Tiba tiba seorang laki laki datang meminta Arumi Bunga Cantika menjadi istrinya. Sebagai balas budi karena Arumi sudah mendapatkan kornea mata dari mendiang adiknya.
Arumi menolak karena sudah memiliki kekasih hati yang bernama Michael. Akan tetapi masalah timbul saat Armellya teman Arumi mengirim foto pengkhianatan Michael.
Orang tua Arumi pun menerima lamaran Ernastan Alfred Warren, kakak dari pendonor kornea mata Arumi.
Apakah Ernastan tulus mencintai Arumi atau ada motivasi lainnya? Apakah Arumi akan mendapatkan kebahagiaan dengan pernikahannya? Jika tidak bagaimana cara Arumi untuk meraih kebahagiaannya?
Yukkk guys kita ikuti kisah Arumi..🙏🙏🙏🙏🙏♥️♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9.
Dua perempuan yang tidak lain adalah Bu Supri yang memakai daster batik, dan Chynthia yang memakai piyama menoleh menatap Ernestan.
“Kami mencari Mbak Arumi, Mas.. mau tanya kami ikut mengantar ke bandara tidak. Tapi kami ketuk ketuk pintu sejak tadi tidak dibuka buka pintunya. Mungkin Mbak Arumi sedang mandi..” ucap Bu Supri
Ernestan mengerutkan keningnya, hingga kedua alis tebalnya menyatu. Ernestan menatap tajam ke arah Bu Supri.
”Mengantar? Bukannya kalian juga harus pulang ke Indonesia?” tanya Ernestan dengan penuh penekanan.
Bu Supri malah tersenyum dengan bibir lebarnya..
“Tidak lah Mas, kami tidak ikut pulang ke Indonesia. Kami ikut tinggal di sini. Begitu kata Mbak Arumi, Mas..” ucap Bu Supri terdengar nada suara dan ekspresi wajahnya yang sangat bahagia.
Bagaimana tidak dia bahagia, dia mendapat tugas menemani Arumi berdua bersama cucu tercintanya.
“Saya sudah punya paspor dan pisa izin tinggal di sini Mas. Bukan pisa kue itu.” Ucap Bu Supri lagi bibirnya masih tersenyum lebar. Maksud Bu Supri dia juga sudah memiliki visa izin tinggal di Singapura .
Kedua bola mata Ernestan kini membulat mendengar ucapan Bu Supri..
“Tidak, kalian tidak ikut ke bandara. Arumi pun juga tidak ikut mengantar!” Ucap Ernestan yang sudah memutuskan Arumi tidak diizinkan ikut mengantar keluarganya ke bandara. Meskipun itu belum dia katakan pada Arumi tadi.
“Oo ya sudah Mas, fans Mbak Arumi di sini padahal sudah mau berkumpul di bandara.. kalau begitu akan saya infokan kalau Mbak Arumi tidak ke bandara malam ini.” Ucap Chynthia yang kini menjadi menejer Arumi di sini.
Ernestan diam saja dan segera melangkah masuk ke dalam kamarnya..
“Kenapa semua rencana ku menjadi berantakan!” gumam Ernestan sambil menutup pintu dengan keras. Karena begitu kesalnya dia, di sore ini.
Ernestan tidak jadi pergi ke kamar mandi tetapi dia melangkah menuju ke pintu balkon. Dia duduk di kursi balkon setelah pintu balkon itu dia kunci dari luar.
Tangan Ernestan meraih hand phone yang berada di saku jas yang belum dia lepas. Dia segera mengusap usap layar hand phone nya untuk menghubungi seseorang..
Tidak lama kemudian..
“Vi, siial! siial lagi!” ucap Ernestan dengan nada dan ekspresi wajahnya yang tampak begitu kesal.
“Hi.. Beb, ada sial apa lagi? Kamu kok bisa menelepon aku sekarang bukannya kamu tadi bilang mau pulang untuk menjamu makan malam terakhir mertua kamu?” Suara seorang perempuan di balik hand phone milik Ernestan.
“Aku di balkon, Arumi sembahyang di kamar bawah sama orang tua nya.” Ucap Ernestan yang satu tangannya mere mas re mas rambut kepala nya yang tiba tiba terasa sangat pusing.
“Siial apa Beb, malam pertama yang selalu gagal ha...ha... ha... ada apa lagi dengan Arumi, setelah malam pertama diganggu bocil bocil dilanjut ha id nya Arumi sekarang apa lagi?”
“Mereka sudah tahu perusahaan bermasalah bahkan sudah tahu rumah menjadi jaminan Bank. Dan yang terakhir dua orang perempuan itu ikut tinggal di sini. Sepertinya yang muda menjadi menejer Arumi di sini.”
