Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Gak nafsu sama lo, kecil!"
Aidan sudah terlihat lebih rapih dari sebelumnya dan juga sudah berganti pakaian mengenakan celana hitam dan juga kaos hitam, tapi satu yang menjadi pertanyaan, kenapa ni bocah satu masih sibuk kesana kemari? Dan kamarnya kenapa malah terlihat seperti kapal pecah begini?
"Dimana sih?" gumamnya dengan wajah frustasi seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia membungkuk melihat di bawah ranjangnya tapi kosong, yang di cari tidak ada disana.
Sudah berkali-kali ia menghubungi sang Mama tapi tidak di angkat mungkin Nada sedang sibuk saat ini. Ia pun berpikir sejenak, "apa minta tolong boncel aja ya buat bantu cariin? Tapi nanti kalau di pikir orang kita aneh-aneh lagi gimana?" ia berfikir sejenak. "Ah bodo amat, bentar lagi gue juga nikahi tu bocah edan." akhirnya Aidan keluar kamar dan turun ke lantai satu menghampiri Yura "Boncel!" pekiknya memanggil Yura.
Yura sudah uring-uringan di sofa ruang tamu karena menunggu Adian yang malah melewatkan waktu yang di tentukan pria itu sendiri. "apa?! Udah siap belum sih?! Udah lebih dari 5 menit ini! Lo Bener-bener menguji kesabaran gue ya bang!"
"Jangan marah-marah dong cel, nanti cantik Lo ilang." godanya seraya menjawil dagu Yura dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Yura, jangan lupa senyuman manis yang memabukkan kaum hawa ia perlihatkan juga pada Yura. Matanya bahkan sampai tinggal segaris saja karena tersenyum.
Bukannya baper dengan aksi Aidan, Yura malah menatap tajam pria itu. Tunggu-tunggu ini kenapa si indomilk kemasan jadi muji-muji? "Gak usah sok muji-muji deh bang. Ini juga muka apa-apaan? Jangan masang muka kayak anak anjing gak keurusan ya. Gak mempan sama gue!" Yura mendorong kepala Aidan untuk menjauh dari wajahnya.
Bukannya menghentikan aksinya Aidan malah Mengerjapkan matanya beberapa kali dan tersenyum kembali memperlihatkan gigi kelincinya yang membuatnya semakin imut dimata siapapun termasuk Yura. Astaga! Kenapa Aidan bisa semenggemaskan ini sih?
"Lo ada maunya kan?" tebak Yura.
Dan benar saja Aidan mengangguk masih dengan wajah menggemaskannya. "Tanda pangkat gue satu ilang, bantu cariin Yura cantik..." wajahnya semakin dibuat semenggemaskan mungkin membuat Yura ingin segera menendangnya.
Bugh!
Yura menendang tulang kering Aidan dengan tidak santai. Aidan melenguh kesakitan. "Astagfirullah indomilk!"
"Sakit boncel!"
"Lo–" ucapan tertahan kala Aidan menyeretnya menaiki tangga.
"Mau ngapain Lo?!" Yura berusaha meronta, namun tenaganya tidak sebanding dengan pria itu.
"Diem, kalau mau cepet gak usah ngomel, gak sempet. Mending bantuin gue cari tanda pangkat gue. Udah sore noh, entar keburu studionya tutup."
Dan kini mereka sudah memasuki kamar Aidan. Lagi-lagi Yura terkejut melihat kamar Aidan yang sudah berantakan, itu bukan lagi terlihat seperti kapal pecah, ini bahkan lebih parah dari itu. "Ini kamar Lo kenapa jadi kayak kandang babi gini sih?" ucap Yura menatap seluruh area kamar yang super duper berantakan sampai tidak terlihat lagi ujungnya dimana.
"Iya tadi malam gue habis ngepet jadilah kamar kayak kandang babi" jawab Aidan sekenanya. "Buruan bantu cariin pangkat gue cel."
Yura menghela nafas berat. Memang jika bersama dengan Aidan ia harus memiliki kesabaran tingkat ekstra. "Ini gimana mau carinya bang?" Yura masih bingung harus mulai mencarinya dari mana.
"Terserah Lo gimana." jawab Aidan ia sudah mulai mencari tanda pangkatnya dengan mengangkat kasur.
"Coba lihat di bawah kasur cel? Ada gak?" tanya Aidan.
Yura segera membungkuk untuk melihat di bawah kasur. Dan benar saja tanda pangkat itu ternyata ada disana. "Ada nih."
"Ya ampun gue udah dari tadi muter-muter sampai terbaliki ini kamar gak ketemu-ketemu. Eh giliran gue ajakin Lo baru nyari langsung ketemu."
"Lo nya aja yang kurang teliti."
