Mermaid:Cinta Atau Balas Dendam

Setelah berbicara itu,Ravendra berjalan pergi meninggalkan ruang bawa tanah menuju ke rumah utamanya.

Nerina dan alia yang sedari tadi bersembunyi segera keluar dari bawah meja menghampiri penjaga dan para mermaid yang lain.

"Sabar ya kalian,tunggu aku menemukan bukti dan akan membantu kalian keluar"ucap Nerina tegas.

"Sudahlah Putri,yang terpenting saat ini adalah putri keluar dari ruangan ini dengan selamat dan jangan sampe bertemu dengan penjahat itu"ucap salah satu mermaid.

"Semua rahasia ada di rumah utama"ucap sang penjaga tegas.

"Baik,tunggu kami untuk bisa membebaskan kalian"ucap Nerina lalu menarik tangan Alia untuk pergi ke luar dari ruang bawah tanah.

Nerina dan Alia mengendap endap berjalan keluar dari ruang bawah tanah,untung saja Ravendra sudah pergi jadi ia keluar dari arah ruang belakang itu berjalan ke arah luar lewat belakang dan berlari hingga sampai di depan rumah mewah Ravendra.

"Foto al"suruh Nerina.

Alia mengeluarkan ponselnya dan memfoto foto rumah itu untuk diberitahukan ke paman Jason dan bibi Anna.

Tetapi saat tengah asyik memfoto tiba tiba Nerina menarik tangan Alia untuk bersembunyi di balik pohon,terdengar suara motor berjalan ke dalam rumah itu. Nerina dan Alia mendekat untuk mengintip siapa itu dari sela sela pager rumah mewah itu.

Alia masih menahan kameranya, tapi jemarinya gemetar saat melihat sosok pria itu melepas helm. Nerina menajamkan pandangan, pupilnya membesar.

"Itu…" bisik Nerina dengan suara tercekat.

Pria bertubuh tegap itu menurunkan helm dari kepalanya dan wajahnya yang sangat mereka kenal pun terlihat jelas di bawah cahaya lampu halaman rumah megah itu.

"Astaga, Ner itu Ethan!"suara Alia tercekat.

Belum sempat keduanya berbisik lebih jauh, pintu besar rumah mewah itu terbuka. Ravendra keluar dengan langkah berwibawa, wajahnya berubah lembut seketika. Tatapan garangnya hilang, berganti dengan pancaran kehangatan yang jarang diperlihatkannya.

"Ethan…" suara Ravendra parau, namun penuh kasih.

Tanpa ragu, Ethan berlari kecil menghampiri pria paruh baya itu.

"Ayah!" serunya lantang, lalu langsung memeluk Ravendra erat-erat.

Pelukan itu begitu nyata, begitu hangat kontras dengan wajah dingin Ravendra saat menyiksa mermaid di ruang bawah tanah tadi. Nerina dan Alia yang bersembunyi di balik pepohonan langsung membeku, tubuh mereka seakan kaku oleh rasa syok.

"AYAH?" Nerina menutup mulutnya dengan telapak tangan, takut suaranya terdengar. Matanya membulat, dadanya sesak oleh rasa bingung bercampur sakit yang bahkan tak bisa dijelaskan.

Alia juga menahan napas, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Tatapannya bergetar

"Ner… Ravendra itu… ayahnya Ethan"ucap Alia pelan.

Nerina tertegun, jantungnya berdegup keras hingga nyaris menyakitkan. Rasa syok, kecewa, dan bingung membanjiri benaknya.

"Ethan… anak dari musuh para mermaid. Anak dari pria yang mengurung kaumnya"batinnya.

"Kenapa hatiku berasa sakit sekali melihat Ethan ternyata adalah putra dari musuh kaum ku"batin Nerina.

Sementara itu, di halaman rumah, Ethan masih memeluk Ravendra dengan erat, seolah tak ingin melepas.

"Aku kangen, Yah. Kenapa ayah pulang ga bilang bilang" ucapnya pelan.

Ravendra tersenyum samar, menepuk bahu putranya.

"Ayah juga, Nak. Di laut semuanya sudah selesai makanya ayah pulang duluan" ucap Reindra lalu merangkul putranya untuk masuk ke dalam rumah.

Alia dan Nerina masi memperhatikan gerak gerik kedua pria itu, Nerina merasa kesal melihat wajah Ravendra tapi saat melihat Ethan ia merasa kecewa.

"Ner,ngapain bengong"ucap Alia menepuk bahu Nerina.

"Eh,ga apa apa. Ayo pulang"ajak Nerina.

