Jihan Hadid, seorang EO profesional, menjadi korban kesalahan identitas di rumah sakit yang membuatnya disuntik spermatozoa dari tiga pria berbeda—Adrian, David, dan Yusuf—CEO berkuasa sekaligus mafia. Tiga bulan kemudian, Jihan pingsan saat bekerja dan diketahui tengah mengandung kembar dari tiga ayah berbeda. David dan Yusuf siap bertanggung jawab, namun Adrian menolak mentah-mentah dan memaksa Jihan untuk menggugurkan kandungannya. Di tengah intrik, tekanan, dan ancaman, Jihan harus memperjuangkan hidupnya dan ketiga anak yang ia kandung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Maria mengenakan kaca mata hitamnya dan berjalan penuh percaya diri menuju ke pusat perbelanjaan bersama dengan Leonardo.
Ia menghentikan langkahnya di depan toko pakaian bayi.
"Beberapa bulan lagi, aku akan membeli perlengkapan bayi." gumam Maria sambil mengelus perutnya.
Leonardo menggandeng tangan adiknya dan mengajaknya ke food court.
"Mau makan apa?" tanya Leonardo.
Tiba-tiba Maria merasakan perutnya yang sakit dan ia merintih kesakitan.
"Maria, kamu kenapa?" tanya Leonardo.
"P-perutku sakit, Kak." jawab Maria.
Leonardo langsung membopong tubuh Maria dan membawanya ke rumah sakit.
"S-sakit, Kak." ucap Maria.
Leonardo menggenggam tangan adiknya dan memintanya untuk bertahan.
Ia mempercepat laju mobilnya agar lekas sampai di rumah sakit.
Leonardo langsung memarkirkan mobilnya dan segera ia membawa Maria ke ruang UGD.
Perawat meminta Leonardo untuk menunggu di luar ruang UGD.
Tak berselang lama dokter Aylin memeriksa keadaan Maria.
"Dokter, apakah aku keguguran?" tanya Maria.
Dokter Aylin sudah tahu jika saat ini Maria sedang mengalami menstruasi akibat kesalahan Prosedur dokter seymus.
"Kamu tidak keguguran, Maria. Dan sekarang kamu hanya menstruasi biasa." jawab Aylin.
Aylin meminta maaf karena ada kesalahan prosedur saat Maria menginginkan suntikan spermatozoa.
"Dokter Seymus melakukan kesalahan dan aku minta maaf." ucap Aylin.
Maria menggelengkan kepalanya dan ia marah kepada dokter Aylin.
"Ini tidak bisa dimaafkan dan aku akan menuntut kalina berdua." ucap Maria sambil menangis sesenggukan
Ia tidak menyangka jika Rencananya gagal dalam sekejap.
"Siapa wanita yang mendapatkan suntikan spermatozoa itu?" tanya Maria.
"Maaf, itu rahasia rumah sakit dan aku tidak bisa memberitahukan kepada kamu." jawab Aylin
Maria bangkit dari brankar dan membuang semua barang yang ada disana.
"Maria, tenangkan dirimu!"
Dokter Aylin berusaha menenangkan Maria yang marah besar.
Leonardo langsung masuk saat mendengar keributan di dalam ruang UGD.
"Maria!"
Leonardo langsung memeluk tubuh adiknya yang menangis dan membuang semua barang yang ada disana.
"Mereka menipuku, aku tidak hamil." ucap Maria dengan suara tangisannya.
Leonardo memandang wajah Aylin yang berdiri disana.
"Aku akan menghancurkan rumah sakit ini!" ucap Leonardo dengan amarah.
Kemudian ia kembali membopong tubuh Maria dan mengajaknya pulang.
Aylin yang masih ketakutan langsung menghubungi Adrian.
Adrian yang sedang menyuapi Jihan langsung mengangkat ponselnya.
"Ada apa, dok?" tanya Adrian dengan wajah yang serius.
"Maria sudah tahu kalau dia tidak hamil dan Leonardo mengancam akan menghancurkan rumah sakit ini. Aku ingin kalian bertiga menjaga Jihan." ucap Aylin
Aylin takut jika Leonardo atau Maria menculik Jihan dan melakukan hal yang menakutkan.
"Baik dok, kami bertiga akan menjaga Jihan. Dan terima kasih sudah menghubungi aku." ucap Adrian yang kemudian mematikan ponselnya.
Adrian kembali menyuapi Jihan yang dari tadi susah untuk makan.
"Ada apa?" tanya Jihan.
"Tidak apa-apa, Dokter Aylin meminta kita untuk menjaga kamu." jawab Adrian yang membohongi Jihan.
Adrian tidak mau jika Jihan kembali stres dan akan menyebabkan Jihan drop lagi.
