Azzam Bernabas Dirgantara, seorang Milyader berhati dingin. Bagi Dirga, hatinya sudah lama mati. CEO dari Dirgantara Group tersebut sudah mengubur dalam cintanya bersama sang tunangan yang pergi untuk selama-lamanya.
Lalu tiba-tiba muncul wanita seperti alien yang mulai mengusik kedamaian Dirga. Apa Dirga akan bertahan menjadi perjaka tua sampai akhir hayat karena cintanya yang sudah mati? Atau jangan-jangan pria seperti kanebo kering itu malah berpindah haluan, ketika hidupnya diusik sosok gadis yang sama sekali tidak akan membuatnya jatuh cinta lagi.
Dirga berani bersumpah, ia akan membujang selama-lamanya. Percaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Pekerjaan
Dinikahi Milyader Bagian 10
Oleh Sept
Rate 18 +
"Tuan! Saya mau kerja dan tolong jangan buang-buang waktu saya!" ujar Levia sembari melipat tangan. Ia terpaksa duduk di samping kemudi karena Dirga memaksa ia masuk ke dalam mobil pria tersebut.
Sedangkan Dirga, pria itu fokus pada kemudinya. Ketika ia menyetir, sama sekali tidak mendengar rutukan gadis di sampingnya.
"Turunkan! Kalau tidak aku akan teriak!" ancam Levia karena sejak ia mengomel, pria yang menyetir itu sama sekali bergeming. Seolah tidak mendengar keluhannya.
"Diamlah!"
Hanya itu yang dikatakan Dirga. Pria tersebut kemudian memacu mobilnya menuju suatu tempat.
"Ini bukan arah kantorku!" celetuk Levia yang mulai kesal.
"Tuan! Aku bicara denganmu!" cetus Levia kembali yang makin sebal.
Chittttt ....
Mobil itu akhirnya berhenti, bukan karena ocehan Levia. Namun, karena memang sudah sampai. Besi baja yang mengkilat itu berhenti tepat di sebuah apartment mewah.
[Kenapa dia membawaku ke sini? Ke apartment miliknya? Astaga ... apa dia mau macan-macam?]
"Turun!" seru Dirga yang sudah melepas seatbelt.
Levia mendongak, perasaan dia sudah tidak enak.
"Ayo turun! Ada yang ingin aku bicarakan!"
"Di sini! Di sini saja!" Levia nampak panik. Takut bila pria itu membawanya ke dalam.
"Apa aku harus menyeretmu?"
Glek ...
Levia sepertinya ingin menjitak jidat pria es tersebut. Tidak mau ditarik-tarik seperti sebelumnya. Dengan setenga hati, akhir kaki itu ikut melangkah bersama Dirga ke dalam apartment.
Lorong apartment terasa sangat panjang bagi Levia saat ini. Ia ingin lari saja, tapi Dirga sedang berjalan di belakangnya. Kenapa ia merasa seperti seorang tawanan. Seperti seorang penjahat yang sedang diawasi agar tidak kabur dan pergi.
[Ya ampun ... apa ini? Kok jadi begini?]
TIT ....
Pintu langsung terbuka begitu Dirga menempelkan access card yang ia pegang.
"Masuk!" titah pria tegap berbadan atletis dengan wajah tegas disertai bulu-bulu yang membuatnya tambah macho tersebut.
"Ayo masuk!" ujar Dirga yang kesal karena Levia hanya berdiri saja.
"Jangan khawatir! Aku tidak berniat menyentuhmu!" tambah Dirga kemudian saat melihat Levia memainkan jari-jarinya karena cemas.
"Bisa tidak bicara di tempat lain saja, Tuan?"
Kesal, akhirnya Dirga menyeret langsung tangan Levia.
Bukkkk ....
Ia duduklah Levia ke sofa ruang tamu setelah mengunci pintunya.
[Ya ampun, kenapa pintunya dikunci? Apa dia salah paham karena semalam? Apa dia pikir aku wanita yang menjual tubuhnyaa demi uang? Bagaimana ini?]
"Minum ini!" Dirga datang dengan membawa minuman kaleng dari dalam kulkas.
