NovelToon NovelToon
JURUS-JURUS TERLARANG

JURUS-JURUS TERLARANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Persahabatan / Penyelamat
Popularitas:21.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Magisna

Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.

SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AKSARA 9

Gendhis Wangi, gadis berhijab kenalan baru Saka, gadis yang bertanya tentang siswa bernama Gege Wangsa yang meninggal karena bunuh diri di sekolah enam bulan lalu.

Untuk mengobrol lebih leluasa tentang hal itu, karena terdorong penasaran juga, Saka membawa Gendis ke sebuah tempat.

Tidak jauh dari sekolah, sebuah bangku kayu panjang di bawah pohon besar. Sepuluh meter di depan mereka, banyak anak laki-laki kecil asyik bermain gundu.

"Nih."

Gendhis menerima satu cup plastik es teh berpenutup yang dibelikan Saka di warung kecil tak jauh dari posisi keduanya saat ini. "Makasih," ucapnya.

"Hmm." Saka menurunkan badan, ikut duduk di samping Gendhis dengan jarak pisah setengah meter.

"Jadi kamu anak baru?" Gendhis membuka obrolan, suara lembut yang seakan tersusun dari tulus dan kerapuhan. Matanya yang bening sekilas melirik Saka.

"Iya," jawab Saka. Senyumnya yang teduh menciptakan irama hangat, satu yang membuat Gendhis bersedia mengikutinya.

Minuman serupa diseruput anak muda itu sembari menatap ke depan. "Aku gak tahu ada kejadian kayak gitu di sekolah ini. Gak pernah ada yang bahas." Sengaja menyenggol tema tentang satu hal yang membuatnya bersama Gendhis sekarang, sekalian untuk melepas canggung.

Gendhis menanggapi tercenung, kemudian tersenyum kecut. "Pasti begitu. Mereka pasti udah ngelupain semuanya gitu aja," katanya lalu merunduk menatap es teh di genggam tangan. "Cuma aku yang masih berlarut-larut."

Saka menolehnya, diam menatap sampai menghasilkan perasaan iba dalam hatinya. Wajah Gendhis muram kembali. Detik berikutnya dia bertanya, "Kalo bolah tahu, siswa yang meninggal itu ... siapanya kamu?"

Tiga detik Gendhis terdiam. "Kembaran aku," jawabnya setelah itu.

Saka tertegun sebentar kemudian manggut. "Oh." Seperti wartawan, banyak pertanyaan tiba-tiba menumpuk di kepalanya. Salah satunya langsung dia lontarkan dengan nada yang sangat hati-hati, "Umm ... maaf ... apa yang buat kamu datang ke sekolah ini sekarang, padahal kejadian itu udah lumayan lama?"

Es teh manisnya dilupakan sejenak, Gendhis mengalihkan pandangannya ke depan, ke arah anak-anak kecil yang masih belum mau mengalah dalam permainan mereka.

“Lama bagi orang lain, tapi aku ngerasa semua masih jalan di tempat. Kesakitan dan rasa kehilangan yang aku rasain masih sama, belum ada yang berubah."

Saka merasa bersalah. "Sorry," ucapnya.

Gendhis tersenyum, maklum dengan itu. "Gak apa. Kamu cuma anak baru yang gak tahu apa-apa. Dan dengan ketidaktahuan itu, aku dengan percaya diri ngajak kamu ke cerita ini."

Saka bingung mengambil sikap, tapi tak ingin menimbulkan ketidaknyamanan di antara pertemuannya dengan gadis malang itu, dia memilih kalimat, "Umm ... aku emang gak tahu apa-apa ... tapi kamu boleh kok ceritain sama aku. Aku siap dengerin, dan kalo ada yang bisa kubantu, aku pasti bantu."

Pasang mata Gendhis mengamati cowok itu sebentar, lalu mengangguk dan tersenyum saat tak menemukan nilai kegombalan apa pun di wajah Saka, anak itu menunjukkan ketulusan yang bukan untuk menggoda.

