NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalah Dompet

Happy reading guys :)

•••

Suara dering handphone berbunyi terdengar, membuat Naresha yang masih terlelap di dalam alam mimpi secara perlahan-lahan mulai membuka mata dan mulai menggerakkan tangan kanannya dengan sangat lemas untuk mengambil benda pipih itu dari atas meja samping tempat tidur.

Naresha mengedipkan mata beberapa kali, guna menormalkan kembali indera penglihatan yang masihlah sangat buram pada saat ini, lalu sedikit mengerutkan kening saat menyadari dirinya telah dalam posisi berbaring di atas kasur—tidak lagi bersandar pada headboard seperti kemarin malam.

Akan tetapi, Naresha tidak mengambil pusing akan hal itu, karena dirinya segera mematikan dering alarm yang masih terus berbunyi setelah melihat jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Setelah mematikan dering handphone, Naresha pelan-pelan mulai bangun dari posisi tidurnya, kemudian menyandarkan punggung ke headboard kasur guna mengumpulkan kembali semua kesadarannya sambil menguap kecil dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang sudah sangat berantakan.

Beberapa menit berlalu, ketika semua kesadaran Naresha sudah kembali, ia mengalihkan pandangan ke arah kiri, mengerutkan kening kala tidak mendapati tanda-tanda keberadaan dari Kaizen.

“Itu anak ke mana? Apa dia udah bangun?” gumam Naresha dengan suara serak khas orang baru bangun dari alam mimpi.

Tak berselang lama, setelah pertanyaan itu keluar begitu saja dari dalam bibir mungil Naresha, suara dering handphone kembali berbunyi—tetapi kali ini bukan alarm, melainkan notifikasi pesan dari seseorang.

Naresha segera membuka layar handphone yang masih dirinya genggam, lantas semakin mengerutkan keningnya saat membaca sebuah nama sangat asing di dalam sana.

“Ayah Dari Anak-anakku,” gumam Naresha, membaca nama itu dengan penuh keheranan. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena dirinya sesegera mungkin membuka kolom chat guna membaca isi pesan di dalam sana, “Udah bangun belum lu? Gue pergi keluar sebentar karena ada urusan sama anak-anak Valefor … Jangan kangen.”

Membaca chat itu, Naresha spontan memutar bola mata sangat malas, lantaran mengetahui sosok di balik nama kontak ‘Ayah Dari Anak-anakku’ itu—yang tidak lain adalah Kaizen Wiratma Atmaja.

Tanpa menunggu waktu lama, Naresha menggerakkan kedua ibu jarinya untuk mengetikkan sesuatu pada keypad handphone, lantas mengirimkannya sebagai jawaban.

Naresha:

“Jadi, lu yang udah gonta-ganti nama kontak di handphone gue?”

“Jangan pernah kegeeran jadi orang. Mau lu nggak balik juga bukan urusan gue.”

“Gue malah bersyukur banget kalau itu terjadi.”

“BYE!!!!”

Setelah mengirimkan beberapa chat itu, Naresha buru-buru mematikan layar handphone karena tidak ingin membaca balasan yang kemungkinan akan segera Kaizen berikan.

Naresha mengembuskan napas panjang beberapa kali, sembari melihat langit-langit kamar yang masih diterangi oleh lampu gantung Kristal.

Akan tetapi, itu tidak berselang lama, lantaran Naresha refleks merintih ketika tiba-tiba saja mendengar suara perut rampingnya mulai berbunyi.

“Aku laper banget … Aku baru ingat kalau kemarin malam nggak ada makan apa-apa,” gumam Naresha, memberikan elusan lembut pada perut rampingnya, sebelum pada akhirnya mulai turun dari atas tempat tidur untuk mencari sesuatu yang dapat dimakan dari dalam ruangan dapur.

Sepanjang perjalanan menuju dapur, Naresha bersenandung kecil guna menghilangkan rasa sunyi yang sedang melanda dirinya saat ini, sembari melihat ke sekeliling rumah barunya untuk membiasakan diri.

Sekitar tiga menit berlalu, Naresha menghela napas panjang saat tidak menemukan satu makanan atau bahan masakan di dalam kulkas. Ia menggigit bibir bawahnya cukup kencang, sebelum memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil dompetnya dari dalam sling bag branded miliknya.