"Jihan, ayo makan lagi. Kamu masih makan dua sendok." pinta Adrian.
Jihan menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau ia tidak nafsu makan.
"Jihan, ayo makan dulu sayang. Nanti aku belikan es krim coklat." ucap David yang selalu sabar menghadapi Jihan.
Yusuf ikut menghadiri mereka dan mengatakan kalau akan mengajak Jihan jalan-jalan kalau dokter sudah mengizinkannya.
Jihan langsung mendongakkan kepalanya ke arah Adrian, David dan Yusuf.
"Janji?"
Mereka bertiga menganggukkan kepalanya dan berjanji kepada Jihan.
"Sekarang makan dulu, ya." ucap Adrian yang kembali menyuapi Jihan.
David mencium kening Jihan yang sedang makan.
"Aku juga mau, ah."
Jihan tertawa kecil melihat tingkah mereka berdua.
Setelah selesai makan, Yusuf memberikan obat dan vitamin kepada Jihan.
"Banyak sekali obatnya." ucap Jihan yang melihat ada empat jenis obat.
"Jihan, ini masih sedikit jumlahnya. Kamu tidak tahu dulu ada anak buah ku yang meminum obat dengan jumlah 20 butir obat." ucap Yusuf.
Jihan mengambil air putih dan segera meminumnya.
Seusai meminumnya David mengambil selimut dan menutup tubuh Jihan.
"Langsung panggil kita bertiga, jika ada apa-apanya." ucap Adrian.
Ia mengangguk setuju dan langsung memejamkan matanya.
Mereka bertiga keluar dari kamar Jihan dan Adrian mengajak mereka untuk ke ruang kerjanya.
David dan Yusuf saling pandang ketika Adrian mengajaknya ke ruang kerjanya.
Mereka hafal betul dengan Adrian yang selalu mengajak kesana jika ada keadaan genting.
Tangan Adrian langsung meraih gagang pintu dan menutupnya.
"Ada apa? Jangan bilang kalau ada masalah dengan kandungan Jihan." tanya David
"Ini bukan masalah kandungan Jihan, melainkan Maria dan Leonardo sudah tahu jika Maria tidak hamil. Dan dokter Aylin meminta kita untuk menjaga Jihan." jawab Adrian.
Adrian meminta mereka berdua untuk merahasiakannya kepada Jihan.
Disisi lain dimana Maria masih menangis tersedu di sudut kamar.
Tubuhnya masih gemetar dengan wajahnya sembab.
Di tangannya tergenggam hasil pemeriksaan yang membuat seluruh harapannya runtuh seketika.
“Kak, tolong bantu aku cari wanita itu." ucap Maria dengan suaranya yang lirih, hampir tak terdengar, namun penuh dengan amarah yang ditahan.
Leonardo berdiri di dekat jendela dengan rahang mengeras, mendengar permintaan adiknya tanpa berkata sepatah pun.
“Aku sendiri nggak tahu siapa dia, Kak" lanjut Maria.
“Tapi dia yang seharusnya tidak menerima suntikan itu. Aku yang berhak! Aku yang sudah merencanakan semuanya!”
Leonardo berbalik perlahan, menatap adiknya dengan tatapan tajam.
Ia sangat tidak suka melihat Maria terluka seperti ini.
Air mata adiknya adalah kelemahannya dan kini air mata itu berubah menjadi bahan bakar amarah yang tak bisa ia bendung.
“Aku akan cari tahu siapa wanita itu dan ia akan menyesal karena sudah mengambil sesuatu yang bukan miliknya." ucap Leonardo pelan namun penuh tekanan.
Leonardo mengambil ponselnya dan menekan nomor darurat yang hanya dipakai untuk misi-misi rahasia.
“Ares, kerahkan semua orangmu sekarang juga. Aku ingin akses penuh ke seluruh database rumah sakit tempat suntikan itu dilakukan. Rekaman CCTV, daftar pasien hari itu, siapa yang masuk ke ruang medis, siapa yang keluar. Cari siapa pun yang mungkin menerima suntikan spermatozoa.”
“Siap, Tuan Leonardo.”
Maria menatap kakaknya, matanya yang merah kini mulai berubah menjadi tajam dan dingin.
“Kalau kamu sudah tahu siapa dia, Kakak habisi saja wanita itu. Dia tidak pantas hamil anak mereka bertiga." pinta Maria.
“Maria…”
“Dia sudah menghancurkan semuanya, Kak. Aku nggak akan biarkan dia hidup tenang sementara aku menanggung semua ini. Dia harus tahu rasanya kehilangan.”
Leonardo menganggukkan kepalanya dan berjanji akan menghancurkan wanita itu.
Maria memeluk tubuh Kakaknya sambil tersenyum puas