NovelToon NovelToon
She Is Mine

She Is Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / CEO
Popularitas:817
Nilai: 5
Nama Author: ArumSF

Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.

Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.

Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.

“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana

“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel

Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?

Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?

Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak suka Perhatian

Aku bukan tak suka dengan sebuah perhatian, tapi aku hanya tak mau terlalu bergantung. Karena awal dari ketergantungan pada seseorang adalah karena sebuah perhatian.

~Berliana anggun permata~

...*****...

Beberapa Minggu kemudian.

Karena beberapa hal, untuk malam ini Berliana terpaksa mengikuti permintaan Madam Zoya untuk menginap di mansion wanita itu.

Di tengah suasana makan, terdengar perbincangan kecil. “Oh ya Nak, bagaimana keadaan kamu. Sesibuk itu ya kamu hingga tidak bisa meluangkan sedikit waktu untuk ibu kamu ini?” Madam Zoya memulai pembicaraan dengan nada menyindir pada anak lelakinya.

“Pekerjaan aku terlalu banyak akhir-akhir ini Mah, jadi sulit untuk bertemu. ” Kata-kata yang seakan mengatakan jika itu salah pekerjaannya yang terlalu banyak dan menumpuk sehingga ia tidak bisa meluangkan waktu untuk ibunya.

Anehnya, meski itu hanya alasan tapi Madam Zoya seolah paham betul dengan hal itu. Hingga ia hanya mendengus dan tidak bisa berkata-kata. Selesai makan, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing.

Pada saat itu, Berliana yang merasa haus ia ingin minum, tapi karena lupa membawa air makanya ia keluar dari kamarnya. Sesampainya di dapur Berliana mengambil air secukupnya dan hendak membawa menuju kamarnya.

“Kamu belum tidur?” tanya seseorang yang membuat Berliana sedikit terkejut, tapi meski begitu ia kembali memasang ekspresi acuhnya.

“Sudah, hanya ingin minum saja mangkanya aku ke bawah untuk mengambil minum.”

Karena kamar Berliana dan Efron berada di lantai atas jadi mereka harus menuruni tangga menuju dapur.

“Kenapa tidak meminta pelayan untuk datang mengambil minuman?” tanya Efron terdengar perhatian, ia melangkah sedikit mendekat ke arah Berliana.

“Kak,” panggil Berliana. Jika bukan perintah dari Madam Zoya yang sudah Berliana anggap seperti ibunya sendiri, mungkin ia tidak akan memanggil Efron dengan sebutan kakak'

“Sudah Saya katakan berkali-kali, jangan pernah mencoba memberikan perhatian lebih pada saya,” kata Berliana dengan pandangan mendongak.

Meski Berliana tinggi tapi ia harus mendongak karena Efron jauh lebih tinggi darinya. Proposal Efron cocok menjadi seorang model pria, hanya saja ia tidak menjadi model, karena untuk apa menjadi model jika bisa memiliki agensinya langsung.

“Padahal saat Mamah memberi kamu perhatian kamu bisa menerima itu.” Efron merasa tersinggung, sesulit itu ia berusaha untuk sekedar dekat dengan seorang Berliana.

Jika awalnya Efron hanya merasa tertarik pada Berliana. Kini ia merasa ingin dekat dengan Berliana karena wanita itu berhasil dekat dengan ibunya.

Padahal Madam Zoya selama ini tidak pernah terlihat dekat dengan wanita seumuran Efron.

“Itu beda, jelas mata dan tatapan kakak menyimpan sebuah maksud. Itu membuat saya merasa terbebani.” Dalam kalimat itu, Berliana seakan menegaskan, jangan berharap lebih padanya selain hubungan saudara angkat.

“Apa sedalam itu Si Brengsek menyakiti kamu?” Efron penasaran dengan siapa laki-laki yang tega memberikan luka terdalam bagi Berliana, hingga Berliana seolah sangat trauma dengan hal itu.

Bahkan wanita itu jelas-jelas tidak pernah terlihat dekat dengan lelaki manapun.

“Kamu nggak perlu tahu.” Setelahnya, Berliana pergi begitu saja dan memasuki kamarnya. Melihat itu Efron hanya diam dengan tangan terkepal.

“Siapapun lelaki itu, aku akan membalas dendam untuk kamu.” Sayangnya, meski berkali-kali Efron bertanya pada ibunya tentang lelaki di masa lalu Berliana, tapi ibunya tidak pernah mengatakan apapun padanya.

Keesokan harinya.

Berliana yang kini sudah berada di apartemennya. Ia merapikan beberapa barang yang akan ia bawa nanti. Berjalan menuju keluar, Sinta tiba-tiba ikut berjalan disampingnya.

“Kamu mau kemana?” tanya Sinta begitu membuka pintu dan mempersilahkan Berliana keluar

“Suatu tempat”

“Bolehkah aku ikut?”

“Tidak!”

Sebelum pintu di tutup, Sinta mencegahnya, ia menahan pintu mobil yang hendak di tutup oleh Berliana.

“Kenapa?” kata yang seakan memiliki seribu arti.

