Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Saat itulah tiba-tiba Vira seperti ditarik oleh sesuatu, membuatnya melihat gambaran seperti masa lalu.
Di sana ia melihat di sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu di tengah hutan, seorang anak perempuan berumur 5 tahun dengan pakaian yang sedikit Kumal dan badannya yang agak kotor tengah bermain di rerumputan seperti tengah mencari sesuatu.
"Ketemu!!" seru anak itu sambil mengangkat sebuah daun kecil di tangannya.
"Ibu, ibu! Aku dapat! Lihat ini!"
Dengan lembut sang ibu yang tengah duduk di teras rumahnya mengelus rambut putrinya yang dengan semangat menunjukkan apa yang ia temukan.
"Kau berhasil... Syukurlah... Sekarang keberuntungan ada di tanganmu..." ujar sang ibu sambil memegang kedua tangan putrinya yang tengah menggenggam sebuah daun semanggi berdaun empat yang sering menjadi bahan keberuntungan seseorang.
"Jadilah anak yang baik..."
Tak lama Gambar itu kini berubah seperti menjadi lebih maju dari yang tadi.
Terlihat anak perempuan itu tengah duduk di teras rumahnya sendirian sambil mengolesi daun semangginya dengan lilin agar tahan lama dengan sangat bahagia.
Namun, di sisi lain Vira melihat sang ibu tengah berada di pasar mencari bahan makanan untuk putrinya, hingga tanpa sengaja melihat seorang anak kecil yang tengah dipukuli oleh ayahnya.
Tentu saja hatinya tergerak untuk melindungi anak itu, tapi justru hal itu membuatnya tidak bisa lagi bertemu putrinya, karena ia tidak sengaja mendorong ayah dari anak itu sehingga tertimpa kayu bangunan dan berakhir meninggal di tempat.
Alhasil usahanya pun tak dinilai oleh hukum yang kemudian menjatuhi hukuman mati padanya.
Gambar pun kembali berubah menunjukkan tempat yang sangat berbeda dimana ia melihat ibu dari anak perempuan itu diantar oleh dua petugas ke perbatasan kota.
Vira pun tidak mengerti ada apa dengan tempat itu, bukankah ibu itu dijatuhi hukuman mati?
"Ibuuu...!!!"
Saat tiba-tiba seorang anak perempuan berteriak sambil berlari melewati dirinya dan mengarah ke ibu itu yang kemudian menghilang dibalik gerbang perbatasan.
Dan setelah itu Vira tidak tahu apa yang setelahnya terjadi. Namun kini berdiri sosok di depannya yang sangat mirip dengan anak perempuan di gambar-gambar itu.
Dia hanya berdiri dan terdiam tanpa melakukan apapun disana, terus menatap Vira dengan tatapan kosongnya yang seakan kehilangan seluruh jiwanya.
"Vira!!!"
Seketika Vira pun terlonjak kaget ketika suara Sen memanggilnya dengan keras, dan berhasil membuatnya membuka matanya, maka terlihatlah di mata Vira wajah panik Sen yang tengah menatapnya.
"Apa anda baik-baik saja?" tanya Sen panik.
Vira yang baru saja tersadar pun belum bisa mencerna perkataan Sen dengan baik dan hanya diam membisu.
Dan saat Sen mengalihkan perhatiannya ke arah bayangan hitam yang tadi sempat ia singkirkan dari Vira kini mulai berdiri dan berjalan perlahan ke arah mereka.
Sen pun segera mengarahkan pedangnya pada sosok hitam itu yang kemudian berlari dengan cepat hendak menyerang.
Bersamaan dengan hal itu Vira ikut melihat bayangan hitam itu yang mulai mendekat dalam sepersekian detik Vira berusaha menghentikan Sen yang hendak menebas sosok hitam itu dengan menarik kerah bajunya.
Namun terlambat untuk Vira yang kekuatannya tak sebanding dengan Sen yang pada akhirnya berhasil menebas sosok hitam itu dengan sekali serang, bersamaan dengan jatuhnya air mata Vira yang kini membasuh wajahnya tanpa alasan.
