Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 PPYD
Malam pun tiba....
Jovanka menghampiri Mommy dan Daddynya yang sedang nonton TV bersama. Jovanka duduk di samping Raina dan menyandarkan kepalanya ke pundak sang Mommy dengan manjanya. "Kenapa sayang? kok wajah kamu cemberut?" tanya Mommy Raina.
"Jovanka lagi sebal sama seseorang, Mommy," sahut Jovanka.
"Siapa?" tanya Mommy Raina.
"Namanya Alesha, dia sepertinya bukan anak orang kaya tapi anehnya dia bisa sekolah di sana," sahut Jovanka.
"Mungkin dia pakai jalur prestasi sayang. Memangnya kenapa kamu sebal kepadanya? memangnya dia suka ganggu kamu?" tanya Mommy Raina.
"Dia suka tebar pesona kepada cowok yang Jovanka sukai, dia benar-benar menyebalkan," kesal Jovanka.
Raina menoleh ke arah suaminya, tapi Juan sama sekali tidak menanggapi cerita kisah remaja putrinya. "Sayang, kamu itu masih kecil jangan cinta-cintaan dulu ah, lebih baik fokus belajar," sahut Mommy Raina.
"Ih Mommy, kaya yang gak pernah muda saja. Edgar itu idola sekolah Mommy, semua teman perempuan Jovanka menyukainya termasuk Jo tapi si Alesha selalu cari perhatian sama Edgar," kesal Jovanka.
"Edgar siapa?" tanya Daddy Juan.
"Daddy pasti tahu, Edgar adalah putra tunggal dari pemilik Wilson Grup, perusahaan yang berkecimpung dalam bidang real estate terbesar di negara ini," sahut Jovanka.
Seketika Juan menoleh ke arah Jovanka. "Putra Wilson Grup sekolah di sana juga?" tanya Daddy Juan tidak percaya.
"Iya, dan dia sekelas sama Jo," sahut Jovanka.
"Kamu benar-benar beruntung Jo, bagus lebih baik kamu deketin dia soalnya kalau nanti kamu sampai berjodoh, masa depan kamu akan cemerlang sayang," ucap Daddy Juan bahagia.
"Iya, Jo tahu. Tapi masalahnya, si Alesha kecentilan selalu deketin Edgar terus dan cari perhatian sama Edgar," keluh Jovanka.
"Masalah gampang, kalau anak itu berani macam-macam sama kamu, Daddy yang akan bereskan dia dan keluarganya," sahut Daddy Juan.
"Hah, serius Dad?" tanya Jovanka tidak percaya.
"Iyalah, kapan Daddy pernah bohong sama kamu," sahut Daddy Juan.
Jovanka sangat bahagia mendapat dukungan dari Daddynya. Tapi berbeda dengan Raina yang sama sekali tidak setuju dengan ucapan suaminya itu. Sebenarnya bukan kekayaan yang Juan kejar, karena masalah kekayaan keluarga Juan sudah sangat cukup tapi Juan dari dulu orang yang haus akan validasi dia harus mencari perhatian kepada pengusaha-pengusaha penting supaya namanya makin naik dan di atas.
"Kalau menurut Mommy, kamu jangan memaksakan sesuatu yang sulit untuk digapai, masalah jodoh sudah ada yang menentukan jadi jangan terlalu terobsesi kepada siapa pun. Lagi pula kamu masih kecil sayang, masa depan kamu masih sangat panjang jangan mikirin pacaran dulu." Raina memberikan nasihat kepada putrinya itu.
"Ih, Mommy gak asyik." Jovanka pun bangkit dan langsung pergi ke kamarnya.
Raina hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah anaknya. Sedangkan Juan, menyunggingkan senyumannya. Dia merasa bahagia jika sampai bisa besanan dengan keluarga pemilik Wilson Grup.
Berbeda dengan Jovanka yang hidup senang bergelimang harta dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, Alesha justru sebaliknya. Macam-macam seperti ini dia belum selesai beres-beres mencuci piring kotor dan cucian. Dia lakukan di malam hari supaya paginya dia tidak kesiangan.