“Aku gak percaya Gege bunuh diri," ungkapnya lalu, dengan pandangan sudah lurus ke depan. "Aku butuh kesaksian orang-orang di sekolah buat meyakinkan hukum kalau kematian Gege bukan karena hal konyol semacam itu. Aku mau keadilan. Karena itu aku datang lagi ke sekolah hari ini. Tapi jawaban mereka semua nyaris sama ... sama-sama bilang gak tahu dan gak mau mendorong diri.” Wajahnya yang oval itu muram menatap langit. “Aku gak punya bukti dan gak bisa mendapat saksi. Cuma keyakinan gak akan bisa bikin kasus ini dibuka kembali.”

Setiap kata Gendhis mengandung keputusasaan, Saka bisa melihatnya dengan jelas. Pertanyaannya bertambah, tapi untuk saat ini menurutnya belum tepat untuk dilontar.

Setelah diam sekian detik, Gendhis meneruskan dengan cerita. Dongak wajahnya lurus kembali. "Gege bukan tipe orang yang akan ngelakuin hal rendah kayak gitu." Dia menggeleng tak yakin. "... Lompat dari lantai tiga gedung sekolah, mustahil."

Mengejutkan Saka. "Lompat dari lantai tiga?!"

“Hmm! Ruang kesenian.”

Tatapan Saka beku di wajah Gendhis yang menyamping itu, memperlihatkan hidung kecil mencuat lurus.

“Gege orang yang ceria. Dia menyenangkan,” sambung Gendhis. “Cita-citanya tersusun apik sampai mulutnya yang berisik itu terus mengulang. Gege mau jadi orang yang kerja di perfilm-an. Dan aku terus-terusan ejek dia dengan kalimat bodoh, paling-paling jadi tukang urusin nasi kotak.” Sudut bibirnya sedikit lebar saat mengenang itu, namun seketika muram kembali. “Tapi semua cita-cita hebatnya luruh dalam sekejap. Bahkan jadi tukang nasi kotak pun nggak!”

Saka mendengarkan dengan serius, belum berniat menyela.

"Kejadian itu sesaat setelah Gege video call-an sama aku. Dia masih ketawa-tawa. Kami ngebahas liburan dan dia bakal temuin aku ke Bogor di akhir pekan. Tapi tiba-tiba detik-detik akhir, layar panggilan video-nya berubah jadi gelap, terus mati gak jelas.”

Mata yang merah bertambah merah, perlahan mengembun hingga butirnya menggantung di pelupuk. Sekali kedip, air mata Gendhis jatuh menimpa pipi.

Saka tergetar hati, ingin setidaknya memberi usapan halus di punggung cewek itu, tapi mereka bahkan baru bertemu dan kenal kurang dari satu jam, mana bisa langsung bertingkah.

Untuk beberapa saat Saka membiarkan Gendhis bergelung dengan perasaannya. Dia akan menunggu setidaknya sampai perasaan gadis itu membaik.

Dalam masa menunggu ini, pikiran Saka tentu saja sudah mengembara kemana-mana. Dan di antara itu, segaris asumsi naik ke pusat pikiran.

“Banyak berandalan di sekolah itu. Bukan gak mungkin apa yang dibilang Gendhis adalah benar. Kembarannya bisa aja dibunuh ... salah satu dari mereka.”

Seperti Ibrahim yang disiksa tanpa belas kasihan. Ya, bisa jadi seperti itu.

Setelah tercenung memikirkan kemungkinan, Saka kembali menoleh Gendis, gadis itu sedang mengusapi wajahnya yang basah dengan jari-jemari.

“Umm ... udah tenang?” tanya Saka.

“Lumayan," jawab Gendis. “Maaf, ya.” Diiring pulasan senyum tak enak hati.