***
Sementara itu jauh di depan sana, tepatnya di kastil istana yang dibangun dengan megah seorang wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda tengah berdiri di balkon yang memudahkannya untuk melihat pemandangan kota dari bawah sana.
"Yang mulia ratu..." panggil salah seorang pengawal istana, sambil menunduk hormat menunggu sang ratu memberi izin untuk bicara.
"Hari ini terasa lebih cerah dari hari biasanya, apa anda tahu kenapa?" tanya sang ratu pada pengawalnya yang masih belum berani menjawab.
"Apakah ada kenduri dan saya tidak tahu?... Sudah lama sejak terakhir kali ada pesta, mungkin kita bisa mengundang beberapa orang untuk datang" ujar sang ratu yang sepertinya dalam suasana hati yang baik.
"Saya berharap pesta ini bisa mencairkan beberapa suasana... Termasuk suasana hati saya"
Setelah mendengar perintah sang ratu yang ingin mengadakan pesta, pengawal itu pun langsung mengundurkan diri untuk menyiapkan segala sesuatunya.
Dan sepeninggalan pengawalnya sang ratu tidak bisa berhenti untuk tersenyum, yang entah kenapa ia merasa sangat senang hari ini, seakan ia bisa melihat wajah suaminya yang tengah menatapnya dari alam baka sambil menceritakan tentang masa depan negeri tercintanya ini padanya.
"Apakah anda masih memegang teguh pendirian anda? Saya pikir Anda mungkin benar tentang bagaimana meluluhkan hati saya..."
"Saya benar-benar merindukan anda..."
***
Samar-samar Vira seperti mendengar keramaian disekelilingnya, perlahan ia pun berusaha membuka matanya untuk melihat apa yang tengah terjadi, namun justru mendapati dirinya yang sama sekali tidak menapak tanah, karena tubuhnya kini digendong oleh Sen di punggungnya.
"Sudah bangun?" tanya Sen yang menyadari pergerakan Vira di punggungnya.
"Apa anda sudah merasa lebih baik? Ada yang sakit?" tanya Sen khawatir. Namun langsung dijawab oleh Vira dengan gelengan kepala.
"Syukurlah kalau begitu..." ucapnya sambil bernafas lega.
"Maaf saya harus menggendong anda seperti ini, sebentar lagi kita sampai, saya telah memesan penginapan disekitar sini untuk bermalam" ujar Sen memberitahu.
Vira melihat sekelilingnya banyak orang berlalu lalang sambil saling mengobrol satu sama lain. Sama seperti saat pertama kali Vira datang tempat ini juga adalah pasar, namun lebih besar dari yang pertama ia datangi.
Dan saat mereka hampir sampai di penginapan, Sen tidak sengaja melihat keributan di depan sana.
"Ada apa ini?"
Sen pun tidak bisa mengabaikannya dan melihat apa yang tengah terjadi, saat itulah ia melihat dua orang anak laki-laki tengah saling adu pukul sambil disaksikan banyak orang yang hanya berdiri dan menonton, bahkan beberapa ada yang bersorak saling menyemangati.
Bahkan jika terlihat salah satu anak laki-laki itu mulai kehilangan kesadarannya tapi masih mau berkelahi tidak ada yang peduli. Tidak tahan Sen pun maju dan meleraikan perkelahian itu dengan menjitak kedua dahi anak laki-laki itu.
"Apa kalian sudah selesai?" tanya Sen sedikit menahan emosinya sambil menatap orang-orang yang tengah menonton seakan menyuruh mereka pergi.
"Ah... Apa maumu?! Siapa kau?!" tanya salah satu anak laki-laki itu yang masih punya banyak tenaga dibanding lawannya yang mulai sempoyongan berusaha mempertahankan kesadarannya.
Sen pun mendekati anak laki-laki yang bertanya padanya dengan kasar lalu menggenggam tangannya dengan kuat sampai membuatnya merintih kesakitan.
"Pergi"
Dan dengan terpaksa anak laki-laki itu pun akhirnya pergi.
Bruk!
Tidak kuasa menahan kesadarannya anak laki-laki yang masih ada disana pun jatuh pingsan.
***