Sinta ingin bertanya mengapa sesulit itu Berliana hanya untuk akrab dengannya, padahal Sinta selama ini telah berusaha keras agar Berliana bisa menerimanya.

Mungkin Berliana tak pernah berbicara kasar atau pun berbuat kasar, hanya kata-kata dan wajahnya saja yang terkesan acuh.

“Bisa nggak untuk kali ini Anda membiarkan saya ikut menemani Anda.”

Alasan terbesar Sinta menggunakan kata Saya' dan Anda' saat berbicara, itu karena mereka yang kini semakin tidak akrab dan dekat, jadi akan terasa aneh jika menggunakan kata-kata yang terkesan akrab.

Menghela nafas panjang, Berliana menutup matanya sejenak.

“Baiklah Kak.” Akhirnya karena tidak tega Berliana mengizinkan. Ia tidak ingin Sinta berbicara terlalu jarak dengannya. Walau sebenarnya dirinya yang seolah sedang menjaga jarak dengan siapapun.

“Terima kasih.” Dengan sedikit semangat Sinta membuka pintu. “Maaf,”ungkap Sinta saat melihat Berliana terlihat terkejut dengan ucapan yang terasa formal tadi.

“Kita kemana?” Sedikit tersenyum senang Sinta saat mengatakan itu, hingga terasa aneh bagi Berliana.

‘Sesenang itu kah?’ pikir Berliana tak menyangka.

“Taman.” Entah kenapa semenjak pertemuannya dengan seorang anak laki-laki di taman, ia teringat dengan anak itu terus menerus.

...*****...

Di sisi lain

Terlihat jelas foto-foto yang terpampang rapi di sebuah ruangan. Dari mulai kecil hingga besar, foto-foto itu tak terhitung jumlahnya.

“Bukankah ini terlihat cantik, dia sangat cantik layaknya boneka hidup,” ucap orang itu yang ternyata adalah Harry, ia menatap ke arah asistennya sambil menunjuk sebuah foto.

Foto itu adalah foto Berliana.

“Bagaimana ya bentuk tubuhnya saat tidak memakai sehelai benang pun?” Harry berkata sambil menatap foto seorang wanita yang tidak mengenakan apapun. Itu bukan foto Berliana yang telanjang melainkan foto seorang bintang porno, hanya saja wajah sang bintang porno itu di tutupi dan di ganti oleh wajah Berliana.

“Aku selalu membayangkan bagaimana jadinya saat dia menari dengan tubuh telanjang di hadapanku.” Harry membayangkan dengan senyuman yang terlihat membuat orang tak nyaman dengan senyum itu.

Si asisten hanya diam dan tidak berkata apa-apa, karena sekali ia salah kata bisa di pastikan tuannya yang terkenal pemarah itu akan menghukumnya.

“Ah, sayang sekali. Dia menolak ku meski ku tawari nominal uang berapapun asal dia tidur denganku.” Harry menatap dengan marah pada asistennya saat mengatakan itu.

Harry, ia merupakan seorang model sekaligus aktor papan atas. Hanya saja karena ia merupakan sepupu Erland dan keturunan keluarga Safety, karirnya terus berjalan baik karena semua kelakuan buruknya dibantu ditutupi dengan menggunakan koneksi keluarga Safety.

Tendangan asisten itu dapatkan dari Harry. “Kamu jangan hanya diam, kerja dengan benar.” “Dasar pemalas,”umpat Harry lagi, padahal jelas-jelas jika ia yang meminta asisten itu untuk diam dan mendengarkan ceritanya, tapi karena kesal dan marah asistennya itu jugalah yang kini menjadi pelampiasan kemarahannya.

...*****...

“Kak Chelsea,”ucap Anira tak percaya, ia tak menyangka jika mobil yang berhenti di gerbang sekolahnya itu adalah mobil Chelsea.

“Hai Anira sayang, mau Kakak antar pulang?” Chelsea dengan senyum cerah menyapa Anira.

“Kak Chelsea pulang aja, Anira mending nunggu kak Exsel jemput,” acuh Anira sambil melipat kedua tangannya.

“Kak Exsel tidak mungkin jemput kamu, karena dia sedang sibuk,” dengan yakin dan percaya diri Chelsea mengatakan itu.

“Sesibuk apapun kak Exsel, dia itu bakal jemput aku.” Anira tetap percaya, jika harus di bandingkan dengan pekerjaan, dirinya masih menjadi hal yang di nomor satu 'kan oleh kakaknya.

“Anira!!” Kini Chelsea berkata kesal dan sedikit membentak.

“Kak Chelsea bentak aku?” tanya Anira tak percaya, selama ini meski Anira sering berlaku seenaknya, tidak ada yang berani membentak dirinya selain peringatan kecil dari sang Kakak Exsel. Dan kini Chelsea yang belum resmi menjadi istri Exsel berani untuk membentaknya?

“Ya ampun, mana mungkin aku nggak marah kalau kamu terus-terusan tolak kehadiran aku. Bagaimana pun kita nanti akan menjadi keluarga. Dan kamu bakal menjadi adik iparku!”

“Tapi Kakak sudah berani bentak Anira!, selama ini nggak ada yang berani buat bentak Anira,”kesal Anira tak terima.

******

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!