NovelToon NovelToon
Cinta Naira

Cinta Naira

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nelis Rawati Siregar

Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Kecewanya Bunda

Setelah menerima telepon dari Bima yang mengatakan bahwa Ririn tidak bisa hadir Bunda pun mengajak Ayah pulang. Di mobil Bunda hanya diam saja. Ayah bertanya" kenapa kok diem z Bun?". Bunda menghela nafas kemudian menatapnya Ayah. "Entah mengapa ya Bunda merasa kalau pacarnya Bima ini belum bisa diajakin serius.

Mungkin pekerjaannya urgent tapi apa salahnya menyapa kita terlebih dahulu toh meraka udah sampai di parkiran juga".

Bunda mengeluarkan hal yang mengganjal hatinya. "Kita lihat bagaimana nantinya Bun jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan", Ayah berusaha bersikap bijak. Namun tiba-tiba Bunda menegakkan tubuhnya dan berkata sebenarnya Bunda ada niatan menjodohkan Bima dengan anaknya Santi".

Mendengar itu Ayah menepikan mobilnya dan ingin memperjelas pendengaran dan memastikan sesuatu.

"Maksud Bunda Santi yang suaminya Erlangga?", Ayah bertanya. Dan diberikan jawaban hanya dengan anggukan kepala oleh Bunda.

"Tapi kalau begini Bunda jadi pesimis Yah apakah Bima mau dijodohin sementara dia ada pacar yang mau dinikahi", Bunda mengatakan rasa tidak percayanya. "Oleh karena itu Bun, kita jangan menarik kesimpulan sepihak dulu kita tunggu saja bagaimana penjelasan Bima baru kita tarik kesimpulan".

Ayah memberikan penjelasan sekaligus menarik kesimpulan untuk sementara. Bunda pun mempertimbangkan dan berkata,"baiklah Yah".

Sementara itu setelah Ririn mengambil materi dari dosen Dika mereka mampir sebentar di warung sate untuk mengisi perut. Ririn sengaja memilih tempat duduk paling pojok dan belakang agar leluasa ngobrol dengan Bima.

Sambil menunggu pesanan datang Ririn mencoba berbicara dengan Bima.

"Sayang kamu marah?".

"Nggak, aku lagi berpikir gimana nanti ngadepin Bunda, kamu jangan berpikir aku marah sama kamu. Mungkin memang belum jodohnya ketemu Bunda", Bima menggenggam tangan Ririn untuk meyakinkannya.

Ririn menatap Bima dengan haru hingga tanpa disadarinya sudut matanya berair.

"Terimakasih Bim, kamu memang orang yang pengertian dan sabar. Terimakasih tetap ada di sisiku dan selalu mendukung selama ini".

Bima mengecup punggung tangan Ririn, "ya kamu jangan nangis dong entar orang-orang yang disini mikir aku habis merawani kamu lagi", ucap Bima tanpa filter. "Ihh kamu kok jadi mesum sih Yang ", namun setelahnya Ririn tertawa.

"Nah gitu dong sayang tertawa kamu jadi tambah cantik", seru Bima. Ririn merona mendengar pujian yang dilontarkan oleh Bima, "Yang kamu itu makin jago aja ngegombal, belajar dimana ya kamu?",ucap Ririn sambil tersenyum. Bima berseru, "udah ya kita makan dulu biar aku nganterin kamu pulang Yang entar kemalaman.

"Baiklah, Ririn m9ulai makan sama sate miliknya. Menikmati makanannya Ririn berkata, "bagaimana kalau hari Selasa aku yang nyamperin Ayah dan Bunda, Sayang. Soalnya Rabu kamu udah balik ke Medan lagi". Bima berpikir menimbang ucapan Ririn. "Baiklah, putus Bima.

Hampir jam 12 malam Bima memasuki garasi. Ia melihat lampu ruang tamu sudah padam pertanda Bunda dan Ayah telah tidur. Bima pun mengayunkan kakinya melangkah memasuki ruang keluarga melalui pintu garasi. Namun siapa sangka ternyata Bunda dan Ayah masih tidur-tiduran menanti kepulangan Bima.

"Kok belum tidur Yah, Bun?", Bima bertanya. "Ya Bunda nunggu kamu mau ada yang Bunda jelasin". Bima pun berjalan untuk semakin dekat dengan kedua orangtuanya. Duduk didekat Ayah. Bima pun berujar, " Bun masalah Ririn tadi memang adalah sangat mendesak. Ririn sekarang kuliah magister merangkap jadi asisten dosen.

Dosen tadi mau berangkat keluar kota Bun, materi yang akan diajarkan ke anak-anak kampus selama ia pergi belum dikirim ke Ririn Bun sementara waktunya mepet banget, Bima menyudahi penjelasannya. Bunda menatap kearah Ayah padahal bukan ini yang mau dijelaskan. Ayah menggelengkan kepalanya sebagai tanda.