Alia dan Nerina berjalan ke arah jalan utama, Paman Jason sudah menunggu mereka. Karena sebelum berangkat Nerina dan Alia sudah berpamitan akan menuju ke rumah Tuan Ravendra.

Saat sudah sampai jalan utama, terlihat mobil putih milik Paman Jason. Bibi Anna sudah melambai lambaikan tanganya seolah memanggil mereka berdua.

"Kalian ga apa apa kan?"tanya Bibi Anna khawatir.

"Ma,aku sama Nerina ga apa apa. Ga usa lebay gitu deh"ucap Alia sambil cemberut.

"Mama kan khawatir sama kamu dan Nerina. Lagipula disini kan bahaya banget buat kalian"ucap Anna sambil cemberut.

"Sudah... sudah ayo kita masuk ke mobil sebelum ada yang curiga"ucap Jason.

Mereka berempat pun segera masuk ke dalam mobil, Jason segera melajukan mobil itu menjauh dari kediaman Ravendra. Malam itu suasana agak dingin ditambah hujan yang mulai mereda. Sedangkan suasana di dalam mobil hening, seolah semua orang yang ada di dalamnya enggan bersuara. Hingga suara Bibi Anna memecah keheningan.

"Apa yang kalian dapatkan disana?"tanya Anna.

Jason menoleh sekilas ke kaca spion, pandangannya menatap Nerina dan Alia yang duduk di kursi belakang. Anna ikut menoleh, menunggu jawaban dari kedua gadis itu. Nerina dan Alia saling bertukar pandang sejenak, seolah ragu apakah mereka harus menceritakan semuanya.

Akhirnya Nerina menarik napas panjang.

"Kami lihat sesuatu di sana, Bibi,Paman" ucapnya lirih.

"Apa maksudmu sesuatu?" tanya Jason serius.

Nerina menelan ludah sebelum melanjutkan,

"Ada putri duyung yang dibunuh. Mayatnya dikubur di halaman belakang. Dan bukan cuma itu, ada beberapa mermaid lain yang masih hidup, tapi mereka dikurung. Mereka lemah, tak berdaya dan badannya kurus seolah sudah lama tidak diberi makan" ucap Nerina pelan.

Anna menutup mulutnya, terkejut.

"Ya Tuhan" gumamnya pelan.

"Dan bukan cuma itu, Ma. Salah satu dari mereka ada seorang penjaga mermaid. Dia minta tolong sama kita"

Jason mengernyit. "Penjaga?"

"Iya, Ayah" jawab Alia cepat.

"Dia bilang kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya Ravendra sembunyikan. Tapi ada satu hal yang bikin kami takut dia melarang kami kasih tahu Ratu. Katanya kalau Ratu tahu, itu bisa memicu perang dunia laut dan darat"

Suasana di dalam mobil seketika membeku. Jason menekan rem lebih dalam, melajukan mobil lebih hati-hati. Anna menatap kedua gadis itu dengan campuran ngeri dan bingung.

"Perang dunia laut dan darat?" Anna mengulang pelan, hampir berbisik.

"Ya… penjaga itu bilang kalau Ratu mengetahui ada bangsanya yang ditawan dan dibunuh manusia dia pasti akan menyerang. Tidak akan ada negosiasi lagi" ucap Nerina matanya berkaca-kaca.

Jason mengepalkan tangannya lalu memukul setir.

"Ravendra… benar-benar sudah kelewatan"

Nerina menunduk, lalu menambahkan dengan suara pelan tapi jelas.

"Om ada satu hal lagi. Kami dengar sendiri Ravendra bilang kematian istrinya itu gara-gara mermaid. Seolah dia punya dendam pribadi. Mungkin itu alasan kenapa dia melakukan semua ini" jelas Nerina.

Anna mengerutkan kening, matanya berkaca-kaca.

"Jadi… dia menyiksa mereka hanya karena dendam?"

"Sepertinya lebih dari itu, Bi" Nerina menyahut lirih.

"Penjaga itu juga bilang semua jawaban ada di rumah Ravendra. Rahasia tentang istrinya, tentang alasan dia membenci para mermaid semuanya tersimpan di sana"

Jason menghela napas berat, menatap jalanan gelap di depan.

"Kalau begitu mau tidak mau kita harus menyelidikinya. Kalau benar semua jawaban ada di rumah itu, maka kita tidak bisa berhenti sampai tahu kebenarannya"

🧜‍♀️🧜‍♀️🧜‍♀️

MOHON DUKUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE,KOMEN DAAN VOTE SEBANYAK BANYAKNYA TERIMAKASIHHH