"tolong... tolongin saya, saya di bius!" kata seorang gadis pelayan Toko pada seorang pria tampan di depannya. Gadis itu tengah berusaha menyelamatkan diri dari pria tua yang gendut yang hendak melecehkannya.
"hey... anak muda. Jangan ikut campur. Gadis itu milikku, aku sudah membelinya dengan harga mahal." Teriak seorang pria yang baru saja menyusul gadis itu sebelum bertemu pria tampan itu.
Bagaima kisah selanjutnya? akan kah si pria tampan menyerahkan gadis pelayan itu pada pria tua itu? yook kepoin! jangan lupa Like, Subcrebs dan Komennya!
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebaktian Yasmin
"Yolan, apa apaan kamu. Ini bukan saatnya bercanda. Aku datang kesini untuk ayah. untuk memberikan biaya operasi ayah." pekik Yasmin dengan nada tinggi.
"bodo amat. aku tak perduli. Berapa uang yang kamu bawa? sini aku minta sedikit." Yolan menarik tas dari bahu Yasmin, dia mencari uang tunai barangkali ada. Tapi, tidak ada uang di dalam tas itu. Yolan marah dan melemparkan tas Yasmin ke tong sampah.
"Yolan! cukup! kalau kamu mau uang, seharusnya kamu ya kerja!" pekik Yasmin kesal.
"PLAK!!"
"Beraninya kau membentak anakku, hah?" Tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang dan menampar pipi Yasmin dengan kasar.
"ibu?" pekik Yasmin tak percaya, tangannya memegang pipi yang terasa nyeri akibat tamparan itu.
"jangan panggil aku ibu. Karena aku bukan ibumu." bentak wanita itu dengan kasar.
"ibu, jangan salah paham. Aku tidak bermaksud seperti itu. Yolan...!!"
"cukup! Suamiku memungutmu dari jalanan. Apa belum puas apa yang sudah suamiku berikan kepadamu? Mana balas budimu kepadanya?" mata wanita itu memerah penuh amarah. "kau sudah sepantasnya membalas semua kebaikan suamiku, karena waktu dan uang suamiku sudah di habiskan untuk hidupmu. Jadi jangan membantah apalagi menolak jika Yolan minta uang kepadamu. Kau sudah merampas uang dan ayah Yolan selama ini. Apa kau belum puas, sudah membuat kami harus berbagi denganmu?"
Netra Yasmin berkaca kaca, perkataan sang ibu benar-benar telah menusuk hatinya. Namun, Yasmin mencoba berpikir waras atas semuanya. "ibu, justru karena aku ingin membalas kebaikan ayah. Aku mencari uang untuk biaya operasi ayah. Tadi suster kabari aku, katanya ayah harus segera di lakukan operasi, atau kalau tidak ayah akan...!!" tangis kesedihan Yasmin pecah.
"cukup Yasmin. Jadi kau mendoakan hal buruk terjadi pada suamiku, hah? Dasar anak tidak tahu diri." Hanum, ibunya Yolan mendorong kasar Yasmin hingga Yasmin tersungkur.
Bersamaan dengan itu, pintu ruangan tiba-tiba terbuka, Seorang suster datang menghampiri.
"maaf, mbak. Apa biaya operasi bapak Budiman sudah di siapkan? Beliau harus secepatnya di operasi, atau jika sampai terlambat, maka batu ginjal itu akan semakin menekan bagian organ dalam pak Budiman, dan itu tentu sangat buruk hasilnya."
Yasmin terbelalak, airmata tak bisa di hentikan mengalir, dengan langkah yang gemetar ia pun maju dan berkata, "lakukan saja suster. Lakukan apa yang terbaik buat ayah saya."
"baiklah, mbak. Untuk biaya operasinya bisa sekitar 80 hingga 100 juta. Untuk pelaksanaannya mbak minimal harus bayar di 50 juta di awal. Sisanya bisa nyusul setelah pak Budiman menjalani perawatan." kata suster itu menjelaskan.
Yasmin mengangguk, ia lantas mendekati tong sampah dimana tasnya baru saja di lempar oleh Yolan.
"mari, mbak. Mari ikuti saya ke ruang administrasi." kata Suster membimbing Yasmin agar mengikutinya.