"Ririn udah janji Bun hari sebelum keberangkatan aku ke Medan dia akan datang kemari selepas pulang dari kampus. "Baiklah kalau begitu Bunda akan memasak untuk kita makan malam nanti", Bunda akhirnya mengalah. Akhirnya mereka pun bangkit satu persatu menuju kamar masing-masing.

Keesokan harinya Bima beraktifitas seperti biasa. Mengingat lusa ia akan berangkat ke Medan maka ia pun bergegas menyiapkan pekerjaannya dahulu baru setelahnya yakan memberikan pengarahan untuk dua bulan kedepan selama ia tinggalkan.

Tibalah hari yang ditunggu Bunda untuk menyambut kedatangan Ririn ke rumah mereka. Dari siang Bunda sudah masak berbagai masakan untuk menyambut kedatangan tamunya.

Hingga sore hari bunda terlihat masakan sudah terhidang di meja makan. Bima yang sudah pulang melihat semua masakan yang begitu banyak dan lezat Bima bertanya.

"ini semua Bunda yang masak ya, banyak banget Bun?".

"Sudah nggak apa-apa namanya ada tamu spesial harus disuguhi yang lezat dong. Kamu mandi sana yang rapi dan keren ya dandanannya", Bunda menyahut.

"Baik bunda, Bima akan siap-siap, Bunda juga siap-siap ya", ujar Bima.

Dan disinilah mereka sekarang di teras rumah menunggu Ririn. Namun hingga malam tiba yang ditunggu tunggu tak muncul juga. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Tak terhitung lagi jumlah panggilan telepon yang dilakukan oleh Bima, namun tak satupun panggilan itu diangkat. Bima melihat kearah Bunda yang wajahnya dipenuhi kekecewaan yang mendalam.

"Ayah, Bunda sudah lapar ini makan aja y kita duluan Bunda tidak kuat lagi untuk menunggu", Bunda mengajak Ayah makan yang sudah terlalu malam. Bunda melihat kearah Bima.

"Ayah dan Bunda duluan aja aku mau coba hubungi Ririn dulu kalau gak juga terhubung Bima nyusul", Bima berujar. Bima mencoba menghubungi nomor Ririn dan akhirnya diangkat.

"Halo, Bima aku minta maaf banget ya sama kamu tadi aku lupa ngabarin, aku tiba-tiba disuruh bimbingan soalnya besok dosennya akan ada acara, maaf banget ya Bima".

"Kamu tahu Rin, Bunda dari siang sudah berada didapur memasak demi menyambut kedatangan kamu Rin, setidaknya tadi kamu chat dulu sebelum HP nya di mode off", Bima menyahut dengan nada setengah marah.

"Kalau gitu aku berangkat sekarang ya kesana, sahut Ririn diujung telpon sana.

"Sebaiknya kamu pulang aja Rin gak baik juga kamu malam-malam masih kesana sini masalah Bunda biar aku coba atasi".

"Baiklah". Telpon pun terputus dan Bima masuk nyamperin orangtuanya.

Bima duduk dimeja makan. Sebelum Bima bicara bunda langsung bicara "Kali ini alasan apa lagi Bim?.

"Apa masih seputar dosen lagi Bima?".

"Mau sampai kapan terus begini Bim?".

"Terus terang Bunda sangat kecewa Bim terkesan kamu itu ada diurutan keberapa setelah urusan kariernya".

Bima hanya menunduk tak dapat berkata apapun lagi, Karena dia tahu betapa Bundanya sangat antusias menyiapkan ini semua namun yang didapat hanya kecewa untuk kedua kalinya.

"Sekarang bunda mau bicara dan kamu dengarkan baik-baik. Bunda sudah menjodohkan kamu dengan anak teman Bunda yang ada di Medan. Seusai rencana kunjungan Bunda ke Medan, maka 2 bulan lagi kita akan adakan acara makan malam sekaligus membicarakan tanggal pernikahan kamu.

Tadinya Bunda sudah mau membatalkan perjodohan ini mengingat kamu sudah mencintai seseorang tapi melihat kamu bahkan kami orangtuamu diperlakukan seperti ini Bunda jadi semakin yakin untuk melanjutkan perjodohan ini.

Bunda sudah berusaha menerima pilihan kamu tapi yang ada hanya kecewa yang didapat. Bunda harap kamu bisa menerima perjodohan ini. Selama ini sebagai orangtua baru kali ini bunda meminta kamu melakukan apa yang bunda mau karena menurut Bunda kamu dan Ririn itu tidak cocok.

Kamu terlalu didikte sebagai laki-laki. Kamu pikir kan ini baik-baik. Bunda masuk dulu ke kamar". Bunda menyudahi nasehatnya sekaligus memberikan berita yang mengejutkan bagi Bima.

1
Isra
ini lagi proses
aLink sword
kok udah gak ada lanjutan nya
filzah
wah, jalan ceritanya bikin gue deg-degan 😱
Isra: saya juga
total 1 replies
Vivi imut i love you
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Isra: terimakasih atas atensinya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!