Kamila tidak akan mengizinkan Alesha berangkat jika piring masih kotor dan cucian belum di cuci. Maka dari itu Alesha mensiasatinya dikerjakan pada malam hari walaupun pada kenyataannya tubuh dia sudah sangat lelah. Bagaimana tidak lelah, pulang sekolah dia harus ke kedai untuk membantu Mamanya.
"Ya, Allah kok aku ngantuk banget sih?" gumam Alesha sembari terus menguap.
Mata Alesha sudah sangat berat, hingga tidak lama kemudian pekerjaan rumah pun sudah selesai di kerjakan. Dia mematikan lampu rumah dan masuk ke dalam kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya yang terasa sudah sangat lelah dan butuh istirahat.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa rebahan juga," gumam Alesha dengan senyumannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Alesha pun terlelap.
***
Keesokan harinya....
Alesha terbangun dengan wajah panik. "Ya, Allah kenapa mimpiku aneh sekali," batin Alesha.
Cukup lama Alesha duduk di atas ranjang, hingga suara teriakan Mamanya menyadarkan dia. "Alesha, kamu sudah bangun belum!" teriak Mama Kamila.
Alesha dengan cepat bangkit dan membuka pintu kamarnya. "Iya, Ma, Alesha sudah bangun kok," sahut Alesha.
"Kamu belum buat sarapan?" kesal Mama Kamila.
"Belum Ma, maaf Alesha sedikit bangun kesiangan. Sebentar ya, Ma, Alesha shalat dulu habis itu Alesha segera membuat sarapan," ucap Alesha.
"Ya, sudah sana cepetan, jangan lama-lama," ketus Mama Kamila.
"Baik, Ma."
Alesha pun berlari masuk ke dalam kamar mandi, setelah selesai shalat Alesha cepat-cepat membuat sarapan untuk mereka bertiga. Alesha sempat terpikir akan mimpinya tadi malam, lalu dia memperhatikan Kamila yang sedang mengotak-atik ponselnya.
"Semoga saja mimpi itu tidak benar. Masa aku bermimpi kalau Mama Kamila bukan Mama kandungku, aneh sekali," batin Alesha sembari geleng-geleng.
Kamila melihat kelakuan Alesha. "Ngapain kamu lihatin Mama seperti itu?" ketus Mama Kamila.
"Ah, maaf Ma," sahut Alesha dengan wajah takutnya.
Alesha membiarkan Mama dan Adiknya sarapan dulu, sedangkan dia kembali ke kamarnya karena dia belum mandi. Seperti biasa, Alesha selalu mandi dengan kecepatan extra karena dia takut jika Mamanya marah jika kelamaan menunggu. Dia cepat-cepat memakai seragam dan berlari menuju meja makan.
"Kakak sarapan dulu," suruh Dandi.
Alesha melirik ke arah Kamila, dia tidak berani menjawab ucapan adiknya itu karena takut Mamanya marah. Seolah tahu dengan lirikan Alesha, Kamila pun melihat jam yang melingkar di tangannya. "Masih ada waktu 10 menit, cepetan sarapan," ketus Mama Kamila.
Alesha menyunggingkan senyum bahagia. "Terima kasih, Ma." Dia pun dengan cepat duduk dan melahap nasi goreng buatannya sendiri.
Dandi melihat kakaknya dengan wajah yang sedih, dia merasakan apa yang selama ini kakaknya rasakan tapi dia gak bisa berbuat apa-apa. Alesha makan dengan sangat cepat hingga tidak sampai 10 menit, dia pun selesai.
"Ayo, Ma, Alesha sudah selesai," ucap Alesha.
Kamila tidak banyak berkata-kata, dia pun segera melangkahkan kakinya keluar. Dandi dan Alesha mengikutinya dari belakang. Kamila mulai mengendarai mobilnya menuju sekolah Dandi terlebih dahulu.
"Ingat Alesha, kamu jangan pernah membuat masalah di sekolah kamu karena itu bukan sekolah sembarangan. Yang sekolah di sana anak-anak orang kaya semua, orang yang mempunyai kekuasaan semua, jadi jika kamu mencari gara-gara dengan teman kamu maka urusannya akan ribet bahkan nama Mama pun akan hancur, jadi kamu harus bisa jaga nama baik Mamamu ini," ucap Mama Kamila dengan nada sinis.
"Iya, Ma, Alesha tahu," sahut Alesha.