Yolan dan Hanum saling lempar tatap. Kedua wanita beda usia itu tampak kebingungan. Uang sebanyak itu darimana Yasmin mendapatkannya? Bahkan setahu mereka, Yasmin baru beberapa bulan bekerja jadi pelayan toko. Yasmin terpaksa berhenti sekolah karena kondisi pak Budiman yang sering sakit sakitan. Sementara Yolan yang usianya hampir seumuran dengan Yasmin lanjut sekolah hingga lulus. Yasmin merasa kasihan melihat pak Budiman yang harus banting tulang bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Meski tanpa persetujuan pak Budiman, akhirnya Yasmin memutuskan berhenti sekolah walaupun kelulusan hanya tinggal dua bulan lagi. Yasmin akhirnya bekerja untuk membantu perekonomian keluarga pak Budiman, termasuk untuk biaya kelulusan Yolan saudara angkatnya, terlebih pak Budiman yang juga memerlukan banyak biaya untuk berobat.
"ma, kenapa Yasmin punya uang sebanyak itu?" tanya Yolan heran.
Hanum mengendikkan bahu, "mama juga gak tahu."
"apa jangan jangan Yasmin punya sugar baby?" kata Yolan memprediksi.
"entahlah, itu kita pikirkan nanti. Yang penting sekarang ayahmu sembuh dulu." kata Hanum.
"terus, 50 juta selanjutnya kita akan dapat darimana?"
Hanum menarik nafas dalam, ia juga tidak tahu harus mencari uang kemana untuk sisa operasinya. Tapi, kemudian satu sudut bibirnya terangkat, "kita minta aja Yasmin yang melunasi. Maka dari itu kita tak perlu ambil pusing. Biarkan Yasmin yang menandatangani surat surat biayanya. Dengan begitu, pihak rumah sakit akan mencari Yasmin untuk kekurangannya."
"wah, mama memang hebat. Ide mama benar sekali. Itung itung Yasmin harus balas budi." sahut Yolan tertawa ringan, seakan ia dan ibunya tak memiliki beban tanggung Jawab atas kesembuhan pak Budiman.
"ya, lagian. Mama sudah tak perduli. Ayahmu yang sakit sakitan itu, matipun mama nggak peduli. Dia sudah tua dan tak berguna." kata Hanum dengan wajah sengit. "Dan pula, kita juga akan bisa tahu darimana Yasmin memperoleh uang sebanyak itu." lanjutnya tersenyum licik.
Sementara Yasmin di ruang administrasi, dia lekas membayar 50 juta untuk uang muka operasi ayahnya. Apapun itu akan Yasmin lakukan agar ayahnya kembali sehat.
Usai melakukan pembayaran, Yasmin segera menjenguk sang ayah sebelum ia memutuskan untuk kembali ke tempatnya bekerja.
"ayah, ayah harus sembuh. Apapun yang Yasmin lakukan, ayah jangan cemas. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan ayah." kata Yasmin sembari mencium punggung tangan sang ayah yang dingin.
Pak Budiman menatap putrinya dengan getir. Hatinya terkoyak mendapat perlakuan yang sangat baik dari putri yang selama ini ia pungut dari jalanan. Sedangkan istri dan putri kandungnya seakan tak perduli pada kesehatannya, "nak, sudahlah! Kamu tidak perlu melakukan banyak hal. Ayah akan baik baik saja tanpa operasi. Ayah pasti akan sembuh."
"tidak ayah. Tanpa operasi semua akan tetap saja. Penyakit ayah tidak bisa hilang dengan sendirinya. Hanya operasi yang bisa sembuhkan ayah. Ayah tenang saja. setelah ini semuanya akan baik baik saja." kata Yasmin menatap getir sang ayah.
"baiklah, nak. Semoga pengorbananmu akan mendapatkan balasan yang baik." pak Budiman menatap Yasmin penuh arti. "nak, siapapun dirimu. ayah sangat yakin, orang tuamu pasti orang yang sangat baik hatinya."
"ayah, jangan bicara begitu. Aku adalah anak ayah. Ayah yang mendidik ku dengan baik, karena ayah sangat baik makanya aku jadi baik pula."
Pak Budiman mengelus kepala Yasmin lembut, sebelum akhirnya dia di bawa ke ruang operasi.
Yasmin mondar mandir di depan operasi, hatinya tak tenang sebelum operasi selesai di lakukan.
"Yasmin, apa sih kok mondar mandir gitu. aku kan jadi pusing lihatnya." gerutu Yolan
Yasmin tak menggubris, ia benar-benar tak tenang sebelum dokter selesai melakukan operasi dan memberikan kabar baiknya.