"Dan tanda tangani surat perjanjian kerja ini!" ucap Dirga lagi.
Elvira langsung tanpa sadar melotot. Biasanya ia tidak pernah memberikan tatapan tajam pada orang asing. Dan bagi Levi sekarang Dirga adalah orang asing yang harus ia waspadai.
"Maaf, Tuan. Anda salah besar! Saya bukan gadis panggilan seperti yang tuan kira. Yang bisa datang setiap saat 24 jam sesuai perintah anda. Kalau mau cari wanita yang nakall. Lebih baik Tuan cari yang lain!"
Dahi Dirga berkerut.
[Apa gadis ini terlalu percaya diri? Dia aku suruh kerja denganku bukan untuk tidur atau semacamnya. Astaga ... betapa kotornya isi dalam kepala gadis karbol ini]
Dirga berbalik, ia menuju meja dan membuka laci. Di kemudian datang kembali menghampiri Levia sambil meletakkan sebuah berkas serta banyak laporan medis atas namanya.
"Kamu yang salah kira. Aku memintamu kerja denganku karena alasan ini. Jangan terlalu percaya diri, menyentuhmu saja tidak pernah terpikir olehku!" cibir Dirga.
[Ish ... lalu siapa yang semalam mau menciiumku?]
Levia makin kesal. Namun, matanya melirik laporan medis yang ada didekatnya. Penasaran, ia pun membacanya perlahan.
"Aku memiliki ganguan tidur yang akut! Tapi, setelah kau menerobos ke sini. Aku rasa saat itulah aku bisa tidur nyenyak lebih dari satu jam."
Levia mendongak sebentar, lalu kembali membaca cacatatan rekam medis Dirga kembali.
"Lalu apa hubungannya dengaku?" gumam Levia pelan. Tapi, Dirga bisa mendengar dengan jelas karena di sana suasana begitu sepi dan tenang.
"Aku bisa tidur setelah mengenalmu!"
Dahi Levia kembali mengerut. Mana ada penyakit seperti itu?
"Daripada jadi cleaning service yang gaji tidak seberapa. Kerja saja dengaku ... hanya datang saat aku panggil!"
[Siallll apa bedanya dengan gadis panggilan]
Levia mengerutu dalam hati.
"Maaf, Tuan ... ini seperti lelucon!"
"Ish!" Lama-lama Dirga ikut kesal juga. Pria itu kemudian melongarkan dasi, melepas kemeja yang ia pakai dan berbalik.
"Astaga apa yang Tuan lakukan!" pekik Levia karena terkejut dengan aksi cepat Dirga.
Pria itu sudah tidak memakai baju atasan dan memunggungi dirinya.
"Lihat! Biar kau percaya!"
Dengan pelan-pelan Levi membuka mata, dilihatnya punggung tegap dengan sebuah garis panjang, seperti bekas dibedah. Matanya lalu tertuju pada garis asing lain yang cukup menyita perhatian Levia. Sebuah garis vertikal dari balik ujung leher pria tersebut.
"Aku tidak pernah bicara omong kosong!" cetus Dirga dingin.
Dirga kemudian berbalik dan berniat memakai bajunya lagi. Namun, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu apartment. Buru-buru ia memakai bajunya lagi. Sedangkan Levia, ia masih bengong. Ia tidak menyangka, pria tampan, berbadan atletis itu memiliki banyak bekas jahitan di tubuhnya. Sepertinya luka karena kecelakaan, mungkin itu yang kini Levia pikirkan.
Sementara di depan sana, Jean dan Diska sudah menunggu di luar.
KLEK
"Kenapa pagi-pagi sudah datang?"
Diska langsung menerobos padahal Dirga sudah menghalangi dengan sebelah kakinya.
"Apa sih, Mas!" seru Diska kesal.
"Kalian ini ... gak enak kalau gak ribut!" Jean juga begitu. Ia langsung saja masuk meskipun pintu dibuka sedikit oleh Dirga.
"Ish!" Dirga mendesis. Masalahnya di dalam sedang ada Levia.
BERSAMBUNG