Aidan mengangguk membenarkan ucapan Yura. "Ya udah yuk berangkat."
"Tapi kamar Lo masih berantakan banget bang. Di beresin dulu." ucap Yura merapikan sprei Aidan. Yura ini menyukai kerapihan jadi melihat ruangan seberantakan ini rasanya tangannya sudah gatal sejak tadi ingin merapikan.
Aidan malah manarik tangan Yura, "nanti aja, keburu tutup studio fotonya."
Akhirnya Yura mengikuti Aidan saja. Mereka sudah keluar rumah, Aidan masih mengeluarkan motornya yang ada di garasi sementara Yura menunggu Aidan di halaman rumah.
"Nih pakai helmnya" ucap Aidan menyerahkan salah satu helm untuk di pakai Yura.
"Udah buruan naik" ucap Aidan setelah melihat Yura selesai mengenakan helmnya. "Nih pegangin dulu." ucapnya menyerahkan paper bag berisi pakaian dinasnya yang akan di gunakan saat foto nanti. "Pegangan!" seru Aidan.
Namun bukan melingkarkan tangannya di pinggang Adian, Yura justru memegang kedua pundak Adian. "Udah, jalan!"
Aidan memutar bola matanya malas "kalau jatuh jangan salahin gue." Aidan mulai menghidupkan mesin motornya. Sementara Yura sudah diam tidak menanggapi perkataan Aidan.
Akhirnya mereka melesat pergi menuju studio foto terdekat untuk melakukan foto pengajuan.
Mereka pun tiba di salah satu studio foto yang memiliki nama 'Abraham's project'.'
Itu salah satu studio foto yang lagi happening saat ini, orang-orang juga mengatakan kalau hasil foto disana itu bagus. Ya walaupun ini cuma untuk foto pengajuan doang, tapi Aidan juga ingin yang terbaik dan tentunya ia harus tetap kelihatan ganteng.
"Sore mbak, Okan ada?" tanya Aidan pada seorang gadis yang berada di meja resepsionis.
"Oh mas Okan nya ada job di luar mas. Ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis tersebut seramah mungkin.
"Saya mau foto, kemarin sih udah janjian sama Okan" jelas Aidan, memang sudah dari kemarin Aidan janjian pada Okan—teman sekolahnya dulu yang bekerja di studio foto tersebut.
"Oh, gitu" ucap resepsionis itu seraya menganggukkan kepalanya mengerti.
"Siapa la?" suara seorang gadis yang turun dari lantai atas membuat semua orang yang ada disana beralih menatapnya termasuk Aidan dan Yura.
"Masyaallah cel, ini baru namanya cantik gak manusiawi. Cantiknya gak nanggung-nanggung. Langsung bersaing sama bidadari" ucap Aidan mengangumi gadis yang baru turun dari lantai dua tersebut.
Jujur saja, Yura juga terpesona melihat ada gadis secantik itu, dan benar yang di katakan Aidan cantiknya gak manusiawi. Yura saja sesama wanita juga mengagumi gadis itu. Gadis itu memiliki wajah ala-ala timur tengah, tapi juga wajah-wajah Asia. Perpaduan yang nyaris sempurna menurutnya. Dan jangan lupakan bodynya yang set set. Gitar spanyol mah lewat.
"Ini mbak, masnya mau foto. Katanya udah janjian sama mas Okan sih" jelas sang resepsionis itu dengan si gadis cantik membuat kedua manusia yang sedari tadi menatap gadis itu tersadar. Tapi Aidan masih enggan melepaskan tatapannya dari gadis cantik tersebut.
Menyadari Aidan belum mengalihkan tatapannya dari gadis cantik di hadapan mereka dengan segera Yura mencubit pinggang Aidan dengan sekuat tenaga.
"Awkh!" pekik Aidan seraya meringis mendapati cubitan di pinggang dari Yura. Semua orang yang ada disana langsung saja menatap Aidan. Yura sebagai tersangka malah pura-pura tidak tau apa-apa, sementara Aidan tersenyum ramah dan semanis mungkin menyembunyikan rasa sakit dan panas yang masih terasa di pinggangnya "Lo kenapa cubit gue?" tanya Aidan berbisik tangannya mengelus-elus pinggang yang di cubit Yura.
"Mata Lo mau gue colok?!" ucap Yura seraya mendelikkan matanya.
Semantara gadis yang baru turun tadi hanya tersenyum melihat interaksi kedua pasangan yang ada di hadapannya, sedikit aneh jika di katakan interaksi antar pasangan tapi malah terlihat sangat menggemaskan "kamu Aidan temannya Okan?" tanya gadis itu.
Aidan mengangguk membenarkan.