“Gak apa-apa. Aku anter pulang, ya. Obrolannya kita terusin nanti. Sekarang boleh minta nomor kontak kamu? Um ... bukan maksud apa-apa. Aku mau coba tanya-tanya di sekolah. Siapa tahu ada informasi penting. Kalo ada, aku bisa kabarin langsung ke kamu. Gitu.”

Gendis paham dan mengangguk tanpa berpikir. “Boleh,” katanya sembari merogoh ke dalam tas selempang kecil yang dibawanya, mengambil ponsel. “Makasih sebelumnya, ya.”

“Gak masalah.”

Pertukaran kontak pun berlangsung singkat.

Seperti yang dikatakan, Saka mengantar gadis itu sampai ke halaman rumah yang ternyata cuma kontrakan kecil. Jaraknya hanya tiga ribu rupiah naik angkot dari depan sekolah.

“Aku pamit ya,” kata Saka setelah sesaat celingukan ke sekitaran. Tidak bertanya meskipun hal itu menumpuk banyak dalam kepala.

“Makasih udah anterin aku. Makasih buat hari ini.”

“Oke, sampai ketemu.”

1
chaa
semangat thorr💪
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝, 𝙆𝙖𝙠 𝘾𝙝𝙖𝙖!/Heart/
𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙨𝙪𝙥𝙥𝙤𝙧𝙩-𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙟𝙖𝙪𝙝 𝙞𝙣𝙞. 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙢𝙪𝙡𝙖𝙞 𝙇𝙚𝙚 𝙂𝙪𝙣, 𝙓𝙖𝙫𝙞𝙚𝙧 𝘽𝙡𝙤𝙤𝙙, 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙙𝙞𝙧 𝙢𝙚𝙣𝙙𝙤𝙧𝙤𝙣𝙜 𝙎𝙖𝙠𝙖 𝘼𝙠𝙨𝙖𝙧𝙖, 𝙞𝙩𝙪 𝙬𝙤𝙬 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙚𝙩 𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙖𝙠𝙪--𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨 𝙮𝙜 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙥𝙖2 𝙞𝙣𝙞.
𝙇𝙤𝙫𝙚𝙮𝙤𝙪, 𝙠𝙖𝙠. 𝙎𝙚𝙝𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙮𝙖 ....
total 1 replies
Alaz Boy
dadang temen gw yang rambutnya kayak kawat😄
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: wkwkwk! Bisa dipake tusuk sate dong, Kak?!
total 1 replies
Batsa Pamungkas Surya
gak semudah itu grayon ferguson
Batsa Pamungkas Surya: gank monster gk pernah di pake saka
total 2 replies
Batsa Pamungkas Surya
jos gandoooos
Machan
asyik, jadi kawin, eh nikah👏👏

sorry ya, gua langsung pake jurus melompat kodok, ketinggalan jauh soalnya✌️😘😁
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Ra popo dah.
Kagk dibaca juga kgk ngapa2 gua mah🤣
total 1 replies
Machan
pantes klo disebut bocah edan, suka bikin orang jadi gila lu, bang🤣
Machan: padahal gua ngarep jadi gila biar lu nikahin gua/Tongue/
total 2 replies
Machan
gua bayangin ni muka bocah pas dongak🤣
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Jangan bilang mirip ubur-ubur?🤣
total 1 replies
Machan
betul itu, ayo lanjut saka👍 aku padamu lah pokoknya
Machan
🤣🤣🤣
Machan
tapi gak sampe disemutin dong, Sak
Machan
biasa lah
Machan
dasar lu, tong.
Machan
Gendhis gadis baik🥺
Machan
bener kata Gendhis, tar mereka makin heboh dong
Machan
kalo depan mata, gua jambak nih
Machan
tiang listrik kali ah, tegak merdeka
Machan
😱😱 langsung kudu nikah?? padahal gak ngapa"in juga kan, pak RT
Machan
astoge, digrebek😱
Machan
othornya gak sabar nih bikin Gendhis klepek"
Machan
anjay, romantis bat lu, tong.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!