Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya
Pagi ini Dara dan Yanti menyiapkan sarapan nasi goreng Jawa lengkap dengan telur ceplok dan kerupuk udang.
Sengaja Yanti membuat satu porsi yang tidak terlalu pedas khusus suaminya karena dia tahu Abi tidak begitu suka pedas.
"Level kesukaan pedas kita dengan mas Abi berbeda Ra. Misal nanti mas Abi merasa kurang pedas, kan bisa tambah pakai sambal atau cabe dari acar". Yanti memberikan alasan kenapa dia membuat khusus buat suaminya.
"Manut sajalah, kan yang tahu kamu sebagai istrinya" kekeh Dara yang masih berkutat membuat acar timun, wortel dan bawang merah.
Tak lama hidangan nasi goreng sudah tersedia di meja makan. Yanti dan Dara memutuskan kembali ke kamar untuk membersihkan diri usai memasak.
Abi keluar dari kamar tidurnya dan hidungnya mencium bau nasi goreng yang sedap. Pria itu masih mengenakan kemeja putih, dasi abu-abu dan celana kerja bewarna senada dengan dasinya. Jasnya hanya disampirkan di lengannya.
Ketika hendak turun menuju lantai satu, pintu kamar Yanti terbuka dan tampak istrinya tampil cantik dengan sweater rajutan hijau toska dengan makeup flawless. Rambut Yanti hanya diikat ekor kuda simpel. Sejenak Abi terpesona melihat wajah istrinya yang sekarang makin cerah. Kedatangan Dara benar-benar membuat mood Yanti bagus dan membuat auranya semakin bersinar.
"Kamu masak nasi goreng Yan?" tanya Abi di depan tangga sambil menunggu istrinya mendekat.
"Iya, nasi goreng Jawa tapi khusus punya mas Abi sengaja aku buatkan nggak pedas. Kan mas Abi nggak suka pedas" jawab Yanti sambil tersenyum manis.
Abi reflek menggenggam tangan Yanti dan keduanya turun tangga menuju ruang makan.
Yanti tersenyum melihat tangannya digenggam Abi sepanjang mereka menuju meja makan. Abi memang bukan tipe pria romantis namun dia selalu menghargai Yanti sebagai istrinya.
Di meja makan sudah duduk Antasena dengan jas hitam dan kemeja hitam garis-garis merah putih samar tapi belum memakai dasi. Di sebelah Anta sudah duduk Dara mengenakan blus bewarna senada dengan Yanti yang membuat kedua wanita itu tertawa.
Antasena Harsaya
Adara Utari
"Kok bisa pakai bajunya warnanya samaan sih Yan?" ucap Dara sambil melihat baju dan bajunya Yanti.
"Padahal nggak janjian yaaa" kekeh Yanti.
Abi dan Antasena pun tersenyum melihat dua sahabat itu memakai baju yang bewarna senada.
"Wah nasi goreng." Antasena langsung berbinar binar melihat menu sarapan pagi ini.
"Semoga pas pedasnya" ucap Dara.
"Tenang, aku doyan pedas kok nggak kayak mas Abi." cengir Antasena.
"Memang aku nggak suka pedas, tapi mulutku bisa lebih pedas daripada nasi gorengmu" sahut Abi dingin.
Antasena tersenyum lebar. "Kalau itu nggak bisa dibantah, mas".
"Yuk makan, nanti dingin nggak enak" potong Yanti.
Dan sekali lagi kedua pria tampan itu menikmati nasi goreng yang nikmat itu, bahkan Abi menambah satu telur ceplok dan acar timun yang banyak.
"Mbak Yanti, sering-sering masak kayak gini deh. Enak lho masakannya, sayang kalau nggak dipake keahliannya." puji Antasena.
"Kasian pak Harry kalau Mbak terjun ke dapur" Yanti tertawa.
"Kadang-kadang saja kamu kalau mau ke dapur. Aku sekarang nggak ngelarang kok kalau kamu mau masakin aku" sahut Abi masih dengan nada datarnya.
Yanti menatap Abi dengan tatapan tidak percaya dan setelahnya dia spontan mencium pipi Abi.
"Terimakasih mas" ucap Yanti sambil tersenyum bahagia. Abi sempat menegang ketika Yanti mencium pipinya di depan Anta dan Dara namun dia bisa menutupinya dengan bersikap kaku lagi.
Dara yang melihat interaksi pasangan suami istri itu tersenyum senang. Kecurigaannya bahwa tidak ada yang beres dengan pernikahan Yanti agak terkikis. Tak berbeda dengan Dara, Antasena tersenyum tipis melihat sepupunya salah tingkah.
Akhirnya mas Abi mulai membuka diri dengan mbak Yanti.
"Kalian ada acara jalan-jalan hari ini?" tanya Abi.
"Nggak ada mas. Aku mau di rumah saja" jawab Dara. "Oh mas, aku minta ijin boleh?"