"Okan tadi sebelum pergi udah bilang kalau kamu bakalan datang. Yuk langsung masuk ke studio aja, biar saya yang ambil alih."
Aidan dan Yura hanya mengangguk. Semantara gadis itu berjalan mendahului keduanya menuju spot foto.
Aidan mulai memakai pakaiannya, mengancingkan satu demi satu kancing baju dinas PDH itu. Yura yang tidak sabaran pun mendekat. "Lo lelet banget bang, tu mbaknya bentar lagi lumutan nungguin Lo." Yura segera mengambil alih. Aidan menurut saja, hitung-hitung Yura belajar menjadi istri yang baik. Eak.
"Mana ada cewek secantik itu lumutan cel. Beh, liat kesana segeeeeer bener. Eh liat kesini mata gue langsung sepet banget." ucap Aidan setelah menatap gadis cantik itu ia beralih menatap Yura dengan wajah kecut.
"Ngomong lagi lo bang gue tonjok!" ancam Yura mengepalkan tangan menatap Aidan yang berada di hadapannya yang jelas jauh lebih tinggi darinya, ia masih melanjutkan mengancing baju Aidan.
"Nih, pangkatnya juga sekalian" Aidan menyerahkan 2 tanda pangkat balok 1 itu pada Yura.
"Ribet bener dah bang mau foto doang." protes Yura tapi tetap menuruti Aidan dan memasang tanda pangkat itu di kedua pundak Aidan dengan Aidan yang agak mendukung sedikit agar Yura tidak perlu jinjit untuk memasangkan tanda pangkatnya.
"Ya gimana emang begini syarat-syarat mau pengajuan."
Akhirnya Aidan selesai berpakaian. Kini mereka berpose di depan kamera, berpose ala foto KTP, cuma masang wajah lempeng doang. Pertama Aidan dan Yura berfoto sendiri dengan background berwarna merah karena Aidan seorang perwira. Lalu mereka berfoto berdua, foto gandengan namanya. Tapi tetap pasang muka lempeng cuma senyum seuprit.
Tiba-tiba Aidan menggenggam tangan Yura membuat Yura terkejut dan langsung menghempaskan tangan Aidan begitu saja.
"Apaan Lo pegang-pegang gue hah? Wah nyari kesempatan dalam kesempitan ya Lo bang, bener gue tonjok juga Lo." ucap Yura jengah.
Semantara gadis yang mengambil foto mereka itu terkejut mendengar perdebatan kedua pasangan itu.
Sebelum menjawab perkataan Yura, Aidan terlebih dulu tersenyum sejenak pada gadis cantik yang menyaksikan mereka, tersenyum sungkan. "Heh, fotonya memang harus begini boncel! Lo gak baca map yang gue kasih kemarin emang?" kini ia beralih pada Yura.
Tatapan Yura berubah menjadi kelabakan. "G-gue baca."
"Bohong Lo." Aidan tidak percaya karena dia kenal Yura ini bukan sehari dua hari. Yura ini sangat tidak pandai berbohong, lihat saja matanya kesana-kemari mencari alasan.
Yura berdecak, memang dasarnya Yura tidak bisa berbohong dari Aidan, akhirnya ia jujur saja "ya udah iya nih, nih. Maaf gue gak baca" ia menyerahkan tangannya di genggaman tangan Aidan. "Awas aja lo kalau ambil kesempatan dalam kesempitan" ancam Yura.
Aidan mendengus "Ada kesempatan juga gue gak nafsu sama lo. Kecil." ia melirik dada Yura sejenak lalu menatap lurus kedepan.
"Mata Lo indomilk!" pekik Yura sudah tersulut emosinya melihat Aidan melirik bagian dadanya. Dan apa katanya kecil? Wah meremehkan sekali Aidan ini dengan yang kecil-kecil. Belum tau saja dia kalau yang kecil ini nanti bisa menghanyutkan.
"Mbak, mas. Apa udah bisa kita mulai?" tanya gadis tadi yang masih memperhatikan perseteruan keduanya.
"Iya mbak, mulai aja" jawab Aidan. "Rapihkan diri Lo cel, biar bagus gambarnya. Entar anak gue ngeliat maknya kayak reog gak percaya lagi kalau Lo emaknya."
"Katanya gak nafsu, tapi ngarep anak dari gue!"
Aidan hanya cengengesan tidak meladeni perkataan Yura. "Mulai aja mbak" ia malah menyuruh gadis fotografer itu untuk mengambil kembali foto mereka.
"Senyum cel, yang cantik jangan terpaksa" instruksi Aidan. Yura menuruti ucapan Aidan lalu mulai menarik kedua sudut bibirnya.
"Oke, bersiap. Saya hitung mundur ya mbak, mas. 1, 2, 3."
Cekrek!
gak kerasaaaaa😛