“Loh, dompetku di mana? Perasaan kemarin udah aku masukin ke sini sebelum pergi,” gumam Naresha, kala tidak menemukan tanda-tanda keberadaan dompetnya di dalam sling bag branded-nya. Ia terus berusaha mencari, sampai pada akhirnya mengepalkan kedua tangan sempurna dan segera membuka handphone saat menyadari sesuatu.

Naresha:

“Lu taruh mana dompet gue, hah?! Kasih tahu gue cepet! Gue mau beli makanan!”

Tanpa perlu menunggu waktu lama, chat dari Naresha segera mendapatkan jawaban dari Kaizen, dengan disertai emoticon senyuman penuh kemenangan.

Kaizen:

“Ah, gue lupa ngasih tahu lu ….”

“Dompet lu untuk hari ini gue sita, karena gue denger dari mama, kalau lu selalu boros.”

“Kalau lu mau beli makanan, gue udah tinggalin duit di atas meja rias lu.”

Setelah membaca balasan chat dari Kaizen, Naresha segera mengalihkan pandangan ke arah tempat meja riasnya berasa, lalu segera melangkahkan kaki ke arah sana dan mengambil uang yang telah ditinggalkan oleh suaminya itu.

“Dua puluh ribu? Yang bener aja? Mana cukup beli makanan pakai duit segini?” gumam Naresha, saat melihat nominal uang yang telah dirinya ambil.

Wajah cantik Naresha mulai berubah menjadi sangat merah karena sifat semena-mena Kaizen. Ia bergegas kembali mengirimkan chat kepada sang suami umur melancarkan protes.

Naresha:

“Eh, Kebo! Dua puluh ribu mana cukup buat beli makanan?!”

“Balikin dompet gue sekarang juga nggak! Kalau nggak … gue pastiin hidup lu menderita ke depannya!”

Lagi dan lagi, Kaizen langsung memberikan jawaban kepada Naresha—seakan cowok itu sedari tadi memang sudah menunggunya.

Kaizen:

“Loh, cukup banget itu. Nasi uduk lima belas ribu, sisanya buat beli es teh.”

“Lagian, sekarang gue yang bayarin hidup lu. Ngapain masih pakai dompet sendiri.”

Wajah Naresha semakin memerah saat membaca balasan Kaizen yang begitu sangat menjengkelkan. Ia kembali mengirimkan chat kepada cowok itu, tetapi kali ini hanya sebuah umpatan semata.

Naresha:

“Fuck you, Kaizen!”

Setelah mengirimkan umpatan itu, Naresha mulai memberikan pijatan lembut pada keningnya saat tiba-tiba saja merasakan pusing sangat luar biasa. Namun, tidak berlangsung lama, karena beberapa detik kemudian sebuah senyuman manis penuh kemenangan mulai terukir di wajah cantiknya.

Naresha kembali membuka layar handphone, tetapi kali ini dirinya tidaklah mengirimkan pesan kepada Kaizen, melainkan kepada seseorang yang dapat dirinya manfaatkan di saat-saat genting seperti sekarang ini.

“Lu salah main-main sama gue, Kai.”

•••

“Akhirnya aku bisa makan enak … nggak masalah dompet sama kartu ATM-ku disita sama Kai, selagi aku punya cowok-cowok bucin itu … Aku nggak akan pernah kekurangan uang sama sekali.”

Naresha mengukir senyuman lebar penuh kebahagiaan, seraya mengunyah berbagai macam makanan yang saat ini telah berada di dalam bibir mungilnya. Ia melihat ke arah meja makan di depan yang sudah dipenuhi oleh banyak sekali kotak makanan—mulai dari kotak sushi premium, ayam geprek super pedas, hingga dessert kekinian yang baru saja viral di media sosial.

Setelah menelan semua makanan di dalam bibir mungilnya, Naresha mengambil gelas plastik berisikan Brown Sugar Boba Latte with Cheese Foam dari sisi kanannya, lantas meneguknya secara perlahan-lahan.

Suara dering notifikasi dari handphone Naresha berbunyi, membuat gadis berparas cantik itu kembali menaruh gelas di atas meja dan segera mengambil ponselnya. Ia membuka layar handphone, mengukir senyuman tipis penuh akan arti saat membaca sebuah pesan yang telah dikirimkan oleh Gavin.

Gavin:

“Makanannya udah sampai belum?”

“Kalau belum, biar aku aja yang beli dan nganterin ke rumah kamu.”

“Tolong shareloc, Cantik.”