“Hah? Bagaimana bisa? Kamu harus pertahankan Arumi, tidak boleh dia terlihat sedih selama menjadi orang kita! Agar publik tidak bertanya tanya dan itu akan sangat mempengaruhi harga saham kita!” suara perempuan di balik hand phone milik Ernestan terdengar sangat panik.
“Iya Vi, maka nanti tidak aku izinkan dia ikut ke bandara. Mana fans dia di sini akan berkumpul di bandara untuk melihat dia.” Ucap Ernestan dengan pelan .
“Aku sudah mencarikan menejer buat Arumi. Besok pagi dia akan datang ke rumah. Kamu harus bisa membujuk Arumi agar dia memecat menejer yang dia bawa. Kamu pakai akal lah agar menejer yang dibawa Arumi itu membuat kesalahan. “ suara perempuan di balik hand phone milik Ernestan lagi.
“Iya Vi..” ucap Ernestan.
“Ya sudah aku mau istirahat capek banget. Terus kapan aku boleh pulang? Awas kalau kamarku dipakai orang yang dibawa Arumi!” suara perempuan di balik hand phone milik Ernestan dengan nada ketus.
“Jangan dulu Vi.” Ucap Ernestan dan sambungan telepon pun kini diakhiri oleh perempuan di seberang sana.
✨✨✨
Waktu pun terus berlalu, malam hari pun telah tiba. Keluarga Arumi sudah berangkat ke bandara diantar sopir dan Ernestan.
Arumi kini berada di dalam kamar bersama Bu Supri dan Chynthia. Mereka berdua sudah laporan pada Arumi apa yang mereka dengar dari mulut Ernestan saat dI depan kamar.
Kini keduanya sudah tampak sangat mengantuk dan lelah. Bahkan tubuh gemuk Bu Supri sudah menyandar di Sofa, mulut nya sudah berkali kali menguap.
“Ya sudah Bu Supri dan Chynthia sekarang ke kamar dan istirahatlah.” Ucap Arumi sambil menatap wajah Bu Supri yang tampak kedua matanya terasa sudah sangat berat untuk dibuka.
“Iya Mbak Arumi, kalau saya tertidur di sini Mas Ernestan pasti marah marah lagi ke saya.. Apalagi kalau saya suruh mbopong tubuh saya..” ucap Bu Supri sambil bangkit berdiri.
“Mbak Arumi hati hati ya.. kalau perlu beli ce la na bergembok Mbak..” ucap Bu Supri sambil melangkah pelan pelan.
“Memang ada Mak?” tanya Chynthia yang sejak kecil memanggil Bu Supri dengan sebutan Mamak.
“He.. he.. he.. Tidak tahu dulu sih pernah heboh berita ce la na bergembok. Mungkin pesan dulu.” Ucap Bu Supri dan melangkah ke luar kamar bersama cucu nya.
Arumi yang juga merasa sudah lelah dengan tubuhnya segera melangkah menuju ke tempat tidur dan berbaring di sana. Ernestan yang mengantar ke bandara belum pulang, padahal yang diantar sudah mendarat di Indonesia.
Arumi belum bisa memejamkan kedua matanya. Kedua kelopak mata nya yang dihiasi bulu mata lentik nan indah itu masih berkedip kedip. Kedua telinga nya terngiang ngiang pesan dari Eyang Tirinya.
“Cintai apa yang sudah menjadi milik mu. Apalagi jika orang itu mencintai kamu.”
“Cintai apa yang sudah menjadi milik mu....”
Butiran air bening menetes dari kedua ujung mata Arumi di saat kedua kelopak matanya mengedip.
“Aku harus buktikan lebih dulu apa benar Kak Ernestan mencintai aku atau hanya karena memanfaatkan namaku untuk menyelamatkan perusahaannya.. “ gumam Arumi di dalam hati.
Lama kelamaan kedua mata Arumi pun terpejam, lalu terlelap dibuai mimpi.
Beberapa saat kemudian. Pintu kamar itu terbuka. Muncul sosok Ernestan masuk ke dalam kamar dengan langkah agak sempoyongan.
“Arumi...” suara berat Ernestan dan bersamaan dengan itu tercium aroma alkohol yang keluar dari mulutnya..
Ernestan terus melangkah masuk ke dalam kamar. Dan di saat melihat tubuh Arumi tergolek di atas tempat tidur. Bibir Ernestan tersenyum senang..
Ernestan pun mempercepat langkah kaki nya meskipun agak sempoyongan...
Jhon & Armeliya selamat atas di tangkapnya kalian berdua... Nikmatilah hadiah buat kalian menginap di 🏨 prodeo gratis buat kalian