Abi menaikkan sebelah alisnya ketika menatap Dara. "Minta ijin apa Ra?"
"Bolehkah aku bermain piano?" Dara menatap Abi takut-takut.
Abi yang mendengar percakapan Dara dan Antasena semalam, sudah tahu kalau gadis itu akan meminta ijin bermain grand pianonya.
"Boleh."
"Terimakasih mas" senyum Dara semakin merekah. Sejenak Abi dan Antasena terpukau melihat wajah Dara yang tampak imut.
"Ayo kita ke kantor Ta!" Abi berdiri dan diikuti oleh Yanti.
Antasena pun berdiri mengikuti kakak sepupunya.
"Aku pergi dulu Ra. Terimakasih sarapannya" ucapnya sambil berlalu.
"Selamat bekerja" sahut Dara seraya membereskan bekas sarapan dibantu oleh Mirna.
***
Di depan pintu depan Abi mengenakan jasnya dibantu oleh Yanti lalu istrinya juga membenarkan dasi suaminya. Abi menatap lekat wajah istrinya.
Kenapa baru kali ini aku melihat Yanti begitu cantik? Kemana saja aku selama ini? Betapa aku menyia-nyiakan dua tahun pernikahan kami.
"Selesai!" suara Yanti membuyarkan lamunan Abi.
"Yanti" suara Abi membuat Yanti mendongakkan kepalanya.
"Iya mas?"
Antasena berjalan melewati mereka.
"Aku akan menunggu di mobil" katanya lalu menuju ke halaman depan.
"Kita mulai dari awal ya? Maafkan kalau aku selama ini membuatmu tidak nyaman".
Yanti tersenyum lembut. "Akhirnya mas" bisiknya.
Abi tersenyum lalu memeluk Yanti dan mencium kening wanita itu.
"Aku pergi dulu" pamit Abi setelah melepaskan pelukannya.
"Hati-hati mas" Abi tersenyum menatap wajah istrinya lalu keluar rumah menuju halaman dimana Antasena sudah menunggu di dalam mobil bersama sopir.
***
Dara sudah berganti pakaian renang one piece. Hari ini dia ingin berenang menikmati kolam renang yang sudah pasti bersih daripada kolam renang hotel yang biasa dia datangi.
Mengenakan kimono yang menutupi tubuhnya, Dara keluar kamar. Ketika hendak menuju ke halaman belakang, dia melihat Yanti berjalan masuk seperti orang linglung.
Anak ini kenapa?
"Woi Yan? Yaaaannn!!!" Dara melambai-lambaikan tangan kanannya di wajah Yanti yang masih senyum senyum sendiri.
"Wah kasus nih anak! Kesambit apa lu Yan?" Dara lalu menggandeng Yanti untuk duduk di sofa dekat kolam renang. "Ayo ceritakan pada Bu guru, kenapa kamu bisa linglung begini? Linglung tapi kok bahagia?" Dara berlagak seperti dirinya pada saat menjadi guru bimbingan konseling.
"Mas Abi, Ra... Mas Abi" lirih Yanti.
"Hah? Suamimu kenapa?" Dara bingung.
"Mas Abi memintaku kita mulai dari awal! Mas Abi mulai mencintaiku!!!" teriak Yanti sambil memeluk Dara heboh.
"Alhamdulillah!" Dara bisa bernafas lega pernikahan sahabatnya akan baik-baik saja.
"Akhirnya semua doa-doaku dikabulkan. Alhamdulillah ya Allah! Bahagianya akuuuu!" seru Yanti benar-benar bahagia.
"Berarti kalian bakalan satu kamar dong" celetuk Dara yang membuat Yanti terdiam.
"Kamu kok tahu?" cicit Yanti.
"Aku nggak sengaja kemarin lihat mas Abi masuk di kamar sebelah kamarmu".
Yanti menghela nafas panjang. "Memang sejak awal kami tidur terpisah Ra".
"Kenapa? Jangan-jangan kamu tukang ngorok jadi mas Abi terganggu?" goda Dara yang terkena pukulan bantal sofa.
"Enak saja!"
"Sebentar, apa selama kalian menikah belum melakukan 'itu' kah?" Dara menaik turun kan alisnya.
"Tidur terpisah bukan berarti kami tidak melakukannya!" jawab Yanti dengan wajah memerah.
"Ooohhh, kirain kamu masih pera**wan" tawa Dara meledak.
"Sialan! Dasar teman lucknut! Bisa-bisanya kamu durjana sama sahabatmu ini!" Yanti menyeret Dara yang masih tertawa lalu mendorongnya ke kolam renang.
BYUURRR!!!
"Dasar teman durjana! Aku memang mau berenang tapi nggak gini juga bambaaannggg!!!" umpat Dara yang sekarang berenang ke tepi kolam lalu melepaskan kimono nya.
Yanti tertawa terbahak-bahak.
***
thank you for your support.
Follow Ig author @hana_reeves_nt