Tanpa menunggu waktu lama, kedua ibu jari lentik Naresha mulai mengetikkan sesuatu pada keypad handphone, lantas mengirimkannya sebagai balasan dengan disertai emoticon sedang mencium sesuatu.

Naresha:

“Udah, kok … makasih banyak, ya, Baby.”

“Aku makin sayang, deh, sama kamu.”

Setelah mengirimkan balasan itu, Naresha segera mematikan handphone dan menaruh benda pipih itu ke tempat semula—karena tidaklah tertarik untuk melanjutkan obrolan lebih jauh lagi.

“Mungkin aku bakal lebih lama main-main sama dia … setidaknya sampai dompetku dibalikin sama Kaizen,” batin Naresha, sembari menyuapkan sushi ke dalam bibir mungilnya.

Beberapa menit berlalu, atensi Naresha sontak teralihkan ke arah pintu masuk utama rumah, ketika dari ruangan makan dapat mendengar langkah kaki seseorang sedang berjalan masuk ke dalam.

Naresha spontan mengangkat kedua alisnya sambil mengunyah sushi yang masih berada di dalam mulutnya. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena sebuah senyuman tipis penuh kemenangan mulai terukir saat melihat sosok Kaizen yang baru saja pulang dan kini tengah berdiri di ambang pintu masuk ruangan makan dengan menunjukkan ekspresi datar.

Dengan sangat santai, Naresha menyandarkan punggung ke sandaran kursi sambil mulai meneguk Brown Sugar Boba Latte with Cheese Foam yang sangat dingin dan manis, seolah menegaskan betapa nikmatnya hidup meskipun dompet serta kartu ATM-nya masih disita oleh suaminya itu.

“Lu pulang ternyata …,” ucap Naresha dengan nada ringan—tidak ada nada penuh akan emosi atau amarah, “Gue kira lu bakal lupa waktu, karena asyik sama anak-anak geng lu yang hobi berantem itu … Oh, iya, lu pasti kaget, kan, lihat meja makan penuh makanan kayak gini?”

Kaizen tidak menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Naresha. Ia hanya menatap meja makan yang sudah penuh dengan aneka makanan mahal dari berbagai restoran terkenal.

Remaja laki-laki itu mengembuskan napas panjang beberapa kali, sebelum pada akhirnya mengukir senyuman tipis penuh akan arti ke arah sang istri.

“Syukurlah kalau cowok-cowok tolol itu bisa diandalin, mereka ternyata banyak juga kontribusinya buat kehidupan ratu lebah,” ucap Kaizen penuh akan nada sindiran, sengaja menyebut Naresha sebagai ratu lebah—karena ratu lebah itu memang cuma satu, dan dikelilingi oleh para pejantan yang hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sang ratu sebelum akhirnya dibuang, atau mati setelah tugasnya selesai.

Naresha tertawa kecil saat mendengar sindiran itu, lalu bangun dari atas tempat duduk dan melangkahkan kaki secara perlahan-lahan mendekati tempat Kaizen berada.

“Gue suka sama julukan baru yang lu kasih it—”

“Berarti lu sekarang udah nggak perlu lagi dompet dan kartu ATM,” potong Kaizen cepat, berbalik badan dan mulai melangkahkan kaki menuju tangga penghubung lantai dua, “Mulai sore ini … dompet lu akan selalu ada di tangan gue, Naresha.”

Naresha spontan membelalakkan mata sempurna, seolah tidak percaya dengan hal yang telah Kaizen katakan barusan—meskipun dirinya memiliki banyak sekali cowok untuk bertahan hidup, tetapi dirinya tetaplah membutuhkan dompet serta kartu ATM untuk beberapa keadaan mendesak.

“Kaizen! Jangan mutusin sesuatu sendiri! Balikin dompet gue sekarang juga!”

Tanpa menunggu waktu lama, Naresha berlari sekuat tenaga ke arah Kaizen, berusaha mengambil kembali dompetnya dari tangan cowok yang telah resmi menjadi suaminya itu.

Kaizen hanya mengukir senyuman samar penuh kemenangan saat melihat ekspresi wajah Naresha sekarang ini, lalu dengan gerakan terlatih mulai menghindari segala serangan yang tiba-tiba diberikan oleh istrinya itu.

“Lu pikir bisa menang ngelawan gue? Lu itu salah besar, Naresha Sayang … Suami lu ini bukan cowok sembarangan.”

To be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!