemudian Sofia mulai menyusuri jalanan meninggalkan pemakaman tersebut dan tanpa ia sadari seorang pria nampak menatapnya dari dalam mobilnya.
Setelah Sofia pergi, pria itu segera turun lantas membawa seikat bunga lalu menuju ke pemakaman.
"Maafkan, aku." ucapnya seraya meletakkan bunga tersebut di atas makam Marco dan tak berapa lama ponselnya nampak berdering nyaring.
"60 menit lagi pesawatmu akan segera take off, jika kamu tidak datang maka jangan panggil nama papa lagi." ancam William dari seberang telepon yang langsung membuat Ariel nampak mengepalkan tangannya, kemudian pemuda itu segera pergi dari sana.
Sementara itu Sofia yang kini berada di rumahnya nampak menatap seisi kamar sang ayah, lalu saat mengingat perkataannya pria itu Sofia segera mencari sesuatu di sana namun ia tak menemukan petunjuk sedikit pun perihal tentang keluarga kandungnya.
Jika ia bukan anak kandung ayahnya itu lantas siapa keluarganya? jika ia memang mempunyai keluarga kandung, kenapa hingga belasan tahun mereka tak mencarinya?
Hingga sore hari Sofia pun tak kunjung menemukan jawaban dari segala pertanyaannya dan kini gadis itu telah berdiri di depan kampus SG.
"Benarkah jika ayah dan ibu kandungku berada di sini ?" ucapnya seraya menatap gedung pencakar langit yang sangat mega di hadapannya tersebut.
james scott menghukum dg tdk tersenyum krn anaknya yg hilang..aneh gak.. tapi lihat anaknya malah mengumpat dan gak ada simpati2 nya blas sama sofiya. benar kata sofia..dasar org kaya sombong
bikin emosi😏
bikin ketawa😜
bikin nangis😭
makasih k atas rezeki karya sebagus ini, semoga di RL kehidupan KK selalu sehat, bahagia, lancar rezeki usahanya
Aamiin 🤲